25
Keterangan : 1. Kondisi mula-mula dapat berupa peranan yang tidak jalan, artinya
harapan-harapan dari setiap pihak tidak jelas, akibatnya wewenang masing-masing tidak jelas.
2. Timbulnya persepsi tentang situasi yang mungkin berbeda antara pihak yang satu dengan pihak yang lain. Kemungkinan seseorang
mempunyai persepsi tentang adanya konflik padahal sebenarnya tidak ada.
3. Perasaan dan sikap memegang peranan penting dalam menginterpretasi dari suatu situasi, misalnya seorang pemimpin
yang mempunyai kebiasaan diam dan tidak suka berbicara sering kali ditafsirkan seolah-olah ia memusuhi.
4. Pada tahap ini orang dihadapkan kepada tingkahlaku nyata, yaitu terjadinya konflik itu sendiri, seperti misalnya: bertengkar mulut,
saling beragumentasi. 5. Yang dimaksud dengan penyelesaian konflik adalah tahap
pemecahan konflik itu dengan menggunakan metode pemecahan masalah atau dengan mengusahakan salah satu pihak yang
mengalah.
6. Pemecahan konflik akan menentukan hubungan selanjutnya pada masa yang akan datang.
25
c. Sebab-Sebab Terjadinya Konflik
Secara ringkas sebab-sebab terjadinnya konflik dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Komunikasi: salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat,
bahasa yang sulit dimengerti, atau informasi yang mendua dan tidak lengkap, serta gaya individu manajer yang tidak konsisten.
2. Struktur: pertarungan kekuasaan antar departemen dengan
kepentingan-kepentingan atau sistem penilaian yang bertentangan, persaingan untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas,
saling ketergantungan dua atau lebih kelompok-kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka.
3. Pribadi: ketidak sesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi guru
dengan perilaku yang diperankan pada jabatan mereka, dan perbedaan dalam nilai-nilai atau persepsi.
26
Lebih lanjut dijelaskan oleh, Veithzal Rivai, Ada empat sebab yang menyebabkan timbulnya konflik yaitu:
1. Saling ketergantungan kerja: Saling ketergantungan kerja terjadi
bila dua atau lebih kelompok organisasi tergantung satu dengan
25
Sahertian Piet, Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, Surabaya: Usaha Nasional, 1994, Cet. Ke-2, h. 388-389.
26
T Hani Handoko, Manajemen Edisi 2, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1984, Cet I , h. 345-346.
26
yang lainnya untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. Potensi terjadinnya konflik pada keadaan ini sangat banyak. Ada tiga jenis
saling ketergantungan diantara kelompok yaitu: a.
Saling ketergantungan yang dikelompokkan. Saling ketergantungan tidak memerlukan adanya interaksi di antara
kelompok sebab setiap kelompok, bertindak secara terpisah. Bagaimanapun, kinerja yang dihimpun dari semua kelompok
menunjukkan seberapa berhasil.
b. Saling ketergantungan yang berurutan. Saling ketergantungan
yang berurutan memerlukan satu kelompok untuk menyelesaikan tugasnya sebelum kelompok lainnya dapat
menyelesaikan tugasnya. Tugas-tugas ditampilkan dalam bentuk berurutan.
c. Saling ketergantungan timbal balik. Saling ketergantungan
timbal balik memerlukan hasil dari tiap untuk dijadikan masukan bagi kelompok lain dalam organisasi.
2. Perbedaan Tujuan Karena perbedaan tujuan, konflik dapat terjadi, ketika kelompok-
kelompok saling berinteraksi, dimana setiap kelompok memiliki tujuan yang berbeda dalam suatu organisasi. Konflik antar
kelompok yang timbul dari perbedaan tujuan tidak berguna bagi organisasi secara keseluruhan, juga tidak berguna bagi pihak ketiga
termasuk klien-klien orgnisasi.
3. Perbedaan Persepsi Perbedaan tujuan dapat disertai oleh perbedaan persepsi mengenai
realitas, ketidaksetujuan atas apa yang sebenarnya dari realitas yang dapat menyebabkan konflik.
4. Tuntutan yang meningkat akan Spesialis Konflik diantara staff spesialis dan manajemen lini yang generalis
merupakan hal yang biasa dalam konflik antar kelompok. Orang- orang manajemen lini dan staf saling menyatakan pandangannya
dan perananya dalam organisasi dari perspektif yang berbeda.
27
Dalam buku kepemimpinan dan motivasi dijelaskan bahwa sumber atau sebab konflik dalam suatu organisasi baik itu lembaga pendidikan tidak lain ialah:
1. Manusia dan perilaku
Manusia dan perilakunya, dikatakan sebagai salah satu sumber konflik, sebab manusia dengan latar belakang pendidikan, sifat-sifat pribadi,
berbagai naluri, baik secara perseorangan maupun kelompok, tidak dapat melepaskan dari berbagai gejala dan kepentingan-kepentingan
sebagai berikut;
27
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, h. 334-336.
27
a Berbagai atribut yang berhubungan dengan pangkat, kedudukan, lambang,
dan sebagainya b
Sistem nilai yang tidak sama diantara sesama bawahan, maupun antara atasan dengan bawahan
c Adanya bermacam-macam harapan
d Gaya kepemimpinan
e Berbagai sifat atau keperibadian
f Semangat dan ambisi
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi sebagai salah satu sumber konflik, apabila di dalam praktek kehidupan organisasi terjadi ketidakserasian dalam berbagai
segi yang menyangkut:
a Tugas pokok dan fungsi
b Hubungan dan tata kerja, arus pelaksanaan kerja
c Perencanaan dan pelaksaannya
d Kekuasaan, wewenang, dan tanggung jawab
e Sistem reward dan punishment
f Sistem karir dan prestasi kerja
3. Komunikasi
Terjadinya konflik yang bersumber pada komunikasi, bisa diakibatkan antara lain oleh:
a Perintah yang tidak jelas
b Berbagai hambatan sarana komunikasi
c Lingkungan komunikasi yang tidak mendukung
d Sistem komunikasi
28
Dari 3 tiga sebab konflik diatas yaitu masing-masing menjadi sumber munculnya suatu konflik apabila ketiga hal tersebut diatas terjadi ketidak
seimbangan sehingga menyangkut berbagai situasi dan kondisi. Dengan demikian secara karakteristik-karakteristik keperibadian tertentu
akan menimbulkan sifat gaya, seperti otoriter atau dogmatis juga dapat menimbulkan konflik.
d. Kemampuan Kepala Sekolah dalam Mengelola Konflik