dalam memprediksi perilaku. Hubungan antara perceived behavioral control dengan perilaku diharapkan muncul hanya ketika terdapat kesesuaian antara
persepsi terhadap kontrol dan kontrol aktual individu terhadap perilaku.
2.4 Kerangka Berfikir
Pernikahan yang sejatinya merupakan ikatan yang suci kini makna tersebut telah bergeser, ungkapan “rumahku adalah surgaku” nampaknya tidak cocok lagi bagi
kebanyakan pasangan suami istri. Pernikahan tidak lagi mendatangan kebahagiaan dan kehangatan seperti yang dulu diharapkan, yang ada hanyalah kekakuan dan
koflik. Konflik yang terjadi terus menerus antara pasangan suami istri dapat membuat hubungan antara keduanya semakin merenggang dan tak sedikit yang
akhirnya jatuh ke pelukkan wanita atau laki-laki lain yang dianggap lebih pengertian dari pada pasangan sebelumnya dan terjadilah perselingkuhan baik
secara emosional maupun seksual. Menurut teori planned behavior, sebelum perilaku muncul akan ada
intensi yang merupakan kecenderungan seseorang untuk berperilaku, intensi ini dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral
control . Sebelum membentuk suatu sikap terhadap intensi berselingkuh, terlebih
dahulu individu mengawalinya dengan keyakinan bahwa suatu perilaku mempunyai konsekuensi tertentu. Apakah ia menilai positif atau negatif
konsekuensi tersebut. Keyakinan mengenai perselingkuhan dapat di bentuk melalui pengalaman langsung individu dengan objek sikap. Jika ia menganggap
dengan berselingkuh ia akan mendapatkan sesuatu hal yang baru maka ia
39
cenderung untuk melakukannnya, sedangkan jika ia menganggap berselingkuh itu akan menyakiti pasangannya, maka ia cenderung akan menghindarinya.
Norma subjektif terbentuk setelah individu mempunyai keyakinan normatif yaitu sejauh mana individu bersedia melakukan perselingkuhan
berdasarkan orang-orang di sekelilingnya, misalnya jika individu berada dalam lingkungan yang permisif terhadap perselingkuhan, maka tentunya individu akan
cenderung menampilkan perilaku berselingkuh, lain halnya jika individu tersebut berada pada lingkungan yang menganggap perilaku selingkuh itu perbuatan yang
tidak bermoral, tentunya ia akan menghindari perilaku berselingkuh tersebut. Dengan demikian, individu mempertimbangkan pendapat orang lain tentang
perilaku selingkuh dan termotivasi untuk berselingkuh atau tidak, sesuai dengan apa yang diinginkan orang-otang terdekatnya.
Perceived behavioral control memiliki implikasi motivasional terhadap
intensi. Seseorang yang beranggapan bahwa ia tidak memiliki kemampuan ataupun kesempatan untuk melakukan perselingkuan tentu tidak akan membentuk
intensi yang kuat untuk melakukan perselingkuhan walaupun ia memiliki sikap positif terhadap perselingkuhan dan percaya bahwa orang lain yang dekat
dengannya akan setuju bila ia melakukan perselingkuhan tersebut. Dalam hal ini hubungan antara perceived behavioral control dengan intensi tidak diperantarai
oleh sikap dan norma subjektif. Jadi, walaupun seseorang memiliki sikap positif terhadap tingkah laku berselingkuh dan yakin bahwa orang-orang dekatnya akan
setuju bila ia melakukan perselingkuhan tetapi tentunya bukan pasangan sahnya, bisa jadi orang dekat tersebut rekan-rekan kantor, hal itu belum cukup bila orang
tersebut beranggapan bahwa ia tidak memiliki kemampuan atau kesempatan untuk berselingkuh.
40
41
Bagan 2.4 Kerangka Berpikir
Behavioral Belief terhadap
perselingkuhan
Evaluation of Consequences
terhadap perselingkuhan.
Normatives Beliefs terhadap
perselingkuhan
Motivation to comply terhadap
perselingkuhan
Sikap terhadap peraselingkuhan
Norma Subjektif terhadap
perselingkuhan Intensi
Berselingkuh
Perceived Behavioral
Control terhadap
perilaku berselingkuh
Motivation to comply
terhadap perselingkuhan
2.5 Hipotesis