Mobilitas Sosial Intragenerasi Detente

SOSIOLOGI Kelas XI 60

d. Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan dipakai sebagai ukuran dalam pelapisan sosial oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif, karena ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan yang kemudian dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaanlah yang dijadikan ukuran. Hal ini mengakibatkan muncul usaha-usaha untuk men- dapatkan gelar meskipun dengan cara yang tidak halal. Hal-hal tersebut yang menjadikan pelapisan sosial muncul dalam masyarakat. Sebagai contohnya, dalam ma- syarakat yang menghargai kekayaan material, maka semakin banyak kekayaan material yang dimilikinya semakin membuat seseorang menempati posisi yang tinggi. Dalam setiap lapisan masyarakat terdapat hak-hak dan kewajiban yang harus dilakukan. Oleh karena itu, setiap masyarakat harus menempatkan individu pada tempat-tempat tertentu dalam struktur sosial dan mengharuskan mereka untuk melakukan apa yang menjadi kewajibannya. Individu bersedia melaksanakan kewajiban sesuai dengan posisinya, maka masyarakat memberikan balas jasa yang berupa pangkat dan kedudukan. Ketika individu melakukan kewajibannya, secara langsung individu tersebut mendapat hak-hak yang biasanya akan mempermudah kehidupannya. Hak-hak dan kewajiban individu dalam suatu masyarakat tergantung pada penempatan individu itu dalam pelapisan masyarakat. Semakin tinggi kedudukan sosial seseorang dalam pelapisan masyarakat, maka hak-hak yang diperolehnya semakin mempermudah kehidupannya. Contoh, anggota DPR, dengan menduduki jabatan tersebut individu akan memperoleh hak-hak tertentu yang akan mempermudah kehidupannya. Oleh karena itu, banyak orang berlomba-lomba mencapai posisi teratas. Namun demikian, untuk mencapai keduduk- an sosial tertinggi dibutuhkan kemampuan dan juga kerja keras. Tidak banyak individu yang dapat memenuhi syarat. Bahkan hanya segolongan kecil dalam masyarakat. Oleh sebab itu, pada umumnya jumlah warga lapisan atas upper class tidak terlalu banyak apabila dibandingkan dengan lapisan menengah middle class dan lapisan bawah lower class. Lapisan sosial tersebut terlihat dalam skema di samping. Pada umumnya, golongan yang berada dalam lapisan atas, dianggap memiliki kedudukan tinggi yang bersifat kumulatif. Artinya mereka yang memiliki banyak harta akan mudah memperoleh kekuasaan atau kehormatan. Sumber: www.likmi.ac.id Gambar 3.9 Gelar kesarjanaan menjadi ukuran pelapis- an sosial dalam masyarakat yang meng- hargai ilmu pengetahuan. Upper class Middle class Lower class Sumber: Dokumen Penulis Gambar 3.10 Skema lapisan sosial dalam masya- rakat. Pendidikan dan Mobilitas Sosial Pendidikan dipercaya menjadi salah satu faktor yang akan mempercepat terjadinya mobilitas sosial. Fungsi pendidikan sebagai sebuah proses penyeleksian untuk menempatkan orang pada masyarakat sesuai dengan Mobilitas Sosial 61 kemampuan dan keahlian. Pendidikan menjadi sinkron dengan tujuan mobilitas sosial karena di dalam mobilitas sosial yang terpenting adalah kemampuan dan keahlian seseorang. Pendidikan hanya akan menempatkan seseorang sesuai dengan potensi dan keahlian yang ia miliki dan karenanya seorang anak buruh misalnya mungkin saja memegang jabatan penting di sebuah perusahaan sekiranya ia memiliki latar belakang pendidikan yang memang sesuai. Akan tetapi, pendidikan dapat mempercepat proses mobilitas sosial dalam sebuah masyarakat, tentulah harus ada beberapa prasyarat yang memadai. Prasyarat yang pertama adalah adanya kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk memperoleh pendidikan itu sendiri. Kesempatan yang sama itu tidaklah semata tercantum dalam aspek legal atau hukum belaka, melainkan diwujudkan menjadi sebuah tindakan afirmatif affirma- tive action. Yang dimaksud dengan affirmative action yaitu segala tindakan yang bertujuan membantu kelompok-kelompok yang minoritas secara ekonomi, ras, agama, gender, atau kelompok penyandang cacat agar mendapat kesempatan yang sama dalam bidang politik, ekonomi, sosial, hukum, kesehatan, dan pendidikan. Prasyarat kedua agar pendidikan dapat mempercepat mobilitas sosial adalah meratanya mutu pendidikan antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan, antara sekolah swasta dan sekolah negeri. Menjamurnya sekolah-sekolah swasta plus barangkali merupakan sebuah fenomena yang cukup menarik. Ibarat pisau bermata dua, di satu sisi hadirnya sekolah swasta tersebut menawarkan pendidikan alternatif bagi sebagian masyarakat kita. Di sisi lain, biaya pendidikan yang harus dibayar masyarakat untuk menikmati pendidikan di sekolah swasta tersebut tidaklah sedikit, jika tidak dikatakan sangat tinggi. Akibatnya, hanya masyarakat dari kelompok menengah ke atas yang dapat menikmati pendidikan alternatif tersebut sehingga alih-alih mempercepat mobilitas sosial, dengan situasi seperti ini pendidikan justru berpeluang untuk memperlebar jurang perbedaan antara kelompok-kelompok masyarakat. Ketika kedua prasyarat di atas tersebut dipenuhi, barulah pendidikan memiliki peluang untuk mempercepat proses mobilitas sosial di sebuah negara. Meskipun demikian, beberapa penelitian di bidang sosiologi pendidikan menunjukkan bahwa hubungan antara pendidikan dan mobilitas sosial tidaklah terlalu signifikan. Sumber: www.pikiran-rakyat.com Dalam mobilitas sosial vertikal dimungkinkan adanya penurunan atau kenaikan status seseorang dari status tinggi ke status yang lebih rendah atau sebaliknya. Oleh karena itu, adanya mobilitas sosial mampu mempengaruhi struktur sosial masyarakat. Untuk mengetahui hubungan antara struktur sosial dengan masyarakat, cobalah lakukan tiga tugas berikut. a. Secara individu lakukanlah pengamatan visual baik di suatu tayangan televisi atau di lingkungan sekitar untuk menemukan proses mobilitas sosial dan dampaknya bagi struktur sosial setempat. Tulislah hasilnya dalam bentuk portofolio. b. Bersama kelompok yang telah dibentuk, diskusikan fakta-fakta dan data yang ditemukan dari hasil pengamatan visual dari masing-masing anggota.