19
Struktur Sosial
f. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Budaya Suku Bangsa
Pada dasarnya setiap suku bangsa memiliki stratifikasi sosial yang berbeda-beda. Misalnya pada suku Jawa. Di Jawa terdapat
stratifikasi sosial berdasarkan kepemilikan tanah sebagai berikut. 1 Golongan wong baku cikal bakal, yaitu orang-
orang keturunan para pendiri desa. Mereka mempunyai hak pakai atas tanah pertanian dan
berkewajiban memikul beban anak keturunan para cikal bakal tersebut. Kewajiban seperti itu disebut
dengan gogol atau sikep.
2 Golongan kuli gandok lindung, yaitu orang-orang yang mempunyai rumah sendiri, tetapi tidak
mempunyai hak pakai atas tanah desa. 3 Golongan mondok emplok, yaitu orang-orang yang
mempunyai rumah sendiri pada tanah pekarangan orang lain.
4 Golongan rangkepan, yaitu orang-orang yang sudah berumah tangga, tetapi belum mempunyai
rumah dan pekarangan sendiri. 5 Golongan sinoman, yaitu orang-orang muda yang belum
menikah dan masih tinggal bersama-sama dengan orang tuanya.
Selain itu, stratifikasi sosial pada masyarakat Jawa
didasarkan pula atas pekerjaan atau keturunan, yaitu golongan priayi dan golongan wong cilik. Golongan
priayi adalah orang-orang keturunan bangsawan dan para pegawai pemerintah serta kaum cendekiawan yang
menempati lapisan atas. Sedangkan golongan wong cilik antara lain para petani, tukang, pedagang kecil,
dan buruh yang menempati lapisan kelas bawah.
Pada tahun 1960-an, Clifford Geertz seorang pakar antropolog Amerika membagi masyarakat Jawa menjadi
tiga kelompok, yaitu santri, abangan, dan priayi. Menurutnya, kaum santri adalah penganut agama Islam
yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara nominal atau menganut Kejawen, sedangkan kaum
priayi adalah kaum bangsawan.
Sumber: www.regional
Gambar 1.21 Dalam masyarakat, kepemilikan atas
tanah dijadikan salah satu kriteria pelapisan sosial.
Sumber: www.suaramerdeka
Gambar 1.22 Dalam masyarakat Jawa, keluarga
keturunan keraton digolongkan sebagai priayi.
Sebagaimana diungkapkan di depan bahwa stratifikasi sosial dalam masyarakat akan terus berkembang seiring dengan kompleksnya
masyarakat dan kemajuan zaman. Oleh karenanya dapat dipastikan keesokan hari akan terdapat stratifikasi sosial baru dengan dasar tertentu.
Nah, tugasmu sekarang, cobalah lakukan penelitian prediksi akan bentuk stratifikasi mendatang. Manfaatkan buku-buku perpustakaan dan berita-
berita media massa serta pengamatan langsung di lingkungan sekitarmu. Dengan data-data, fakta-fakta serta kebenaran-kebenaran yang ada,
diskusikan adakah kemungkinan munculnya bentuk stratifikasi sosial baru. Tulislah hasilnya dalam bentuk laporan diskusi dan presentasikan di depan
kelas.
SOSIOLOGI Kelas XI
20
D. Pengaruh Diferensiasi dan Stratifikasi
Sosial
Keberadaan sistem diferensiasi dan stratifikasi sosial dalam masyarakat tentunya membawa pengaruh tersendiri bagi kehidupan
sosial terutama struktur sosial. Mengapa demikian? Hubungan ini akan kita pelajari bersama pada subbab ini.
Diferensiasi sosial dalam masyarakat mengacu pada perbedaan atau penggolongan masyarakat walaupun secara
horizontal. Perbedaan-perbedaan ini dapat dilihat dari adanya keragaman suku dan etnik, keragaman agama,
keragaman pekerjaan, kesemua perbedaan ini menjadikan struktur masyarakat menjadi majemuk.
Suatu masyarakat yang majemuk umumnya memiliki kebudayaan yang bersifat diverse bermacam-macam.
Secara umum masyarakat majemuk ditandai dengan berkembangnya sistem nilai dari kesatuan-kesatuan sosial
yang menjadi bagian-bagiannya dengan penentuan para anggota secara tegas dalam bentuknya yang relatif murni, serta oleh timbulnya
konflik-konflik sosial atau setidaknya oleh kurangnya integrasi dan saling ketergantungan di antara kesatuan-kesatuan sosial yang menjadi
bagian-bagiannya. Namun tidak selamanya masyarakat majemuk mempunyai dampak negatif. Struktur masyarakat yang majemuk
tentunya memiliki khazanah budaya yang kaya.
Selain itu, adanya diferensiasi sosial menjadikan masyarakat seolah-olah terkotak-kotak. Situasi ini mendorong munculnya sikap
primordialisme. Istilah primordialisme menggambarkan adanya ikatan-ikatan seseorang dalam kehidupan sosial dengan hal-hal yang
dibawa sejak awal kelahirannya, misalnya kesukubangsaan, kedaerahan, ras, dan lain-lain. Dalam sosiologi primordialisme
diartikan sebagai perasaan kesukuan seseorang yang berlebihan. Pada dasarnya sikap primordialisme berfungsi untuk pelestarian budaya
kelompok sendiri, namun mampu pula memunculkan sikap etnosentrisme. Sikap etnosentrisme merupakan sikap yang
memandang budaya orang lain dari kacamata budaya sendiri akibatnya dapat memunculkan sebuah konflik sosial.
Sedangkan sistem stratifikasi sosial menjadikan struktur masyarakat memiliki kesenjangan sosial. Hal ini dikarenakan dalam
sistem stratifikasi memuat lapisan-lapisan sosial masyarakat yang berdasarkan tinggi rendahnya kedudukan.
Tingkatan-tingkatan ini diibaratkan sebagai sebuah anak tangga. Karenanya di dalam masyarakat terdapat
penggolongan secara vertikal, yaitu kelompok masyarakat yang lebih tinggi atau lebih rendah apabila dibandingkan
dengan kelompok lain. Dengan kata lain, segolongan kelompok orang-orang dalam suatu strata, jika
dibandingkan dengan orang-orang dari kelompok strata lain akan terlihat jelas perbedaan-perbedaan yang ada.
Contoh: perbedaan hak, penghasilan, pembatasan, dan kewajiban. Perbedaan ini sering kali memunculkan sikap
penindasan terhadap kelompok lainnya. Kelompok masyarakat yang memiliki kedudukan lebih tinggi
Secara umum adanya dife- rensiasi dan stratifikasi sosial
dalam masyarakat melahirkan primordialisme, etnosentris-
me, dan konflik. Nah, bagai- manakah hubungan di antara
ketiganya?
Sumber: www.indonesiameia.com
Gambar 1.23
Masyarakat majemuk.
Sumber: Dokumen Penulis
Gambar 1.24 Adanya perbedaan hak antara PRT
dengan majikan menjadikan PRT merasa tertindas oleh majikannya.