Faktor Geografis Perbedaan Konsolidasi dan Interseksi

Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural 99 kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sekitar 400 aliran, sistem hukum nasional, agama, adat, sistem kekerabatan, serta sistem perkawinan monogami dan poligami. Kesemua ini melukiskan kekayaan Indonesia yang tidak ternilai harganya. Keanekaragaman dan kemajemukan ini tidak lepas dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Lantas, bagaimanakah keragaman suku bangsa Indonesia terbentuk? Tentunya proses ini tidak berjalan secara sederhana, namun melalui proses yang panjang. Mulanya penghuni pertama Indonesia sekitar 500.000 tahun yang lalu bernama Pithecanthropus erectus ditemukan di Pulau Jawa dekat Sungai Bengawan Solo. Selanjutnya, tahun 1891 dan 1892 di Desa Trinil ditemu- kan Homo soloensis. Homo soloensis dengan karakteristik yang mirip dengan masyarakat Austromelanosoid telah menjelajah ke barat Sumatra dan timur Papua. Selama penjelajahan tentunya mereka memengaruhinya dan terpengaruhi oleh daerah sekitarnya. Pada masa 3000–500 Sebelum Masehi, Indonesia telah dihuni oleh penduduk migran submongoloid dari Asia yang di kemudian hari menikah dengan penduduk Indigenous. Pada 1000 Sebelum Masehi pernikahan silang masih terjadi dengan penduduk migran Indo-Arian dari Asia Selatan, subsuku ini dari India. Alhasil, masuknya para pendatang dari India dan menyebarkan agama Hindu ke seluruh kepulauan. Pada abad XIII, pedagang muslim dari Gujarat dan Persia mulai mengunjungi Indonesia melakukan per- dagangan. Bersamaan dengan berdagang, penduduk Gujarat dan Arab melakukan penyebaran agama Islam ke wilayah sekitar. Selanjutnya di tahun 1511, Portugis tiba di Indonesia. Awalnya kedatangan Portugis bertujuan untuk mencari rempah, namun lambat laun mereka juga me- nyebarkan agama Kristen. Serentetan perjalanan sejarah ini menghasilkan lebih dari lima puluh kelompok suku bangsa di Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke yang terdiri atas suku Jawa, Sunda, Minangkabau, Bugis, Batak, Bali, Ambon, Dayak, Sasak, Aceh, dan lain-lain. C. Keragaman Suku Bangsa Indonesia di Bagian Barat, Tengah, dan Timur Sebagai bangsa yang majemuk, bangsa Indonesia memiliki puluhan, bahkan ratusan suku bangsa. Suku-suku bangsa tersebut tersebar di seluruh Indonesia. Keberagaman suku bangsa menjadi karakteristik tersendiri bagi Indonesia. Misalnya, di Kepulauan Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, Bali, dan Jawa berbagai macam aneka tradisi dan karya budaya tumbuh dan berkembang seperti aneka tarian, arsitektur, rumah adat, candi, kerajinan tangan, dan jenis makanan. Kesemua itu menjadi berbeda di setiap suku bangsanya. Melihat realitas ini dapat dibayangkan betapa kaya dan indahnya kebudayaan Indonesia. Nah, kali ini kita akan mengkaji lebih dalam tentang kekayaan kultur Indonesia dari barat sampai ke timur. Sumber: umich.edu Gambar 5.3 Bangsa pendatang dalam perdagangan nasional membawa pengaruh terhadap keanekaragaman. Sumber: cas.bellarmine.edu Gambar 5.2 Ilustrasi kehidupan manusia pertama di Indonesia. SOSIOLOGI Kelas XI 100 Sumber: www.liputan6.com Gambar 5.4 Suku bangsa Mentawai. 1. Suku Bangsa Mentawai Orang Mentawai bertempat tinggal di Kepulauan Mentawai, yaitu di pulau-pulau Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan. Umumnya, mereka masih tinggal di daerah-daerah hutan tropik. Desa-desa yang ada biasanya terletak di muara sungai, jaraknya lima kilometer dari pantai. Mata pen- caharian suku Mentawai adalah berkebun dengan cara membuka sebidang tanah di hutan dengan cara memotong belukar dan menebang pohon-pohon yang kecil. Selain berkebun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, orang Mentawai juga menangkap ikan dan berburu di hutan. Umumnya orang Mentawai telah menganut agama. Agama yang ada adalah Kristen, Katolik, dan Islam, walaupun nilai- nilai tradisi masih melekat dengan kuat. 2. Suku Bangsa Nias Pulau Nias merupakan pulau terbesar di sebelah barat Sumatra. Orang Nias mendiami Kabupaten Nias yang terdiri atas satu pulau besar utama dan beberapa pulau kecil, seperti Pulau Hikano di Karat, Senau dan Lafau di utara dan Pulau Batu di selatan. Bahasa yang berkembang pada suku Nias mempunyai dua logat, yaitu logat di Nias Utara dan Nias Selatan atau Tello. Logat yang pertama digunakan di Nias bagian utara, timur, dan barat. Sedangkan yang kedua digunakan di Nias bagian tengah, selatan, dan Kepulauan Batu. Umumnya mata pencaharian orang Nias adalah bercocok tanam dan berladang. Sedangkan mata pencaharian tambahan adalah berburu, menangkap ikan, beternak, dan pertukangan. Sistem religi yang berkembang pada orang Nias sudah sangat beragam. Menurut catatan tahun 1967, jumlah pemeluk agama di Nias yaitu Kristen Protestan 295.244 jiwa, Islam 30.163 jiwa, Katolik 24.485 jiwa, Pelega 2.658 jiwa, dan Buddha 288 jiwa. Sumber: www.indonesiamedia.com Gambar 5.5 Suku bangsa Nias. Lompat Batu di Nias Di Nias Selatan, para pemuda dilatih melompati dinding batu kiri dan kanan, latihan untuk menyiapkan mereka menghadapi perang. Kini, melompati batu digelar untuk hiburan wisatawan. Tiang batu, yang disebut hambo batu, tempat para pemuda latihan melompat masih dapat dijumpai di banyak desa di Nias. Apabila loncatan berhasil, satu kepala harus dikuburkan di dalamnya. Tetapi apabila seseorang gagal dalam loncatan, salah satu anggota dewan tua-tua, warga desa, rakyat biasa menjejakkan kakinya pada batu tersebut bawah kanan, untuk memohon kepada roh dari kepala yang dikubur agar pelompat muda itu diizinkan menyelesaikan tugasnya pada usahanya yang kedua. Sumber: Indonesian Heritage, halaman 17