Konsep Gender Ketidakadilan Gender Gender Inqualities

obat termasuk dalam kode 39 yaitu termasuk ke dalam klasifikasi pengolahan lainnya BPS, 1996. Saith 1987 dikutip Saptari dan Holzner 1997 menggolongkan industri pedesaan menurut potensi relatif hasil produksi mereka pada ekonomi yang sedang berubah. Ia membedakan tiga kelompok industri pedesaan yaitu industri proto, industri inferior dan industri kerajinan pedesaan yang diubah. Ditambahkan Saptari dan Holzner 1997 berdasarkan hubungan produksi, industri rumah tangga kadang-kadang merupakan perusahaan seluruh keluarga. Maka industri ini dapat digolongkan sebagai self employment. Di sini modal dan kerja terkumpul dalam satu rumah tangga atau satu orang. Berdasarkan observasi yang dilakukannya Velzen 1990 dikutip Saptari dan Holzner 1997 mengemukakan adanya kecenderungan bahwa pengembangan perusahaan berskala kecil berjalan seiring dengan perubahan pada kekuasaan gender. Lelaki mengambil alih tugas perempuan yang berkaitan dengan manajemen dan kontak dengan orang luar. Ditambahkan Saptari dan Holzner 1997 proses ini secara umum disebabkan oleh ideologi gender yang terus menerus menempelkan peran ganda pada perempuan yaitu tanggung jawab rumah tangga, pengasuhan anak dan ruang gerak sosial yang terbatas.

2.1.6 Konsep Gender

Gender dan sex didalam kamus bahasa Inggris sebenarnya sama-sama diartikan sebagai jenis kelamin. Tetapi dalam perkembangannya sex diartikan sebagai pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis melekat pada jenis kelamin tertentu, bersifat kodrati dan tidak dapat saling dipertukarkan. Sedangkan gender lebih diartikan sebagai suatu sifat yang diberikan kepada kaum laki- laki dan perempuan yang merupakan konstruksi atau bentukan sosial dan budaya Fakih, 1999. Sedangkan Saptari dan Holzner 1997 menyatakan bahwa gender adalah perbedaan laki- laki dan perempua n karena adanya bentukan sosial dan budaya yang ada di suatu sistem sosial budaya di suatu masyarakat. Hal ini berarti sifat yang melekat baik pada perempuan dan laki- laki dapat saling dipertukarkan satu dengan yang lainnya. Handayani dan Sugiarti 2001 menambahkan bahwa gender adalah konsep sosial yang memisahkan peran antara laki- laki dan perempuan. Perbedaan fungsi dan peran antara laki- laki dan perempuan itu tidak ditentukan karena antara keduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat, tetapi dibedakan menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing- masing dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Sumber pembeda pada gender adalah manusia masyarakat dengan unsur pembeda adalah kebudayaan tingkah laku dan memiliki sifat yaitu harkat dan martabat yang dapat dipertukarkan.

2.1.7 Ketidakadilan Gender Gender Inqualities

Perbedaan gender yang dibentuk dan disosialisasikan oleh keluarga, diperkuat dan dikonstruksi secara sosial atau kultural, melalui ajaran agama maupun bukan agama. Sampai pada akhirnya perbedaan gender dianggap sebagai ketentuan Tuhan, dipahami sebagai kodrat perempuan yang tidak bisa diubah. Perbedaan tersebut akan menjadi masalah jika akhirnya melahirkan ketidakadilan gender Fakih,1999. Handayani dan Sugiarti 2001 menambahkan bahwa mitos-mitos yang melahirkan ketidakadilan gender disebabkan adanya hukum hegemoni patriarki dan sistem kapitalis yang berlaku, yaitu siapa yang mempunyai modal yang besar itulah yang menang. Menurut Fakih 1999 ada lima manifestasi dari ketidakadilan gender yang tidak bisa dipisah-pisahkan karena saling berkaitan dan berhubungan serta saling mempengaruhi secara dialektis, yaitu: 1. Marginalisasi Yaitu proses pemiskinan ekonomi yang bisa disebabkan oleh berbagai kejadian seperti pengangguran, bencana alam atau proses eksploitasi. Menurut Scott 1986 dikutip Saptari dan Holzner 1997 ada empat bentuk marginalisasi, yaitu: a. Pengucilan, yaitu perempuan dikucilkan dari kerja upahan atau dari jenis- jenis kerja upahan tertentu. b. Pergeseran perempuan ke pinggiran margins, yaitu terdapat kecenderungan bagi perempuan untuk bekerja pada jenis-jenis pekerjaaan yang mempunyai kelangsungan hidup yang tidak stabil, upah rendah dan dinilai tidak terampil. c. Feminisasi atau segregasi, yaitu pemusatan tenaga kerja perempuan ke dalam jenis-jenis pekerjaan tertentu menyebabkan pekerjaan tersebut sudah terfeminisasi sehingga terjadi pemisahan segregasi kegiatan tertentu atas dasar jenis kelamin. d. Ketimpangan ekonomi yang makin meningkat, yaitu ketimpangan ekonomi antara laki- laki dan perempuan yang diindikasikan oleh perbedaan upah serta ketidaksamaan akses keuntungan dan fasilitas kerja, termasuk akses terhadap program-program pelatihan untuk pengembangan karier. 2. Subordinasi Yaitu anggapan tidak penting dalam keputusan politik. Menurut Handayani dan Sugiarti 2001 subordinasi terhadap perempuan yang paling menonjol adalah bahwa semua pekerjaan yang dikategorikan sebagai reproduksi dianggap lebih rendah dan menjadi subordinasi dari pekerjaan produksi yang dikuasai kaum laki- laki. 3. Pembentukan Stereotip atau Pelabelan Negatif Yaitu pelabelan terhadap suatu kelompok atau pekerjaan tertentu. Handayani dan Sugiarti 2001 menambahkan akibat adanya stereotip banyak hal- hal yang seolah-olah sudah merupakan kodrat. 4. Kekerasan Yaitu serangan atau invansi assault terhadap fisik maupun mental psikologis seseorang. Kekerasan yang bersumber dari anggapan gender dinamakan gender-related violence yang pada dasarnya disebabkan oleh kekuasaan. 5. Beban Kerja Lebih Berat Yaitu beban kerja yang harus ditanggung. Semua pekerjaan domestik menjadi tanggung jawab perempuan dan bertambah ketika perempuan bekerja apalagi di kalangan keluarga miskin. Hal ini dinamakan peran ganda perempuan. Menurut Zarida 2000 masalah utama pada kemitra sejajaran dan pola pengambilan keputusan wanita pedagang kecil dalam pengelolaan usaha adalah peran ganda wanita, sehingga perlu dilihat alokasi waktu dalan hal ini adalah curahan waktu yang digunakan untuk mengelola usaha tersebut dan penggunaan waktu luang Saptari dan Holzner 1997 menambahkan manifestasi dari ketidakadilan gender adalah domestifikasi dan pengiburumahtanggaan Housewifization. Domestifikasi menurut Rogers 1980 dikutip Saptari dan Holzner 1997 adalah suatu ideologi yang disosialisasikan melalui ajaran moral tentang tempat perempuan yang semestinya di rumah. Sedangkan pengiburumahtanggaan menurut Mies 1986 dikutip Saptari dan Holzner 1997 merupakan proses pendefinisian sosial perempuan sebagai ibu rumah tangga terlepas apakah me reka memang ibu rumah tangga atau bukan. Saptari dan Holzner 1997 menambahkan definisi ini berimplikasi kepada timbulnya anggapan perempuan yang tergantung secara ekonomis kepada laki- laki suami. Sedangkan Priyono 1996 dikutip Zarida 2000 menyatakan bahwa konsep kesetaraan pria dan wanita mengandung makna, tidak ada pihak yang menguasai dan yang dikuasai, tidak ada yang mengeksploitasi dan dieksploitasi.

2.1.8 Analisis Gender