4.2.2.3 Kelembagaan Desa
Kelembagaan yang ada di Desa Ranca Bungur meliputi kelembagaan formal yang dibentuk atas prakarsa pemerintah pusat dan kelembagaan informal
yang dibentuk prakarsa warga desa. Kelembagaan formal yang tercatat ada di tingkat desa ini adalah pemerintah desa, Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa
LKMD, Badan Perwakilan Desa BPD, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga PKK, Keluarga Berencana KB dan Pos Pelayanan Terpadu Posyandu.
Secara umum dalam kelembagaan formal tersebut terdapat kecenderungan bahwa laki- laki sangat dominan pada kelembagaan yang menurut Moser disebut sebagai
kelembagaan politik, sebaliknya perempuan dominan pada kelembagaan yang cenderung sebagai kepanjangan peranan reproduktif perempuan, seperti PKK,
Keluarga Berencana dan Posyandu. Selain kelembagaan tersebut di atas, terdapat beberapa kelembagaan pertanian yang meliputi Kelompok Wanita Tani KWT
Melati, Kelompok Petani Kecil KPK Teratai, Kelompok Petani Kecil KPK Anggrek.
Berkenaan dengan kelembagaan informal, pada kedua desa ini terdapat beberapa kelembagaan yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan pengajian
dan kematian, ekonomi arisan dan olahraga volley, sepakbola. Kelembagaan gotong royong yang masih ada dewasa ini terutama berlangsung manakala ada
kegiatan yang sifatnya temporer, seperti perbaikan rumah, pembersihan parit, perbaikan jalan dan lain- lain.
4.2.4. Perempuan Dan Kerja
Secara umum perempuan dalam masyarakat Desa Ranca Bungur memegang peranaan penting untuk ikut serta menjaga kelangsungan hidup
rumahtangga. Selain bertanggung jawab terhadap pekerjaan reproduksi, para istri juga membantu pekerjaan suaminya bahkan terlibat aktif dalam aktivitas nafkah
rumahtangga. Pekerjaan perempuan adalah sebagai pengolah tanaman obat. Ada dua
jenis pengolah tanaman obat. Jenis pertama adalah pengolah tanaman obat rajangan atau kering. Jenis kedua adalah pengolah jahe instan. Tanaman obat yang
dijual dalam tiga bentuk yaitu tanaman obat dalam bentuk basah dan kering rajangan dan dalam bentuk jahe instan. Untuk pemasaran pada tanaman obat
basah dan rajangan umumnya diserahkan sepenuhnya kepada suami atau anak laki- laki karena aktivitas ini memerlukan hubungan dengan pihak lain baik dalam
lingkungan sampai ke luar kota Jakarta. Sedangkan untuk pemasaran jahe instan umumnya pihak perempuan sendiri yang memasarka dan suami hanya membantu
karena ruang lingkup penjualan lebih relatif kecil dengan konsumen rata-rata adalah perempuan.
Pengolahan hasil tanaman obat di Desa Ranca Bungur umumnya mempekerjakan kaum perempuan. Hal ini terjadi karena peranan perempuan yang
lebih dibutuhkan dalam tahapan prosessing. Yaitu pada tahapan pencucian, pemotongan, penjemuran dan pengemasan pada tanaman obat rajangan dan
pencucian, pemarutan, pemerasan, perebusan dan pengemasan pada pengolahan jahe instan. Sedangkan pekerjaan yang membutuhkan tenaga lebih diserahkan
kepada kaum laki- laki seperti mengangkut dan memasarkan.
BAB V ANALISIS GENDER
DALAM BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN HASIL TANAMAN OBAT
5.1 Pembagian Kerja 5.1.1 Tipe Petani Tanaman Obat
Pada tipe petani tanaman obat disebut sebagai rumahtangga petani tanaman obat berdasarkan pengakuan dari subyek kasus. Di dalam rumahtangga
ini memiliki strategi nafkah ganda yaitu budidaya tanaman obat dan pengolahan tanaman obat. Pada tipe ini jenis tanaman obat yang dikembangkan adalah
tanaman obat rajangankering. Tanaman obat yang dibudidayakan diolah oleh