Potensi perempuan dalam usaha industri rumahtangga pengolahan hasil
tanaman obat mencakup potensi diri perempuan dan potensi relasi gender. Potensi tersebut termasuk kapasitas diri perempuan pendidikan, ketrampilan, dan
pengalaman dan kapasitas relasi gender yang akan meningkatkan potensi perempuan lebih baik dalam usaha industri rumahtangga pengolahan hasil
tanaman obat. Termasuk dalam peluang adalah pasar dan program budidaya dan
pengolahan hasil tanaman obat yang pada akhirnya dapat meningkatkan status perempuan dalam usaha industri rumahtangga pengolahan hasil tanaman obat.
6.2.1 Tipe Petani Tanaman Obat
Potensi tipe pengrajin olahan hasil tanaman obat pada kasus B dapat dilihat dari kapasitas diri yaitu pendidikan, ketrampilan dan pengalaman yang
cukup kuat. Pendidikan kasus B lebih tinggi dibanding kasus S. Ketrampilan dan pengalaman mengolah tanaman obat sudah dimiliki karena sebelumnya kasus B
juga menekuni membuat jamu kekerit. Sedangkan kapasitas relasi gender kasus B juga cukup kuat karena kasus B cenderung aktif me ngakses berbagai sumber daya
sosio budaya dan aktif dalam mengikuti kepengurusan organisasi. Pada kasus S kapasitas diri dan kapasitas relasi gender tersebut masih
lemah. Kapasitas diri kasus S yang masih lemah adalah pendidikan yang rendah dibanding kasus B dan pengalaman mengolah tanaman obat yang tidak
dimilikinya. Sedangkan dalam ketrampilan kasus S cukup memiliki. Lemahnya kapasitas relasi gender dalam kasus S karena kasus S cenderung tidak memiliki
akses dan kontrol terhadap sumber daya sosio budaya. Oleh karena itu pada tipe
ini, kasus B lebih memiliki kemampuan mengembangkan usaha industri rumahtangga pengolahan hasil tanaman obat dibanding pada kasus S.
Berdasarkan peluang, kasus B lebih mempunyai peluang. pasar dan program. Program yang diperoleh kasus B dari sumber daya sosio yang diakses
dan dikontrol. Sedangkan pasar bisa dijangkau kasus B dengan kapasitas gender yang dimilikinya sehingga jaringan pemasaran lebih luas. Hal ini berimbas pada
bertambahnya skala usaha pada kasus B dibanding pada kasus S. Sehingga pengolahan tanaman pada kasus B sudah dapat dijadikan sebagai mata
pencaharian utama dan pada kasus S sebagai usaha sampingan. Peluang pengembangan tanaman obat yang dapat meningkatkan status perempuan pada
kasus B bisa dilihat berdasarkan status petani pengolah tanaman obat yang diperolehnya. Sedang kasus S, istri hanya sebagai anggota rumahtangga yang
membantu suami sebagai petani pengolah tanaman obat. Oleh karena itu pada tipe ini, kasus B memiliki peluang lebih besar untuk mengembangkan usaha industri
rumahtangga pengolahan hasil tanaman obat dibanding pada kasus S.
6.2.2 Tipe Pengrajin Olahan Hasil Tanaman Obat