Akses dan Kontrol Terhadap Sumberdaya dan Manfaat

3. Nilai feminitas perempuan yaitu nilai yang mengatur berbagai hal yang berkaitan dengan karakteristik perempuan dalam bentuk yang ideal seperti kerendahhatian dan ketaatan perempuan modest dan submissive atau tentang ketrampilan tangan perempuan numble fingers.

2.1.8.2 Akses dan Kontrol Terhadap Sumberdaya dan Manfaat

Akses adalah peluang yang bisa diperoleh wanita dan pria untuk melakukan sesuatu, memilki sesuatu, atau menikmati sesuatu kegiatan, barang, jasa dan sebagainya. Sedangkan kontrol adalah sejauh mana wanita dan pria mempunyai kekuasaan atau kemampuan dalam proses pengambilan keputusan dalam merencanakan, melakukanmemiliki atau menikmati sesuatu. Seseorang yang memiliki akses belum tentu memiliki kontrol atas sesuatu tersebut. Sebaliknya kontrol mencirikan bahwa seseorang memiliki kekuasaan dalam menentukan sesuatu untuk diakses atau tidak Handayani dan Sugiarti, 2001. Handayani dan Sugiarti 2001 menambahkan bahwa perbedaan gender berhubungan dengan akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan dalam hal ini perempuan terpengaruh lebih besar. Di dalam akses dan kontrol terhadap sumber-sumber daya juga perlu dilihat siapa yang mendapat manfaat dari penggunaan sumber-sumber daya tersebut. Akses dan kontrol tersebut berkaitan dengan: 1. Lahan, umumnya perempuan secara adat mempunyai akses ke pertanian namun perempuan jarang memiliki hak hukum. 2. Sumber daya alam lainnya, seringkali perempuan mempunyai pengetahuan setempat dan keahlian yang luas, namun proyek-proyek untuk pembangunan sumber daya alam dan konservasi seringkali mengabaikan perempuan. 3. Kredit dan kapital, pinjaman untuk laki-laki seringkali lebih besar dan lebih berjangka panjang daripada yang diberikan untuk perempuan. Hal ini didasarkan pada asumsi tak tertulis bahwa pendapatan perempuan hanya sebagai tambahan dari hasil yang diperoleh kepala keluarga laki- laki. 4. Buruh, beban kerja dan waktu, sebagian besar perempuan tidak memiliki waktu yang banyak atau bahkan tidak memiliki waktu luang karena pada umumnya perempuan memiliki jam kerja yang lebih panjang sehingga beban kerja mereka lebih berat dan seringkali mereka adalah buruh keluarga yang tidak dibayar. 5. Pekerjaan formal, akses perempuan terhadap peluang bekerja di sektor formal seringkali menujukkan ketidaksetaraan kesempatan kerja antara laki- laki dan perempuan. 6. Teknologi dan training, dengan mengenalkannya teknologi hemat buruh dan inovasi lainnya sebagai tugas laki- laki, tanpa memberi perhatian yang sama terhadap pekerjaan yang dilakukan perempuan akan menyebabkan terciptanya suatu ‘kesenjangan’ teknologi antara laki- laki dan perempuan. Menurut Saptari dan Holzner 1997 bentuk-bentuk pengambilan keputusan perempuan pedesaan yang menyangkut produksi pertanian dapat digunakan sebagai indikator pengaruh mereka di dalam rumah tangga. Untuk Jawa, White dan Hastuti 1980 dikutip Saptari dan Holzner 1997 telah mendokumentasikan bahwa pengambilan keputusan berkenaan dengan gender bervariasi dari satu rumah tangga ke rumah tangga yang lain. Zarida 2000 menambahkan sepanjang lingkungan sosial yang ada belum memahami sepenuhnya mengenai makna dari mitra sejajar maka peran wanita dalam pembangunan nasional akan sulit untuk diperhitungkan. Adanya kondisi tersebut pada gilirannya akan mendorong wanita untuk sulit mengambil keputusan terutama dengan hal- hal yang berkaitan dengan pengelolaan usaha. Mereka terbiasa atau bahkan kurang percaya diri untuk mengambil keputusan sendiri, karena berpandangan terutama untuk masyarakat yang kurang berpendidikan bahwa suami adalah yang paling berhak untuk menentukan segalanya. Sedangkan menurut Tan 1995,b dikutip Zarida 2000 kemitraan pada masyarakat golongan bawah berpendidikan kurang dalam arti kerjasama antara suami dan istri terjadi secara alamiah. Pendapat diatas berkaitan dengan wanita tani. Menurut Departemen Pertanian 1997 dikutip Allegina 2003 wanita tani adalah kaum wanita dalam keluarga petani dan masyarakat pertanian yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dan ikut bertanggung jawab dalam kegiatan usaha tani dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan usaha peningkatan kesejaheraan keluarganya. Ditambahkannya meskipun wanita tani menunjukkan tanggung jawab dan peranan yang besar, namun secara umum masih terdapat berbagai kendala seperti: 1 Wanita tani masih memperoleh kesempatan untuk berperan serta dalam pembangunan; 2 Pendidikan wanita tani pada umumnya masih rendah; 3 Wanita tani kur ang diberikan akses dengan berbagai pelayanan di sektor pertanian; 4 Terdapat kesenjangan dalam struktur upah antara pria dan wanita di sektor pertanian, dan kurangnya penghargaan terhadap kemampuan wanita. Kerangka Pemikiran Pada masyarakat Desa Pasir Gaok dan Ranca Bungur, petani menerapkan strategi pola nafkah ganda. Di dalam pola ini sejumlah anggota rumah tangga usia kerja terlibat mencari nafkah di sektor pertanian maupun non pertanian. Di sektor pertanian rumah tangga berusahatani dibudidaya tanaman obat sedangkan di sektor non pertanian rumah tangga berusaha melalui industri rumahtangga pengolahan hasil tanaman obat. Pembagian kerja antara laki- laki dan perempuan pada rumah tangga petani tanaman obat juga berdasarkan keragaman nafkah yang dilakukan. Budidaya tanaman obat dikerjakan oleh dominan laki- laki sedangkan pengolahan hasil tanaman obat dikerjakan oleh dominan perempuan. Pembagian kerja ini juga dipengaruhi oleh nilai feminitas perempuan yaitu berbagai hal yang berkaitan dengan karakteristik perempuan dalam bentuk yang ideal. Pengolahan hail tanaman obat berkaitan dengan ketrampilan tangan perempuan Numble Fingers yaitu memasak sebagai kegiatan reproduksi. Pembagian kerja antara perempuan dan laki- laki berpengaruh terhadap akses dan kontrol terhadap sumberdaya. Sumberdaya tersebut mencakup sumberdaya fisik lahan, modal, dan peralatan baik untuk budidaya tanaman obat maupun pengolahan hasil tanaman obat, sumberdaya pasar pasar komoditi untuk membeli dan menjual hasil tanaman obat dan sumberdaya sosio-budaya informasi, pelatihan, penyuluhan pengembangan tanaman obat. Selain itu pembagian kerja juga mempengaruhi akses dan kontrol terhadap manfaat. Manfaat bagi perempuan ada 2 yaitu, manfaat praktis penghasilan, pemilikan aset-aset pribadi dan pemenuhan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan dan manfaat strategis bertambahnya wawasan dan pengetahuan tentang pengembangan tanaman obat dan status kerja perempuan dalam usaha industri rumahtangga pengolahan hasil tanaman obat baik di rumahtangga maupun di masyarakat. Akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat tersebut berpengaruh terhadap potensi perempuan dalam usaha industri rumahtangga pengolahan hasil tanaman obat. Potensi tersebut termasuk kapasitas diri perempuan pendidikan, ketrampilan, dan pengalaman dan kapasitas relasi gender. Sedangkan yang termasuk dalam peluang perempuan dalam usaha industri rumahtangga pengolahan hasil tanaman obat adalah pasar dan program pengembangan tanaman obat yang pada akhirnya dapat meningkatkan status perempuan dalam usaha industri rumahtangga pengolahan hasil tanaman obat Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Strategi Pola Nafkah Ganda : - Sektor Pertanian : Budidaya Tanaman Obat - Sektor Non Pertanian : Pengolahan Hasil Tanaman Obat Pembagian Kerja Rumah Tangga Usahatani Tanaman Obat: - Budidaya Tanaman Obat: Dominan Laki- laki - Pengolahan Tanaman Obat : Dominan Perempuan Akses dan Kontrol Terhadap Sumber Daya: - Fisik - Pasar - Sosio Budaya Akses dan Kontrol Terhadap Manfaat: - Manfaat praktis - Manfaat Strategis Nilai Feminitas Perempuan Berbagai hal yang berkaitan dengan karakteristik perempuan dalam bentuk yang ideal Usaha pengolahan tanaman obat berkaitan dengan ketrampilan tangan perempuan Numble Fingers Potensi dan Peluang Perempuan dalam Pengembangan Tanaman Obat: - Potensi diri perempuan - Potensi relasi gender - Peluang pasar - Peluang program untuk meningkatkan status Hipotesa Pengarah Diduga bahwa perempuan dalam rumahtangga pengrajin olahan hasil tanaman obat mempunyai akses dan kontrol lebih besar dibanding rumahtangga petani tanaman obat. Definisi Konseptual 1. Rumah tangga adalah sekelompok orang laki-laki dan perempuan yang tinggal bersama dalam satu rumah dan makan bersama dari satu dapur. Sedangkan orang-orang yang tinggal disebut anggota rumah tangga. 2. Pola nafkah ganda adalah pola yang diambil sebagai strategi nafkah rumah tangga, terbagi 2 yaitu: § Sektor pertanian : budidaya tanaman obat § Sektor non pertanian : pengolahan hasil tanaman obat 3. Budidaya tanaman obat adalah tahapan dari pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan tanaman dan panen. Sedangkan pasca panen pembersihan, pengelompokansortasi, pengepakan dan pengangkutan, 4. Pengolahan Tanaman Obat adalah proses pembuatan obat terbagi atas: § Jamu dalam bentuk sederhana rajangan : prosesnya dimulai dari pengangkutan, pencucian, pengirisan, penjemuran dan pengemasan. § Jahe instan prosesnya dimulai dari pengangkutan, pencucian, pemarutan, pemisahan sari dengan ampas, perebusan, pengemasan jahe instan. 5. Industri rumah tangga pengolahan tanaman obat adalah industri yang mempekerjakan tenaga kerja antara 1-4 orang dengan tenaga kerja adalah anggota rumah tangga dan modal serta kerja terkumpul dalam satu rumah tangga atau satu orang yang mengolah tanaman obat menjadi obat yang bisa dikonsumsi baik secara langsung atau tidak langsung. 6. Petani tanaman obat terbagi atas: § Petani tanaman obat yaitu petani budidaya, pengolah, dan pedagang tanaman obat § Pengrajin olahan hasil tanaman obat yaitu pengolah dan pedagang tanaman obat 7. Nilai feminitas perempuan adalah berbagai hal yang berkaitan dengan karakteristik perempuan dalam bentuk yang ideal termasuk usaha pengolahan tanaman obat berkaitan dengan ketrampilan tangan perempuan numble fingers. 8. Akses adalah peluang untuk menggunakan sumber daya baik sumber daya untuk kegiatan produktif fisik, pasar dan sosio-budaya yang berkaitan dengan pengembangan tanaman obat maupun kegiatan reproduktif serta sosial. tanpa memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. 9. Kontrol adalah kewenangan penuh untuk mengambil keputusan di dalam rumah tangga baik dalam kegitan produktif pengolahan hasil tanaman obat maupun kegiatan reproduktif serta sosial. 10. Manfaat adalah hal-hal yang dapat diperoleh perempuan, dapat dibagi dua yaitu praktis penghasilan, pemilikan aset-aset pribadi dan pemenuhan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan dan strategis bertambahnya wawasan dan pengetahuan tentang budidaya dan pengolahan hasil tanaman obat dan status kerja perempuan di usaha industri rumahtangga pengolahan hasil tanaman obat. baik di rumahtangga maupun di masyarakat. 11. Peralatanteknologi adalah prasarana alat-alat yang digunakan oleh pengrajin tanaman obat baik dalam kegiatan pra pengolahan pemanenan tanaman obat maupun pengolahan tanaman obat. 12. Potensi perempuan dalam usaha industri rumahtangga pengolahan hasil tanaman obat mencakup potensi diri perempuan dan potensi relasi gender. § Potensi diri perempuan: pendidikan, ketrampilan, dan pengalaman pengolahan tanaman obat. Hal ini disebut kapasitas diri perempuan. § Potensi relasi gender: jaringan hubungan baik antara laki-laki maupun perempuan. 14 Peluang perempuan dalam usaha industri rumahtangga pengolahan hasil tanaman obat mencakup : § pasar budidaya dan pengolahan hasil tanaman obat: tempat menjual bahan baku dan hasil pengolahan tanaman obat. § program budidaya dan pengolahan hasil tanaman obat: beragam program yang diintroduksikan oleh pemerintahswasta yang berhubungan dengan kegiatan produktif, reproduktif maupun kegiatan sosial pada rumah tangga di Kecamatan Rancabungur selama satu tahun terakhir. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian