2.1.8 Analisis Gender
Analisis Gender merupakan suatu analisis sosial yang melihat perbedaan antara laki- laki dan perempuan. Perbedaan tersebut dilihat dari segi keadaan
kondisi dan kedudukan posisi di masyarakat dan di dalam keluarga. Sebagai suatu alat, analisis gender tidak hanya melihat peran, aktivitas tetapi
juga hubungan. Terdapat lima alat analisis yaitu teknik analisis Harvard, teknik analisis Moser, teknik analisis Longwe, teknik analisis Munro dan
teknik analisis CVA Handayani dan Sugiarti, 2001. Teknik analisis Harvard sering disebut sebagai Gender Framework
Analysis GFA, yaitu suatu analisis yang digunakan untuk melihat suatu profil gender dalam proyek pembangunan, yang mengutarakan perlunya tiga
komponen dan interelasi satu sama lain, yaitu: profil aktivitas, profil akses dan profil kontrol Overholt et. al. dikutip oleh Handayani dan Sugiarti, 2001.
2.1.8.1 Pembagian Pekerjaan
Pekerjaan menurut Magnis 1978 dikutip Wungu 1986 adalah segala kegiatan yang direncanakan, jadi memerlukan pemikiran yang khusus dan
tidak dapat dijalankan oleh binatang, yang dilakukan tidak hanya karena pelaksanaan kegiatan itu sendiri menyenangkan melainkan karena kita mau,
dengan sungguh-sungguh, mencapai suatu hasil yang kemudian berdiri sendiri, atau sebagai benda, karya, tenaga, dan sebagainya, atau sebagai
pelayanan terhadap masyarakat, termasuk dirinya sendiri. Kegiatan ini dapat berupa pemakaian tenaga jasmani atau rohani. Sedangkan menurut Moore
1988 dikutip Saptari dan Holzner 1997 kerja didefinisikan sebagai segala hal yang dikerjakan oleh seorang individu baik untuk substensi, untuk
dipertukarkan atau diperdagangkan, untuk menjaga kelangsungan hidup keluarga atau masyarakat.
Menurut Saptari dan Holzner 1997 ada tiga pengkategorian kerja perempuan, yaitu:
1. ProduksiReproduksi
Perbedaan kerja ini didasarkan oleh hasil yang diberikan dari pekerjaan yang dilakukan.
2. DomestikBukan-domestik
Perbedaan kerja ini didasarkan atas tempat dilakukannya kegiatan tersebut. 3.
Kerja UpahanBukan-Upahan Batasan perbedaan kerja ini tidak terlalu tajam seperti pada kedua kerja diatas.
Dalam hal ini hubungan vertikal dan horizontal yang terjadi antara orang yang melakukan pekerjaan tersebut dengan orang lain sering dipengaruhi oleh
dibayar tidakanya ia, yang hal ini dilihat oleh ahli studi perempuan, kerja dilihat atas dasar diupah atau tidaknya pekerja.
Hal senada diungkapkan oleh Gleason 1991 dikutip Prasetyaningsih 2004 yang mengkategorikan kerja wanita menjadi: 1 bekerja sebagai
tenaga kerja untuk upah; 2 bekerja sebagai tenaga kerja yang tidak dibayar; dan 3 bekerja untuk keluarga dalam aktivitas ekonomi subsisten. Tomada
1986 dikutip Prasetaningsih 2004 menambahkan kategori keempat yaitu
yang berkaitan dengan aktivitas produksi rumahtangga seperti mengasuh anak, membersihkan rumah dan memasak.
Kerja wanita seringkali tidak tampak invisible karena di sebagian masyarakat, keterlibatan wanita seringkali pada pekerjaan yang tidak
mendatangkan upah atau tidak dilakukan di luar rumah walaupun mendatangkan penghasilan. Seperti pendapat Pigou 1984 dikutip Saptari dan
Holzner 1997 bahwa perempuan tidak dianggap sebagai orang yang bekerja atau sebagai penghasil nafkah dan dengan demikian dianggap tidak produktif.
Hal ini justru disebabkan kerja rumah tangga bukan merupakan kerja upahan, dengan demikian tidak diakui sebagai kerja. Sedangkan Chank 1991 dikutip
Zarida 2000 berpendapat bahwa kecenderungan wanita untuk bekerja pada jenis-jenis pekerjaan yang dapat dilakukan bersamaan dengan tugas domestik
atau tidak bekerja sama sekali. Pudjiwati Sayogyo 1981 dikutip Prasetyaningsih 2004
mengungkapkan pokok-pokok dari perumusan bekerja yang meliputi lima hal yaitu: 1 Para pelaku yang mempunyai peranan itu mengeluarkan energi; 2
Para pelaku memberikan sumbangan dalam produksi barang maupun jasa; 3 Para pelaku menjalin suatu pola interaksi dngan lingkungannnya dan
memperoleh status; 4 Para pelaku mendapatkan hasil berupa ‘cash’ atau berbentuk ‘natura’; dan 5 Para pelaku mendapatkan hasil yang mempunyai
nilai waktu. Profil pembagian kerja dalam kegiatan digunakan untuk melihat: siapa
melakuan kegiatan, berapa waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
tersebut dan kapan serta berapa pendapatan yang dihasilkan melalui kegiatan tersebut. Kegiatan dalam analisis gender didefinisikan sebagai:
1. Kegiatan Produktif
Yaitu kegiatan yang menyumbang pendapatan keluarga dalam bentuk uang atau barang, misalnya bertani, kerajinan tangan, dan lain- lain.
2. Kegiatan Reproduktif
Yaitu kegiatan yang menjamin kelangsungan hidup manusia dan keluarga, misalnya pekerjaan rumahtangga.
3. Kegiatan Sosial Yaitu kegiatan yang tidak terbatas pada pengaturan rumahtangga, tetapi yang
menyangkut kegiatan masyarakat, misalnya berorganisasi dalam kelompok. Secara implisit Saptari dan Holzner 1997 mengemukakan bahwa
nilai- nilai atau ideologi yang terdapat di masyarakat berpengaruh terhadap pembagian kerja seksual. Bentuk nilai-nilai yang umum terdapat di berbagai
negara di Asia adalah: 1.
Nilai pemingitan Seclusion yaitu nilai yang memberi batasan kebebasan ruang gerak kaum perempuan sekaligus menentukan bagaimana mereka
bertingkah laku. 2.
Nilai pengucilan dari bidang-bidang tetentu Exclusion yaitu nilai yang menutup kemungkinan bagi perempuan untuk melakukan pekerjaan tertentu,
namun batasan kebebasan bergerak tidak seketat pada masyarakat yang mengenal seclusion.
3. Nilai feminitas perempuan yaitu nilai yang mengatur berbagai hal yang
berkaitan dengan karakteristik perempuan dalam bentuk yang ideal seperti kerendahhatian dan ketaatan perempuan modest dan submissive atau tentang
ketrampilan tangan perempuan numble fingers.
2.1.8.2 Akses dan Kontrol Terhadap Sumberdaya dan Manfaat