Tipe Pengrajin Olahan Hasil Tanaman Obat

pemasaran sedangkan istri pada kegiatan pengolahan hasil tanaman obat. Pada kegiatan reproduksi anak perempuan dominan sebagai pelaku, justru istri dan anak laki- laki hanya membantu. Pada kasus S pembagian kerja sama pada kasus B, tetapi dalam kegiatan reproduksi istri dominan mengerjakannya. Berdasarkan uraian ini, pada kasus B sebenarnya terdapat beban kerja ganda pada istri karena selain dominan pada kegiatan produksi pengolahan hasil tanaman obat juga melakukan kegiatan reproduksi walaupun tidak dominan. Hal ini dikarenakan terdapat anak perempuan yang sudah dewasa dan dianggap mampu diberi tanggung jawab mengerjakan kegiatan reproduksi. Pada awalnya istri juga mengalami beban kerja berat ketika anak-anak masih kecil kegiatan produksi belum mengolah tanaman obat. Pada kasus S, beban kerja yang ada pada istri lebih besar. Selain dominan pada kegiatan produksi pengolahan hasil tanaman obat juga dominan pada kegiatan reproduksi. Anak perempuan hanya membantu karena hanya mempunyai waktu sepulang sekolah. Pada kedua kasus ini suami tidak melakukan kegiatan reproduksi hanya anak laki- laki yang ikut membantu dalam kegiatan ini. Seperti ungkapan M, anak laki- laki pada kasus S yang menyatakan: “ ...Yah kadang-kadang saya juga membantu tugas rumah seperti mengangkat jemuran kalau mau hujan. Tapi kalau nyuci atau bersih-bersih rumah apalagi masak kan sudah ada adik-adik perempuan yang bantu ibu...” Berdasarkan tabel 10 nampak adanya stereotipi bahwa pekerjaan perempuan merupakan perpanjangan tangan dari pekerjaan reproduksi. Misalnya pengolahan tanaman obat berhubungan dengan kegiatan memasak.

5.1.2 Tipe Pengrajin Olahan Hasil Tanaman Obat

Pada tipe pengrajin olahan hasil tanaman obat disebut sebagai rumahtangga pengrajin olahan hasil tanaman obat berdasarkan pengakuan dari subyek kasus. Di dalam rumahtangga ini meskipun memiliki strategi nafkah ganda yaitu budidaya dan pengolahan jahe instan tetapi budidaya dalam tipe ini semua kasus berbudidaya tanaman obat tetapi ada juga yang hanya berbudidaya palawija. Selain itu tanaman obat yang dibudidayakan juga tidak diolah oleh kasus.Pada tipe ini jenis tanaman obat yang dikembangkan adalah jahe instan. Tanaman obat jahe yang diolah diperoleh dengan membeli. Oleh karena itu subyek kasus menyatakan sebagai pengrajin olahan hasil tanaman obat berdasarkan bahan baku pengolahan jahe instan yang tidak diperoleh dari budidaya sendiri. Strategi tersebut berpengaruh pada pembagian kerja yang ada dalam rumahtangga yang mencakup kegiatan produksi, reproduksi dan sosial. Kegiatan produksi pada rumahtangga pengrajin olahan hasil tanaman obat mencakup: budidaya baik budidaya tanaman obat maupun budidaya palawija pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan tanaman dan panen, pasca panen pembersihan, pengelompokansortasi, pengepakan dan pengangkutan, pengolahan jahe instan pencucian jahe, pemarutan jahe, pemerasan jahe, perebusan sari jahe, pengemasan jahe instan dan pemasaran. Kegiatan reproduksi pada rumahtangga pengrajin olahan hasil tanaman obat mencakup: belanja, memasak, mencuci pakaian, peralatan makan dan masak, menyetrika pakaian dan membersihkan rumah. Sedangkan kegiatan sosial rumahtangga pengrajin olahan hasil tanaman obat mencakup: pertemuan rutin anggota kelompok tani, arisan, gotong royong dan pengajian. Di bawah ini tabel pembagia n kerja antara laki- laki dan perempuan pada tiga kasus pengrajin hasil tanaman obat yaitu kasus I, kasus Y dan kasus R. Tabel 13. Pembagian Kerja Laki-laki dan Perempuan Pada Rumahtangga Pengrajin Olahan Hasil Tanaman Obat Kegiatan Kasus I Kasus Y Kasus R S I AL AP S I AL AP S I AL AP Produksi: Budidaya: pengolahan tanah √ √ √ √ √ penanaman √ √ √ √ √ pemeliharaan tanaman √ √ √ √ √ panen √ √ √ √ √ Pasca Panen: pembersihan √ √ √ √ √ pengelompokansortasi √ √ √ √ √ pengepakan √ √ √ √ √ pengangkutan √ √ √ √ √ Pengolahan: pencucian √ √ √ √ √ √ √ √ pemarutan jahe √ √ √ √ √ √ √ √ pemerasan jahe √ √ √ √ √ √ √ √ perebusan sari jahe √ √ √ √ √ √ √ √ pengemasan √ √ √ √ √ √ √ √ Pemasaran √ √√ √√ √√ Reproduksi: √ √ √ √ √ √ √ belanja √ √ √ √ √ √ √ memasak √ √ √ √ √ √ √ √ mencuci pakaian, peralatan makan dan masak √ √ √ √ √ √ √ √ menyetrika pakaian √ √ √ √ √ √ √ membersihkan rumah Sosial: √ √ √ pertemuan rutin anggota Kelompok Tani √ √ arisan √ √ √ √ √ √ √ √ gotong royong √ √ √ √ √ √ pengajian. Keterangan: -S: Suami -AL: Anak Laki-laki √ : Pelaku -I : Istri -AP: Anak Perempuan √ √ : Pelaku Dominan Kasus I : Rumahtangga Iyus Kasus Y : Rumahtangga Yoyoh Kasus R : Rumahtangga Rodiah Sumber: Dikumpulkan oleh penulis dari wawancara mendalam dan observasi Berdasarkan tabel terlihat bahwa baik pada kasus I, kasus Y maupun kasus R juga tidak terdapat pembagian kerja yang tegas antara laki- laki dan perempuan yaitu laki- laki dan perempuan dominan pada kegiatan produksi. Pada kasus I, suami tidak melakukan kegiatan produksi budidaya tanaman obat. Pada kegiatan produksi maupun reproduksi istri dominan dalam mengerjakannya. Kegiatan reproduksi dibantu anak perempuan dan tidak mempunyai anak laki- laki. Sedangkan pada kasus Y suami dominan mengerjakan kegiatan produksi budidaya tanaman obat dan istri dominan mengerjakan kegiatan produksi pengolahan jahe instan. Istri juga dominan dalam kegiatan reproduksi. Anak baik laki- laki dan perempuan hanya membantu saja. Pada kasus R, budidaya yang dikerjakan bukan budidaya tanaman obat melainkan budidaya palawija. Pada kegiatan produksi budidaya suami hanya membantu sedang anak laki- laki yang dominan karena faktor usia. Demikian juga pada kegiatan reproduksi, anak perempuan yang dominan mengerjakan sedang istri hanya membantu. Istri justru dominan pada kegiatan produksi pengolahan jahe instan termasuk pemasarannya. Berdasarkan uraian tersebut, pada ketiga kasus rumahtangga terdapat beban kerja yang berat bagi istri. Hal ini dikarenakan mereka sekaligus mengerjakan kegiatan produksi dan reproduksi. Selain itu pada kegiatan produksi istri dominan pada kegiatan pengolahan juga pemasaran. Beban kerja yang paling nampak adalah pada kasus I dan kasus Y karena istri dominan pada kedua kegiatan ini. Anak perempuan hanya membantu karena hanya mempunyai waktu sepulang sekolah. Sedang pada kasus R beban kerja berkurang karena pada kegiatan reproduksi hanya membantu dan anak perempuan yang dominan mengerjakannya. Walaupun pada awalnya beban kerja ada saat anak-anak masih kecil, istri menjalankan kedua kegiatan kegiatan produksi belum mengolah jahe instan. Pada ketiga kasus ini suami tidak melakukan kegiatan reproduksi hanya anak laki- laki yang ikut membantu dalam kegiatan ini. Tabel 11 juga menunjukkan adanya stereotipi bahwa pekerjaan perempuan merupakan perpanjangan tangan dari pekerjaan reproduksi. Misalnya pengolahan tanaman obat berhubungan dengan kegiatan memasak. 5.2 Akses dan Kontrol Terhadap Sumber Daya 5.2.1 Tipe Petani Tanaman Obat