Kadar Karbon Monoksida CO di Udara Lokasi Pengambilan

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Kadar Karbon Monoksida CO di Udara Lokasi Pengambilan

Sampel Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.1. kadar gas CO tertinggi terdapat pada jalan Jend. A.H. Nasution pada pengukuran kedua yaitu 18.323 µgNm 3 dan kadar gas CO terendah terdapat di jalan Dr. Mansyur pada pengukuran pertama dengan hasil 8.016 µgNm 3 . Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999, kadar gas CO pada semua pengukuran masih memenuhi syarat yaitu dibawah 30.000µgNm 3 untuk pengukuran 1 jam. Pada jalan Dr. Mansyur kadar gas CO yang didapat adalah 8.016µgNm 3 pada pengukuran pertam a dan 10.306µgNm 3 pada pengukuran kedua. Jalan Dr. Mansyur merupakan salah satu jaringan jalan yang berfungsi sebagai jalan arteri sekunder. Fungsi jalan arteri primer adalah melayani distribusi untuk masyarakat dalam kota, maka kendaraan berat tidak melintas pada jalan ini. Pada saat pengukuran volume lalu lintas, kendaraan yang melintas dalam 1 jam didominasi oleh kendaraan bermesin bensin. Hasil pengukuran yang berbeda antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua disebabkan pengukuran pertama dilakukan pada pagi hari sementara pengukuran kedua dilakukan pada siang hari sehingga adanya perbedaan volume lalu lintas, suhu dan kelembaban pada kedua pengukuran. Keberadaan pohon Mahoni Swietania Macrophylla diasumsikan dapat menyerap polutan udara yang dilepaskan oleh kendaraan bermotor. Universitas Sumatera Utara Pada jalan Jend. A.H. Nasution kadar gas CO yang didapat adalah 17.177µgNm 3 pada pengukuran pertama dan 18.323µgNm 3 pada pengukuran kedua. Jalan Jend. A.H. Nasution merupakan salah satu jaringan jalan yang berfungsi sebagai jalan arteri sekunder. Fungsi jalan arteri primer adalah melayani distribusi untuk tingkat nasional dan daerah, maka kendaraan yang melintas di jalan ini lebih bervariasi. Pada saat pengukuran volume lalu lintas, kendaraan yang lewat tidak hanya kendaraan yang berukuran kecil, namun bus dan alat angkutan berat juga banyak melintas pada saat pengukuran. Artinya kendaraan bermesin diesel lebih sering melintas pada jalan ini. Hasil pengukuran yang tidak jauh berbeda antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua disebabkan pengukuran pertama selang waktu pengukuran pertama dengan pengukuran kedua tidak jauh berbeda karena pengukuran kedua dilakukan setelah pengukuran pertama selesai dilakukan. Keberadaan pohon Angsana Pterocarpus Indicus diasumsikan dapat menyerap polutan udara yang dilepaskan oleh kendaraan bermotor karena setiap tanaman memiliki kemampuan untuk menyerap gas CO yang ada di udara. Hasil penelitian Harahap 2013 menemukan bahwa kadar gas CO di udara ambien lebih banyak jumlahnya pada jalan raya yang tidak diatanami pohon Angsana Pterocarpus Indicus daripada jalan raya yang diatanami pohon Angsana Pterocarpus Indicus. Dari beberapa komponen pencemar udara, presentase terbesar gas pencemar udara adalah gas CO yaitu sebesar 70,50. Dari semua sumber pencemaran udara, kegiatan transportasi paling banyak menghasilkan gas CO Universitas Sumatera Utara dengan menyumbang sebesar 63,8. Untuk transportasi darat, mobil bensin menyumbang sebesar 59, mobil diesel menyumbang sebesar 0,2, kereta api sebanyak 0,1 dan sepeda motor sebanyak 1,8 Wardhana, 2004. Gas CO terbentuk oleh pembakaran yang tidak sempurna baik oleh bahan bakar ataupun benda lainnya, namun penyumbang gas CO terbesar di udara disebabkan oleh kegiatan transportasi karena adanya sisa pembakaran bahan bakar minyak pada mesin kendaraan bermotor. Sehingga semakin banyaknya aktivitas transportasi oleh manusia maka gas CO akan semakin meningkat sehingga kualitas udara menurun. Kendaraan bermotor termasuk sebagai sumber bergerak oleh aktivitas manusia yang menghasilkan polutan di udara. Dampak negatif yang ditimbulkan gas CO terhadap kesehatan adalah berkurangnya oksigen di dalam darah karena kestabilan hemoglobin dalam darah untuk mengikat gas CO adalah 240 kali kestabilan hemoglobin terhadap gas oksigen. Paparan gas CO dalam waktu yang lama dapat menyebabkan mual, pusing dan kulit berwarna merah Wardhana, 2004. Dampak mual dan pusing sering dirasakan oleh masyarakat yang menggunakan kendaraan umum seperti angkot atau pada saat kondisi transportasi yang padat.

5.2. Kadar Sulfur Dioksida SO

Dokumen yang terkait

Penentuan Jalur Alternatif untuk Menghindari Kemacetan Lalu Lintas dengan Menggunakan Algoritma Dijkstra (Studi Kasus: Simpang Empat Waspada Medan)

19 115 45

Pertanggungjawaban Pidana Pengatur Lalu Lintas Udara Sipil Atas Kecelakaan Pesawat Terbang Dalam Perspektif Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbanga

1 51 81

Penerapan Model Greenberg Untuk Arus Lalu Lintas (Studi Kasus : Jalan Ir. Juanda Medan)

6 69 44

PENGARUH KENDARAAN LUAR DAERAH TERHADAP BEBAN LALU LINTAS DI YOGYAKARTA PENGARUH KENDARAAN LUAR DAERAH TERHADAP BEBAN LALU LINTAS DI YOGYAKARTA (Studi Kasus : Jl. Jendral Sudirman, Jl. Malioboro).

0 2 11

PENDAHULUAN PENGARUH KENDARAAN LUAR DAERAH TERHADAP BEBAN LALU LINTAS DI YOGYAKARTA (Studi Kasus : Jl. Jendral Sudirman, Jl. Malioboro).

0 3 6

TINJAUAN PUSTAKA PENGARUH KENDARAAN LUAR DAERAH TERHADAP BEBAN LALU LINTAS DI YOGYAKARTA (Studi Kasus : Jl. Jendral Sudirman, Jl. Malioboro).

0 3 12

KESIMPULAN DAN SARAN PENGARUH KENDARAAN LUAR DAERAH TERHADAP BEBAN LALU LINTAS DI YOGYAKARTA (Studi Kasus : Jl. Jendral Sudirman, Jl. Malioboro).

0 2 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Udara 2.1.1. Pengertian Udara - Perbedaan Kadar Co dan So2 di Udara Berdasarkan Volume Lalu Lintas dan Banyaknya Pohon di Jl. Dr. Mansur dan Jl. Jendral A.H. Nasution di Kota Medan

0 5 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbedaan Kadar Co dan So2 di Udara Berdasarkan Volume Lalu Lintas dan Banyaknya Pohon di Jl. Dr. Mansur dan Jl. Jendral A.H. Nasution di Kota Medan

0 0 7

Perbedaan Kadar Co dan So2 di Udara Berdasarkan Volume Lalu Lintas dan Banyaknya Pohon di Jl. Dr. Mansur dan Jl. Jendral A.H. Nasution di Kota Medan

0 0 15