Metode Analisa SO Pengukuran Sulfur dioksida SO

2. Masukkan larutan penyerap Griess Saltzam sebanyak 10 ml ke dalam botol penyerap. Atur botol peyerap agar terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung. 3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,4Lmenit , setelah stabil catat waktu laju alir F1. 4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat temperature dan tekanan udara. 5. Setelah 1 jam catat laju akhir dan kemudia matikan pompa penghisap. 6. Analisis yang dilakukan dilapangan segera setelah pengambilan contoh.

3.6.3.2. Metode Analisa SO

2 dengan Pararosanilin Prinsip kerja alat spektrofometer yaitu : 1. SO 2 bereaksi dengan kalium tetrachloromerkuat TCM membentuk ion dichlorosulfitmerkurat yang bereaksi dengan pararosanilin hydrocylic dalam HCL dan formaldehyde membentuk warna merah ungu. Intensitasnya apat diukur mengguanakan spktrofometer pada panjang gelmbang 575 nm. 2. Peralatan dan Bahan.

a. Peralatan - Spektrofometer

b. Bahan

- Larutan absorban SO 2 - Larutan standar SO 2 - Aquabides Universitas Sumatera Utara - Asam sulfanilat - Formaldehyde 3. Cara Pembuatan a. Larutan absorban dalam impinge hasil sampling dimaukkan dalam tabung reaksi 25 ml b. Ditambah 1 ml asam sulfanilat, ditambah 2 ml formaldehyde, dicampur, ditambah 5 ml parasonilin, dicampur, ditambah aquabides panas sampai tanda pembatas. c. Dicampur hingga homogen dan didiamkan selama 30 menit agar bereaksi dengan sempurna. d. Diambil 10 ml larutan sampel uji, masukkan ke dalam kuvet yang bersih dan dibaca dengan spektrofometer pada panjang gelombang 575 nm. e. Catat hasilnya, misalnya X. f. Dari hasil pembacaan X letakkan pada skala absorban. g. Tarik garis horizontal ke arah garis linear garis konsentrasi.

h. Tarik garis vertikal ke arah skala konsentrasi sejajar absorban.

i. Titk pertemuan pada garis konsentrasi dibaca dan dicatat. j. Setelah didapat hasil konsentrasi sampel dari pembacaan kurva, kemudian hasilnya dibaca lagi dengan mengguanakan rumus : Kadar SO 2 = YQ x T Dimana : Y = hasil pembacaan kurva standar µgNm 3 Q = volume udara terhisap litermenit T = waktu sampling menit Universitas Sumatera Utara

3.7. Defenisi Operasional Variabel

Adapun defenisi operasional yang akan diteliti antara lain adalah sebagai berikut: 1. Udara merupakan atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang didalamnya terdapat gas oksigen yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk bernafas. 2. Karbon monoksida CO adalah gas tidak berwarna dan tidak berbau yang bersifat racun terhadap manusia. Gas karbon monoksida dapat diukur menggunakan alat CO Analyzer dengan metode NDIR. 3. Sulfur dioksida SO 2 merupakan gas yang memiliki bau tajam dan bersifat iritan yang sumber pencemarannya berasal dari kegiatan industri, transportasi dan lainnya. Gas SO 2 dapat dukur dengan Spektrofometer dengan metode Pararosalinin. 4. Arah angin berperan dalam penyebaran polutan udara dari suatu tempat ke tempat lain. 5. Kelembaban adalah konsentrasi uap air d udara yang dapat dinyatakan dalam satuan persen dan diukur menggunakan alat Hygrometer. 6. Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dan dingin suatu benda diukur menggunakan alat termometer Celcius dengan satuan derajat celcius o C. 7. Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melintasi suatu jalan dalam waktu satu jam dengan satuan kendaraanjam. Volume lalu lintas Universitas Sumatera Utara didapat dengan menghitung secara manual dengan menggunakan alat hand tally counter. 8. Banyaknya pohon adalah jumlah pohon yang terdapat di jalur jalan raya yang ditanam secara berbaris, jumlah pohon dihitung secara manual dengan satuan batang.

3.8. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran adalah mengetahui gambaran perbedaan jumlah kadar karbon konoksida CO dan sulfur dioksida SO 2 berdasarkan volume lalu lintas dan jumlah pohon di jalan Dr. Mansyur dan jalan Jend. A.H. Nasution di kota Medan. Jika terdapat karbon monoksida CO dan sulfur dioksida SO 2 melebihi baku mutu kualitas udara ambien dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 maka udara tersebut sudah tercemar karbon monoksida CO dan sulfur dioksida SO 2 . Nilai baku mutu untuk gas CO adalah 30.000µgNm 3 sedangkan untuk gas SO 2 adalah 900µgNm 3 . 3.9. Analisis Data Hasil pengukuran di lapangan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi yang dibuat dalam tabel kemudian dinarasikan, pembahasan serta kesimpulannya. Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara ambien menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Medan merupakan salah satu daerah otonom yang berstatus kota dan termasuk salah satu kota besar di Indonesia.Kota Medan juga sebagai ibukota dari provinsi Sumatera Utara, dengan fungsinya tersebut kota Medan sering digunakan sebagai barometer pembangunan dan penyelanggaraan pemerintah daerah. Secara administratif batas-batas kota Medan adalah sebagi berikut : 1. Batas Utara : Selat Malaka 2. Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang 3. Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang 4. Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang Secara geografis kota Medan terletak antara 3,30º-3,43 o LU dan 98,35- 98,44 o BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Suhu udara minimum kota Medan adlah 24 o C dan suhu maksimum adalah 32,5 o C dengan curah hujan berkosar antara 2000-2500 mm. Luas wilayah kota Medan adalah 265,10 km 2 dengan jumlah penduduk tercatat sebanyak 2.122.804 jiwa pada tahun 2012. Kotamadya Medan terdiri atas 21 kecamatan dan 151 kelurahan. Pembangunan jaringan jalan di kota Medan sangat didukung oleh pemerintah daerah, hal tersebut dapat dilihat dari rencana tata ruang wilayah RTRW kota Medan yang disahkan pada tahun 2010. RTRW kota Medan melampirkan jumlah jarungan jkalan di kota Medan yang berjumlah 166 jaringan dengan klasifikasi sesuai fungsi jalan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Jaringan jalan arteri primer sebanyak 25 jalan 2. Jaringan jalan arteri sekunder sebanyak 34 jalan 3. Jaringan jalan kolektor sebanyak 10 jalan 4. Jaringan jalan kolektor sekunder sebanyak 88 jalan 5. Jaringan jalan lingkungan sebanyak 9 jalan

4.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Jalan Dr. Mansyur merupakan salah satu jaringan jalan kota Medan yang berfungsi sebagai jaringan jalan arteri sekunder yaitu jalan yang melayani angkutan utama dan peranan pelayanan jasa distribusinya adalah untuk masyarakat dalam kota. Sesuai dengan fungsinya maka bus dan kendaraan angkutan ringan dapat melalui jalan ini. Lebar jalan Dr. Mansyur adalah 26 meter sesuai dengan RTRW kota Medan tahun 2010. Jenis pohon yang ditanam di jalan Dr. Mansyur adalah pohon Mahoni Swietania Macrophylla. Jumlah pohon yang terdapat di sekitar titik pengambilan sampel dalam radius 100 meter adalah 37 batang pohon. Jalan Jend. A.H. Nasution merupakan salah satu jaringan jalan di kota Medan yang berfungsi sebagai jaringan jalan arteri primer yaitu jalan jalan yang melayani kegiatan pusat dan kegiatan wilayah, artinya jalan arteri primer pelayanannya dalam distribusi barang dan jasa untuk semua wilayah tingkat nasional. Sesuai dengan fungsinya maka jalan ini dapat dilalui semua jenis kendaraan bermotor. Lebar jalan Jend. A.H. Nasution adalah 40 meter sesuai dengan RTRW kota Medan tahun 2010. Jenis pohon yang ditanam di jalan Jend. A.H. Nasution adalah pohon Angsana Pterocarpus Indicus.Jumlah pohon yang Universitas Sumatera Utara terdapat di sekitar titik pengambilan sampel dalam radius 100 meter adalah 18 pohon.

4.3. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini meliputi kadar gas CO dan SO 2 pada jalan Dr. Mansyur dan jalan Jend. A.H. Nasution. Pengukuran dilakukan dua kali pada waktu yang berbeda untuk masing-masing jalan. Setiap pengukuran parameter dilakukan selama satu jam. Untuk hasil pengukuran gas CO, hasil dikonversi ke satuan µgNm 3 karena hasil pengukuran yang dilampirkan dari laboratorium menggunakan satuan ppm, sehingga hasil dapat dibandingkan dengan baku mutu gas CO dalam PP Nomor 41 tahun 1999. Konversi dari satuan ppm ke µgNm 3 dihitung dengan rumus: × 24.45 × 1000 Keterangan : n : jumlah kadar CO dalam ppm BM : Berat Molekul CO C=12 ; O=16 ; CO=28 Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Kadar Gas CO di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution. Nama Jalan Pengukuran ke- NAB Hasil Dalam ppm Hasil Dalam µgNm 3 Dr. Mansyur I 30.000 µgNm 3 7 8.016 II 9 10.306 Jend. A.H. Nasution I 15 17.177 II 16 18.323 Tabel 4.1. menunjukkan bahwa kadar CO tertinggi terdapat pada jalan Jend. A.H. Nasution pada pengukuran kedua dengan hasil sebesar 18.323 µgNm 3 , sedangkan kadar CO terendah terdapat pada jalan Dr. Mansyur pada pengukuran Universitas Sumatera Utara pertama dengan hasil 8.016 µgNm 3 . Hasil kadar CO yang diukur pada kedua lokasi penelitian masih memenuhi syarat baku mutu gas CO dalam udara ambien menurut PP Nomor 41 tahun 1999. Tabel 4.2. Hasil Pengukuran Kadar Gas SO 2 di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution Nama Jalan Pengukuran ke- NAB Hasil Pengukuran Dr. Mansyur I 900 µgNm 3 57,32 II 60,78 Jend. A.H. Nasution I 70,19 II 69,73 Tabel 4.2. menunjukkan bahwa kadar SO 2 tertinggi terdapat pada jalan Jend. A.H. Nasution pada pengukuran pertama dengan hasil sebesar 70,19 µgNm 3 , sedangkan kadar SO 2 terendah terdapat pada jalan Dr. Mansyur pada pengukuran pertama dengan hasil 57,32 µgNm 3 . Hasil kadar SO 2 yang diukur pada kedua lokasi penelitian masih memenuhi syarat baku mutu gas SO 2 dalam udara ambien menurut PP Nomor 41 tahun 1999. Tabel 4.3. Hasil Pengukuran Volume Lalu Lintas di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution Parameter Satuan Jalan Dr. Mansyur Jalan Jend. A.H. Nasution I II I II Volume Lalu Lintas kendaraanjam 2879 3367 5864 5703 Rata-rata 3123 5783 Tabel 4.3. menunjukkan bahwa volume lalu lintas tertinggi terdapat di jalan Jend. A.H. Nasution yaitu 5864 kendaraanjam, sedangkan volume lalu lintas terendah terdapat pada jalan Dr. Mansyur pda pengukuran pertama yaitu 2879 kendaraanjam. rata-rata volume lalu lintas tertinggi juga terdapat pada jalan Universitas Sumatera Utara Jend. A.H. Nasution yaitu 5783 kendaraanjam, sedangkan rata-rata volume lalu lintas terendah terdapat di jalan Dr. Mansyur yaitu 3123 kendaraanjam. Tabel 4.4. Perbedaan Banyaknya Pohon di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution Nama Jalan Jumlah Pohon di Sekitar Titik Pengambilan Sampel Dr. Mansyur 37 Jend. A.H. Nasution 18 Tabel 4.4. menunjukkan bahwa jumlah pohon terbanyak terdapat di jalan Dr. Mansyur yaitu 37 pohon sedangkan jumlah pohon yang terdapat di jalan Jend. A.H. Nasution sebanyak 18 pohon. Banyaknya pohon dihitung disekitar titik pengambilan sampel dalam radius 100 meter. Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Arah Angin, Kelembaban dan Suhu di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution Parameter Satuan Jalan Dr. Mansyur Jalan Jend. A.H. Nasution I II I II Arah Angin TL Tg B BL Kelembaban 53 46 49 46 Suhu o C 31.5 34.1 33.8 34.3 Ket : TL : Timur Laut B : Barat TG : Tenggara BL : Barat Laut Tabel 4.5. menunjukkan bahwa kelembaban tertinggi terdapat pada jalan Dr. Mansyur pada pengukuran pertama yaitu 53 sedangkan kelembaban terendah terdapat di jalan Jend. A.H. Nasution dan jalan Dr. Mansyur pada pengukuran kedua yaitu 46. Suhu tertinggi terdapat di jalan Jend. A.H. Nasution pada pengukuran kedua yaitu 34,3 o C dan suhu terendah terdapat di Jl. Dr. Mansyur pada pengukuran pertama yaitu 31,5 o C. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6. Perbedaan kadar gas CO dan SO 2 di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution berdasarkan volume lalu lintas Parameter Satuan Jalan Dr. Mansyur Jalan Jend. A.H. Nasution Rata-rata Rata-rata CO µgNm 3 9.161 17.750 SO 2 µgNm 3 59,05 69,93 Volume lalu lintas Kendaraanjam 3123 5783 Tabel 4.6. menunjukkan bahwa kadar CO dam SO 2 tertinggi terdapat di jalan Jend. A.H. Nasution dengan rata-rata volume lalu lintasnya yang tertinggi yaitu CO sebanyak 17.750µgNm3dan SO 2 sebanyak 69,93µgNm 3 dengan rata- rata volume lalu lintas 5783 kendaraanjam. Sedangkan kadar CO dan SO 2 terendah terdapat di jalan Dr. Mansyur dengan rata-rata volume lalu lintasnya yang terendah yaitu CO sebanyak 9161µgNm 3 dan SO 2 sebanyak 59,05µgNm 3 dengan rata-rata volume lalu lintas 3123 kendaraanjam. Tabel 4.7. Perbedaan kadar gas CO dan SO 2 di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution Berdasarkan Jumlah Pohon Parameter Satuan Jalan Dr. Mansyur Jalan Jend. A.H. Nasution CO µgNm 3 9.161 17.750 SO 2 µgNm 3 59,05 69,93 Pohon batang 37 18 Tabel 4.7. menunjukkan bahwa kadar CO dam SO 2 tertinggi terdapat di jalan Jend. A.H. Nasution dengan rata-rata volume lalu lintasnya yang tertinggi yaitu CO sebanyak 17.750µgNm3dan SO 2 sebanyak 69,93µgNm 3 dengan jumlah pohon disekitar titik pengambilan sampel adalah 18 batang. Sedangkan kadar CO dan SO 2 terendah terdapat di jalan Dr. Mansyur dengan rata-rata Universitas Sumatera Utara volume lalu lintasnya yang terendah yaitu CO sebanyak 9161µgNm 3 dan SO 2 sebanyak 59,05µgNm 3 dengan jumlah pohon di sekitar titik pengambilan sampel adalah 37 pohon. Universitas Sumatera Utara

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Kadar Karbon Monoksida CO di Udara Lokasi Pengambilan

Sampel Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.1. kadar gas CO tertinggi terdapat pada jalan Jend. A.H. Nasution pada pengukuran kedua yaitu 18.323 µgNm 3 dan kadar gas CO terendah terdapat di jalan Dr. Mansyur pada pengukuran pertama dengan hasil 8.016 µgNm 3 . Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999, kadar gas CO pada semua pengukuran masih memenuhi syarat yaitu dibawah 30.000µgNm 3 untuk pengukuran 1 jam. Pada jalan Dr. Mansyur kadar gas CO yang didapat adalah 8.016µgNm 3 pada pengukuran pertam a dan 10.306µgNm 3 pada pengukuran kedua. Jalan Dr. Mansyur merupakan salah satu jaringan jalan yang berfungsi sebagai jalan arteri sekunder. Fungsi jalan arteri primer adalah melayani distribusi untuk masyarakat dalam kota, maka kendaraan berat tidak melintas pada jalan ini. Pada saat pengukuran volume lalu lintas, kendaraan yang melintas dalam 1 jam didominasi oleh kendaraan bermesin bensin. Hasil pengukuran yang berbeda antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua disebabkan pengukuran pertama dilakukan pada pagi hari sementara pengukuran kedua dilakukan pada siang hari sehingga adanya perbedaan volume lalu lintas, suhu dan kelembaban pada kedua pengukuran. Keberadaan pohon Mahoni Swietania Macrophylla diasumsikan dapat menyerap polutan udara yang dilepaskan oleh kendaraan bermotor. Universitas Sumatera Utara Pada jalan Jend. A.H. Nasution kadar gas CO yang didapat adalah 17.177µgNm 3 pada pengukuran pertama dan 18.323µgNm 3 pada pengukuran kedua. Jalan Jend. A.H. Nasution merupakan salah satu jaringan jalan yang berfungsi sebagai jalan arteri sekunder. Fungsi jalan arteri primer adalah melayani distribusi untuk tingkat nasional dan daerah, maka kendaraan yang melintas di jalan ini lebih bervariasi. Pada saat pengukuran volume lalu lintas, kendaraan yang lewat tidak hanya kendaraan yang berukuran kecil, namun bus dan alat angkutan berat juga banyak melintas pada saat pengukuran. Artinya kendaraan bermesin diesel lebih sering melintas pada jalan ini. Hasil pengukuran yang tidak jauh berbeda antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua disebabkan pengukuran pertama selang waktu pengukuran pertama dengan pengukuran kedua tidak jauh berbeda karena pengukuran kedua dilakukan setelah pengukuran pertama selesai dilakukan. Keberadaan pohon Angsana Pterocarpus Indicus diasumsikan dapat menyerap polutan udara yang dilepaskan oleh kendaraan bermotor karena setiap tanaman memiliki kemampuan untuk menyerap gas CO yang ada di udara. Hasil penelitian Harahap 2013 menemukan bahwa kadar gas CO di udara ambien lebih banyak jumlahnya pada jalan raya yang tidak diatanami pohon Angsana Pterocarpus Indicus daripada jalan raya yang diatanami pohon Angsana Pterocarpus Indicus. Dari beberapa komponen pencemar udara, presentase terbesar gas pencemar udara adalah gas CO yaitu sebesar 70,50. Dari semua sumber pencemaran udara, kegiatan transportasi paling banyak menghasilkan gas CO Universitas Sumatera Utara dengan menyumbang sebesar 63,8. Untuk transportasi darat, mobil bensin menyumbang sebesar 59, mobil diesel menyumbang sebesar 0,2, kereta api sebanyak 0,1 dan sepeda motor sebanyak 1,8 Wardhana, 2004. Gas CO terbentuk oleh pembakaran yang tidak sempurna baik oleh bahan bakar ataupun benda lainnya, namun penyumbang gas CO terbesar di udara disebabkan oleh kegiatan transportasi karena adanya sisa pembakaran bahan bakar minyak pada mesin kendaraan bermotor. Sehingga semakin banyaknya aktivitas transportasi oleh manusia maka gas CO akan semakin meningkat sehingga kualitas udara menurun. Kendaraan bermotor termasuk sebagai sumber bergerak oleh aktivitas manusia yang menghasilkan polutan di udara. Dampak negatif yang ditimbulkan gas CO terhadap kesehatan adalah berkurangnya oksigen di dalam darah karena kestabilan hemoglobin dalam darah untuk mengikat gas CO adalah 240 kali kestabilan hemoglobin terhadap gas oksigen. Paparan gas CO dalam waktu yang lama dapat menyebabkan mual, pusing dan kulit berwarna merah Wardhana, 2004. Dampak mual dan pusing sering dirasakan oleh masyarakat yang menggunakan kendaraan umum seperti angkot atau pada saat kondisi transportasi yang padat.

5.2. Kadar Sulfur Dioksida SO

2 di Udara Lokasi Pengambilan Sampel Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.2. kadar gas SO 2 tertinggi terdapat pada jalan Jend. A.H. Nasution pada pengukuran pertama yaitu 70,19 µgNm 3 dan kadar gas SO 2 terendah terdapat di jalan Dr. Mansyur pada pengukuran pertama dengan hasil 57,32µgNm 3 . Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999, kadar gas SO 2 pada semua pengukuran masih memenuhi syarat yaitu dibawah 900µgNm 3 untuk pengukuran 1 jam. Universitas Sumatera Utara Pada jalan Dr. Mansyur kadar gas SO 2 yang didapat adalah 57,32µgNm 3 pada pengukuran pertama dan 60,78µgNm 3 pada pengukuran kedua. Pada saat pengukuran volume lalu lintas, kendaraan yang melintas dalam 1 jam didominasi oleh kendaraan bermesin bensin. Gas SO 2 yang dihasilkan oleh mobil bensin adalah 0,6 dan 0,3 dari sepeda motor Wardhana, 2004. Konsentrasi gas SO 2 lebih rendah karena pohon Mahoni Switaenia mahagoni sangat berpotensi untuk menyerap sulfur dari udara. Hasil pengukuran yang berbeda antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua disebabkan pengukuran pertama dilakukan pada pagi hari sementara pengukuran kedua dilakukan pada siang hari sehingga adanya perbedaan volume lalu lintas, suhu dan kelembaban pada kedua pengukuran. Pada jalan Jend. A.H. Nasution kadar gas SO 2 yang didapat adalah 70,19µgNm 3 pada pengukuran pertama dan 69,73µgNm 3 pada pengukuran kedua. Jalan Jend. A.H. Nasution merupakan salah satu jaringan jalan yang berfungsi sebagai jalan arteri sekunder. Pada saat pengukuran volume lalu lintas, kendaraan yang lewat tidak hanya kendaraan yang berukuran kecil, namun bus dan alat angkutan berat juga banyak melintas pada saat pengukuran. Gas SO 2 yang dihasilkan dari kendaraan bermotor bermesin diesel adalah 0,3 Wardhana, 2004. Dari beberapa komponen pencemar udara, presentase terkecil gas pencemar udara adalah gas SO x yaitu sebesar 0,88. Dari semua sumber pencemaran udara, kegiatan transportasi menghasilkan gas SO x dengan Universitas Sumatera Utara menyumbang sebesar 0,8. Untuk transportasi darat, mobil bensin menyumbang sebesar 0,6, mobil diesel menyumbang sebesar 0,3, kereta api sebanyak 0,3 dan sepeda motor sebanyak 0,3. Walaupun jumlahnya tidak banyak, namun gas SO x adalah gas yang paling diwaspadai keberadaannya karena dampak yang ditimbulkannya sangat berbahaya walaupun dalam konsentrasi yang sedikit Wardhana, 2004.Keberadaan pohon pada masing-masing jalan diharapkan dapat menyerap polutan SO 2 di udara karena setiap tanaman berpotensi untuk menyerap polutan udara. Gas SO 2 juga dapat merusak tanaman apabila konsentrasinya tinggi, hal tersebut dapat dilihat apabila ada kerusakan pada daun tanaman, namun hal tersebut juga tergantung terhadap ketahanan tanaman pada gas CO 2 . Maka keberadaan gas SO x dapat dilihat dari adanya bintik-bintik pada permukaan daun tanaman di lingkungan sekitar Dahlan, 2007. Gas SO 2 terbentuk oleh pembakaran batubara, pemisahan logam pada biji sulfida dan pembakaran bahan bakar minyak. Gas SO 2 akan tercium baunya jika konsentrasinya 0,3-1 ppm di udara. Gas SO 2 bersifat iritan, asam dan korosif. Jika terpapar kepada manusia dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernafasan, kenaikan sekresi mucus, perih pada mata dan iritasi kulit. Dengan konsentrasi 500 ppm, gas SO 2 dapat menyebabkan kematian terhadap manusia Rahmanto, 2009.

5.3. Parameter yang Mempengaruhi Kadar Gas CO dan SO

2 di Udara 5.3.1. Arah Angin Pada saat penelitian, untuk mengukur arah angin dan kecepatan angin tidak bisa dilakukan karena alatnya tidak tersedia. Maka, untuk melihat arah Universitas Sumatera Utara angin, penulis melihat arah angin dengan melihat arah hembusan arah angin pada pita. Sedangkan arah mata angin dilihat melalui aplikasi Digital Compass. Berdasarkan hasil pengukuran tabel 4.5. arah angin di jalan Dr. Mansyur pada saat pengukuran pertama cenderung mengarah ke timur laut dan pada pengukuran kedua mengarah ke tenggara. Sedangkan di jalan Jend. A.H. Nasution angin menuju arah barat pada pengukuran pertama, pada pengukuran kedua angin berhembus ke arah barat laut. Arah angin berguna untuk mengetahui arah penyebaran polutan sehingga dapat menentukan daerah mana yang akan tercemar, arah angin yang dilihat adalah pada batasan lokal Rahmawati dalam Harahap, 2013.

5.3.2. Kelembaban

Dokumen yang terkait

Penentuan Jalur Alternatif untuk Menghindari Kemacetan Lalu Lintas dengan Menggunakan Algoritma Dijkstra (Studi Kasus: Simpang Empat Waspada Medan)

19 115 45

Pertanggungjawaban Pidana Pengatur Lalu Lintas Udara Sipil Atas Kecelakaan Pesawat Terbang Dalam Perspektif Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbanga

1 51 81

Penerapan Model Greenberg Untuk Arus Lalu Lintas (Studi Kasus : Jalan Ir. Juanda Medan)

6 69 44

PENGARUH KENDARAAN LUAR DAERAH TERHADAP BEBAN LALU LINTAS DI YOGYAKARTA PENGARUH KENDARAAN LUAR DAERAH TERHADAP BEBAN LALU LINTAS DI YOGYAKARTA (Studi Kasus : Jl. Jendral Sudirman, Jl. Malioboro).

0 2 11

PENDAHULUAN PENGARUH KENDARAAN LUAR DAERAH TERHADAP BEBAN LALU LINTAS DI YOGYAKARTA (Studi Kasus : Jl. Jendral Sudirman, Jl. Malioboro).

0 3 6

TINJAUAN PUSTAKA PENGARUH KENDARAAN LUAR DAERAH TERHADAP BEBAN LALU LINTAS DI YOGYAKARTA (Studi Kasus : Jl. Jendral Sudirman, Jl. Malioboro).

0 3 12

KESIMPULAN DAN SARAN PENGARUH KENDARAAN LUAR DAERAH TERHADAP BEBAN LALU LINTAS DI YOGYAKARTA (Studi Kasus : Jl. Jendral Sudirman, Jl. Malioboro).

0 2 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Udara 2.1.1. Pengertian Udara - Perbedaan Kadar Co dan So2 di Udara Berdasarkan Volume Lalu Lintas dan Banyaknya Pohon di Jl. Dr. Mansur dan Jl. Jendral A.H. Nasution di Kota Medan

0 5 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbedaan Kadar Co dan So2 di Udara Berdasarkan Volume Lalu Lintas dan Banyaknya Pohon di Jl. Dr. Mansur dan Jl. Jendral A.H. Nasution di Kota Medan

0 0 7

Perbedaan Kadar Co dan So2 di Udara Berdasarkan Volume Lalu Lintas dan Banyaknya Pohon di Jl. Dr. Mansur dan Jl. Jendral A.H. Nasution di Kota Medan

0 0 15