Perbedaan Kadar Co dan So2 di Udara Berdasarkan Volume Lalu Lintas dan Banyaknya Pohon di Jl. Dr. Mansur dan Jl. Jendral A.H. Nasution di Kota Medan

(1)

SKRIPSI

PERBEDAAN KADAR CO DAN SO2 DI UDARA BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS DAN BANYAKNYA POHON DI JL. DR. MANSUR DANJL. JENDRAL A.H. NASUTION DI KOTA MEDAN

TAHUN 2015

Oleh :

CUT TATIANA ROSA NIM 101000257

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PERBEDAAN KADAR CO DAN SO2 DI UDARA BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS DAN BANYAKNYA POHON DI JL. DR. MANSUR DAN JL. JENDRAL A.H. NASUTION DI KOTA MEDAN

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:

CUT TATIANA ROSA NIM. 101000257

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

(4)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Nama : Cut Tatiana Rosa

NIM : 10100257

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan : Kesehatan Lingkungan

Judul Skripsi : PERBEDAAN KADAR CO DAN SO2 DI UDARA BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS DAN BANYAKNYA POHON DI JL. DR. MANSUR DAN JL. JENDRAL A.H. NASUTION DI KOTA MEDAN TAHUN 2015

menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Universitas Sumatera Utara.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Penulis,


(5)

ABSTRAK

Pencemaran udara di perkotaan didominasi sebanyak 70% oleh aktifitas kendaraan bermotor. Karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2) termasuk

polutan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dan juga termasuk sebagai parameter pencemaran udara. Apabila konsentrasinya di udara melebihi baku mutu dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar CO dan SO2 di udara berdasarkan volume lalu lintas dan banyaknya pohon di Jl. Dr. Mansyur dan Jl. Jenderal A.H. Nasution di kota Medan tahun 2015.

Metode penelitian yang digunakan adalah survei yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran perbedaan kadar karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2) di udara berdasarkan volume lalu lintas dan banyaknya

pohon di Jl. Dr. Mansyur dan Jl. Jend. A.H. Nasution di kota Medan tahun 2015. Hasil penelitian ini adalah kadar gas CO dan SO2 tertinggi terdapat pada

Jl. Jenderal A.H. Nasution dengan volume lalu lintas tertinggi dan jumlah pohon

yang lebih sedikit yaitu kadar CO sebanyak 17.750 µg/Nm3

dan kadar SO2

sebanyak 69,93 µg/Nm3

, sedangkan kadar gas CO dan SO2 terendah terdapat pada

Jl. Dr. Mansyur dengan volume lalu lintas terendah dan jumlah pohon yang lebih

banyak yaitu kadar CO sebanyak 9.161 µg/Nm3

dan kadar SO2 sebanyak 59,05

µg/Nm3

.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah kadar CO dan SO2 lebih banyak

terdapat pada jalan raya dengan volume lalu lintas yang tinggi dan jalan raya yang minim pohon. Oleh karena itu perlu diupayakan penanaman pohon atau tanaman lain yang berpotensi menyerap polutan udara pada jalan raya yang padat aktifitas lalu lintasnya.


(6)

ABSTRACT

Air pollution in urban area dominated by as much as 70% by vehicle activity. Carbon monoxide (CO) and sulfur dioxide (SO2) are included as the pollutants that produced by vehicle and also included as air quality parameters. If the concentration in air exceeds the quality standard can cause health promblems for humans.

The objective of research would be to know the difference of CO and SO2 concentration in air by virtue of the traffic volume and quantity of tree at Jl. Dr. Mansyur and Jl. Jend. A.H. Nasution in Medan city for 2015.

This research used survey and descriptive method in order to know the description about difference of CO and SO2 concentrations in air by virtue of traffic and quantity of tree at Jl. Dr. Mansyur and Jl. Jend. A.H. Nasution in Medan city for 2015.

The result of research the highest concentration of CO and SO2 were found at Jl. Jend. A.H. Nasution with the highest traffic volume and less of tree with the number of CO is 17.750 µg/Nm3 and the number of SO2is 69,93 µg/Nm3, while the lowest concentration of CO and SO2 were found at Jl. Dr. Mansyur with the lowest traffic volume and many more of tree with the number of CO is 9.161 µg/Nm3 and the number of SO2 is 59,05 µg/Nm3

.

The conclusions of this research is concentrations of CO and SO2 were found on highway with high traffic volume and less of tree. Therefore it would be necessary to grow tree or other plant that can assorb air pollutant on the highway with hectic traffic acitivity.


(7)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Kadar Co dan SO2 Berdasarkan Volume Lalu Lintas dan Banyaknya

Pohon di Jl. Dr. Mansyur dan Jl. Jend. A.H. Nasution di Kota Medan Tahun 2015” guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Selama penyusunan skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Ir. Indra Chahaya S, M.Si selaku Dosen Pembimbing I skripsi sekaligus sebagai Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu, tulus dan sabar memberikan saran, bimbingan serta arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH selaku Dosen Pembimbing II sekaligus sebagai Penguji I yang telah banyak meluangkan waktu, tulus dan sabar memberi saran, nasehat bimbingan, arahan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

4. Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D selaku Penguji II yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

5. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku Penguji III yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Dr. Heru Santosa, MS, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Akademik yang memberikan dukungan dan saran-saran selama penulis menjalani pendidikan.

7. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Teristimewa untuk kedua orangtua saya terkasih, Ayahanda (Drs. Syahrumsyah) dan Ibunda (Dra. Hj. Rosdiana, Apt) yang senantiasa memberikan doa, pengertian, kasih sayang dan dukungan yang tiada henti-hentinya kepada penulis selama ini, serta Kakak (Cut Sylvia Rosa, Amd. KL) dan Adik (Teuku Shaddiq Rosa) yang bersedia meluangkan waktunya untuk turut membantu dan memberikan doa serta dukungan kepada penulis.

9. Kepada sahabat (Latifa Sari Dalimunthe, Rafni Silva Siregar, Ayu Febrini Meutia, Anggi Mutiah Syakdiah Siregar, Eva Novia Andani, Meithyra Simatupang, Dewi Sarah, Adi Putra Panggabean, Henrico Fermi Ginting dan Fanji Dio Putra) yang selalu memberikan hiburan, semangat dan motivasi kepada penulis.


(9)

10.Rekan-rekan Peminatan Kesehatan Lingkungan FKM USU, rekan-rekan stambuk 2010 serta semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu, memberikan semangat, dukungan dan doa selama ini.

Penulis menyadari masih ada kekuarangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Mei 2015 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ...

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR ISTILAH ... x

RIWAYAT HIDUP ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ……… 5

1.3.2. Tujuan Khusus ………... 6

1.4. Manfaat Penelitian ………... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Udara ... 8

2.1.1. Pengertian Udara ... 8

2.1.2. Pengertian Pencemaran Udara ... 8

2.1.3. Penyebab Pencemaran Udara ... 9

2.1.4. Klasifikasi Polutan Udara ... 10

2.1.5. Sumber Pencemaran Udara ... 12

2.1.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Udara ... 13

2.1.7. Efek Pencemaran Udara ……… . 15

2.1.8. Pengendalian Pencemaran Udara ... 20

2.2. Karbon Monoksida (CO) ……….. 21

2.2.1. Sumber Pencemaran Gas CO ... 21

2.2.2. Pengaruh Gas CO Terhadap Kesehatan ... 23

2.2.3. Pengaruh Gas CO Terhadap Lingkungan ... 25

2.3. Sulfur Dioksida (SO2) ... 25

2.3.1. Sumber Pencemaran Gas SO2 ... 25

2.3.2. Pengaruh Gas SO2 Terhadap Kesehatan ... 26

2.3.3. Pengaruh Gas sSO2 Terhadap Lingkungan ... 28

2.4. Volume Lalu Lintas ... 27

2.5. Tumbuhan sebagai Penyerap Polutan Udara ... 28

2.5.1. Proses Reaksi Reduksi Pencemaran Udara ... 28

2.5.2. Jenis-jenis Tumbuhan Penyerap Polutan ... 29

2.6. Kerangka Konsep ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 36


(11)

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 36

3.2.2 Waktu Penelitian ... 36

3.3. Objek Penelitian ... 37

3.4. Populasi dan Sampel ... 37

3.5. Metode Pengambilan Data ... 37

3.5.1 Data Primer ... 37

3.5.2 Data Sekunder ... 37

3.6. Teknik Analisa Data ... 37

3.6.1. Teknik Pngambilan Sampel ... 37

3.6.2. Prosedur Pengukuran Gas CO di Udara ... 38

3.6.3. Prosedur Pengukuran SO2 di Udara ... 38

3.6.3.1. Pengambilan Contoh Uji ... 38

3.6.3.2. Metode Analisa SO2 dengan Pararosanilin ... 39

3.7. Defenisi Operasional Variabel ... 41

3.8. Aspek Pengukuran ... 42

3.9. Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 43

4.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 44

4.3. Hasil Penelitian ... 45

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Kadar Karbon Monoksida (CO) di Udara Lokasi Pengambilan Sampel ... 50

5.2. Kadar Sulfur Dioksida (SO2) di Udara Lokasi Pengambilan Sampel ... 53

5.3. Parameter yang Mempengaruhi Kadar Gas CO dan SO2 di Udara ... 55

5.3.1. Arah Angin ……… 55

5.3.2. Kelembaban ……… 55

5.3.3. Suhu ………... 56

5.4. Perbedaan Kadar Gas Co dan SO2 di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution Berdasarkan Volume Lalu Lintas ………... 57

5.5. Perbedaan Kadar Gas Co dan SO2 di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution Berdasarkan Banyaknya Pohon ………... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan .. ... 59

6.2. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Ukuran Partikel Debu dalam Saluran Pernapasan ... 10

Tabel 2.2. Sumber Pencemaran CO ... 23

Tabel 2.3. Sumber Pencemaran SOx ... 26

Tabel 2.4. tumbuhan Penyerap Gas CO ... 29

Tabel 2.5. Tumbuhan Penyerap Gas CO2 ... 30

Tabel 2.6. Tumbuhan Penyerap Debu ... 31

Tabel 2.7. Tumbuhan Penyerap Gas NO2 ... 31

Tabel 2.8. Tumbuhan Penyerap Gas SOx ... 33

Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Gas Co di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution ... 45

Tabel 4.2. Hasil pengukuran Kadar Gas SO2 di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasutuion ... 46

Tabel.4.3. Hasil Pengukuran Volume Lalu Lintas di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan jend. A.H. Nasution ... 46

Tabel 4.4. Perbedaan Banyaknya Pohon di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution ... 47

Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Arah Angin, Kelembaban dan Suhu di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution ... 47

Tabel 4.6. Perbedaan Kadar Gas CO dan SO2 di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution Berdasarkan Volume Lalu Lintas .... 48

Tabel 4.7. Perbedaan Kadar Gas CO dan SO2 di jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution Berdasarkan Jumlah Pohon ... 48


(13)

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Lokasi Penelitian di Jl. Dr. Mansyur (Titik I)

Gambar 2. Lokasi Penelitian di Jl. Jend. A.H. Nasution (Titik II)


(14)

DAFTAR ISTILAH Singkatan : Singkatan dari

CO : Karbon Monoksida CO2 : Karbon Dioksida

SO2 : Sulfur Dioksida

SOx : Sulfur Oksida

NO2 : Nitrogen Dioksida

Hb : Hemoglobin

COHb : Karboksihemoglobin O2Hb : Oksihemoglobin

WHO : World Health Organization

RTH : Ruang Terbuka Hijau

RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah BPS : Badan Pusat Statistik

Dishub : Dinas Perhubungan


(15)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Cut Tatiana Rosa

Tempat Lahir : Kuala

Tanggal Lahir : 17 Agustus 1992

Suku Bangsa : Aceh

Agama : Islam

Nama Ayah : Drs. Syahrumsyah

Suku Bangsa Ayah : Aceh

Nama Ibu : Dra. Hj. Rosdiana, Apt. Suku Bangsa Ibu : Melayu

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat Tahun : SD Negeri 20117 Padangsidimpuan/2004 2. SMP/Tamat Tahun : SMP Negeri 1 Padangsidimpuan/2007 3. SLTA/Tamat Tahun : SMA Negeri 1 Matauli Pandan/2010 4. Lama studi di FKM USU : 2010-2015


(16)

ABSTRAK

Pencemaran udara di perkotaan didominasi sebanyak 70% oleh aktifitas kendaraan bermotor. Karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2) termasuk

polutan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dan juga termasuk sebagai parameter pencemaran udara. Apabila konsentrasinya di udara melebihi baku mutu dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar CO dan SO2 di udara berdasarkan volume lalu lintas dan banyaknya pohon di Jl. Dr. Mansyur dan Jl. Jenderal A.H. Nasution di kota Medan tahun 2015.

Metode penelitian yang digunakan adalah survei yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran perbedaan kadar karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2) di udara berdasarkan volume lalu lintas dan banyaknya

pohon di Jl. Dr. Mansyur dan Jl. Jend. A.H. Nasution di kota Medan tahun 2015. Hasil penelitian ini adalah kadar gas CO dan SO2 tertinggi terdapat pada

Jl. Jenderal A.H. Nasution dengan volume lalu lintas tertinggi dan jumlah pohon

yang lebih sedikit yaitu kadar CO sebanyak 17.750 µg/Nm3

dan kadar SO2

sebanyak 69,93 µg/Nm3

, sedangkan kadar gas CO dan SO2 terendah terdapat pada

Jl. Dr. Mansyur dengan volume lalu lintas terendah dan jumlah pohon yang lebih

banyak yaitu kadar CO sebanyak 9.161 µg/Nm3

dan kadar SO2 sebanyak 59,05

µg/Nm3

.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah kadar CO dan SO2 lebih banyak

terdapat pada jalan raya dengan volume lalu lintas yang tinggi dan jalan raya yang minim pohon. Oleh karena itu perlu diupayakan penanaman pohon atau tanaman lain yang berpotensi menyerap polutan udara pada jalan raya yang padat aktifitas lalu lintasnya.


(17)

ABSTRACT

Air pollution in urban area dominated by as much as 70% by vehicle activity. Carbon monoxide (CO) and sulfur dioxide (SO2) are included as the pollutants that produced by vehicle and also included as air quality parameters. If the concentration in air exceeds the quality standard can cause health promblems for humans.

The objective of research would be to know the difference of CO and SO2 concentration in air by virtue of the traffic volume and quantity of tree at Jl. Dr. Mansyur and Jl. Jend. A.H. Nasution in Medan city for 2015.

This research used survey and descriptive method in order to know the description about difference of CO and SO2 concentrations in air by virtue of traffic and quantity of tree at Jl. Dr. Mansyur and Jl. Jend. A.H. Nasution in Medan city for 2015.

The result of research the highest concentration of CO and SO2 were found at Jl. Jend. A.H. Nasution with the highest traffic volume and less of tree with the number of CO is 17.750 µg/Nm3 and the number of SO2is 69,93 µg/Nm3, while the lowest concentration of CO and SO2 were found at Jl. Dr. Mansyur with the lowest traffic volume and many more of tree with the number of CO is 9.161 µg/Nm3 and the number of SO2 is 59,05 µg/Nm3

.

The conclusions of this research is concentrations of CO and SO2 were found on highway with high traffic volume and less of tree. Therefore it would be necessary to grow tree or other plant that can assorb air pollutant on the highway with hectic traffic acitivity.


(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

Pencemaran udara baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Pada tahun 2012 WHO melaporkan bahwa sekitar 7 juta kematian atau 1/8 dari jumlah kematian global disebabkan oleh pajanan pencemaran udara. Kematian tertinggi berada di negara-negara dengan penghasilan rendah sampai menengah yaitu pada daerah Asia Tenggara dan Pasifik Barat dengan 3,3 juta kematian yang disebabkan pencemaran udara di dalam ruangan dan 2,6 juta kematian yang disebabkan pencemaran udara di luar ruangan (WHO, 2014).

Transportasi mempunyai peranan penting dan strategis di dalam mendukung, mendorong dan menunjang segala aspek kehidupan baik dalam pembangunan politik, ekonomi sosial budaya dan pertahanan keamanan (Transmedia, 2012). Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dan lain-lain disamping memberikan dampak positif namun disisi lain akan memberikan dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan kebisingan yang terjadi di dalam ruangan maupun di luar ruangan yang dapat


(19)

Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas.

Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia tercatat sebanyak 94,323 juta unit pada tahun 2012 yang meningkat dari tahun 2011 berjumlah sekitar 85,601 juta unit (BPS, 2012). Namun Korps Lalu intas Kepolisian Republik Indonesia mencatat bahwa populasi kendaraan bermotor di Indonesia berjumlah 104,21 juta unit pada tahun 2013 yang meningkat 11% dari tahun 2012 (Kompas, 2014). Jumlah kendaraan bermotor di provinsi Sumatera Utara tercatat sebanyak 4.982.417 unit (BPS Sumut, 2012). Sedangkan data terakhir di kota Medan jumlah kendaraan bermotor tercatat sebanyak 2.708.511 unit yang terdiri dari 222.891 unit mobil penumpang, 144.865 unit mobil gerobak, 22.123 unit bus, dan 2.318.632 unit sepeda motor pada tahun 2009 (Dishub Medan, 2010). Data tersebut menunjukkan bahwa kendaraan bermotor bermesin bensin lebih banyak dibandingkan kendaraan bermotor mesin diesel.

Seiring bertambahnya jumlah kendaraan bermotor di kota Medan akan berdampak pada volume lalu lintas di semua jalan raya. Perkembangan volume lalu lintas di perkotaan mencapai 15% setiap tahun. Transportasi di kota-kota besar merupakan sumber pencemaran udara yang terbesar, dimana 70% pencemaran udara di perkotaan disebabkan oleh aktivitas kendaraan bermotor. Parameter polusi udara dari kendaraan bermotor seperti karbon monoksida (CO),


(20)

nitrogen oksida (NOx), methane (CH4), sulfur dioksida (SO2) dan partikel dapat

menimbulkan efek terhadap pemanasan global (Kusminingrum dan Gunawan, 2008).

Dengan laju pertambahan jumlah kendaraan bermotor umumnya di kota-kota besar. Laju pertumbuhan kendaraan di kota-kota Medan dapat dikatakan sangat pesat karena data terakhir pada tahun 2009 jumlah kendaraan bermotor adalah 2.708.511 unit, sementara pada tahun 2007 jumlah kendaraan bermotor di kota Medan adalah 1.425.943 unit. Data tersebut menunjukkan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di kota Medan pada tahun 2007-2009 adalah 89,9%.

Gas karbon monoksida (CO) yang dihasilkan dari kendaraan bermesin bensin adalah sekitar 1% pada saat berjalan dan 7% pada saat kendaraan berhenti. Sedangkan dari kendaraan bermesin diesel menghasilkan gas karbon monoksida (CO) sekitar 0,2% pada saat berjalan dan 4% pada saat berhenti (Nugroho dalam Harahap, 2013). Pencemaran sulfur dioksida (SO2) di udara utamanya berasal dari

penggunaan batubara untuk keperluan industri, transportasi dan lain-lain. Gas sulfur dioksida (SO2) dihasilkan sebanyak 0,6% dari mobil bermesin bensin, 0,3%

dari mobil bermesin diesel dan 0,3% dari sepeda motor (Wardhana, 2004).

Penelitian Kusminingrum (2009) menyebutkan bahwa untuk antisipasi terhadap dampak terjadinya pemanasan global, dapat dikurangi melalui penanaman tanaman sesuai dengan fungsinya. Menurut hasil penelitian Kusminingrum dan Gunawan (2008), dapat disimpulkan bahwa setiap tanaman memiliki kemampuan yang berbeda untuk menyerap polutan CO, demikian apabila tanaman-tanaman tersebut dikombinasikan. Penelitiannya menunjukkan


(21)

bahwa rata-rata tanaman yang ditelitinya dapat menyerap lebih dari 50% gas CO dari konsentrasi yang dikondisikan. Demikian pula Harahap (2012) pada penelitiannya menemukan bahwa kadar gas CO dan NO2 yang terdapat pada udara

ambien jalan raya yang ditanam pohon angsana (Pterocarpus Indicus) lebih rendah dibandingkan dengan jalan yang tidak ditanami pohon angsana (Pterocarpus Indicus).

Hasil observasi pendahuluan yang telah dilakukan oleh penulis jalan Dr. Mansyur ditanami pohon Mahoni (Swietania Macrophylla) sedangkan di jalan Jend. A.H. Nasution ditanami pohon Angsana (Pterocarpus Indicus). Jalan Dr. Mansyur merupakan salah satu jalan di kota medan yang termasuk kategori arteri sekunder yang perannya untuk pelayanan jasa distribusi jasa masyarakat di dalam kota dengan lebar jalan 26 meter. Jalan Jend. A.H. Nasution merupakan salah satu jalan di kota Medan yang termasuk kategori arteri primer yang pelayanan jasa distribusinya adalah semua wilayah tingkat nasional dengan lebar jalan 40 meter.

Perbedaan jenis dan jalan tentu berpengaruh terhadap volume lalu lintas di kedua jalan tersebut. Hasil observasi observasi pendahuluan volume lalu lintas yang dihitung pada pukul 13.00-14.00 dan 16.00-17.00 WIB dengan hasil volume lalu lintas pada pukul 13.00-14.00 di jalan Dr. Mansyur adalah 4812 kendaraan/jam, sedangkan di jalan Jend. A.H. Nasution adalah 6676 kendaraan/jam. Volume lalu lintas pada pukul 16.00-17.00 di jalan Dr. Mansyur adalah 2863 kendaraan/jam, sedangkan di jalan Jend. A.H. Nasution adalah 6805 kendaraan/jam.


(22)

Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik melakukan penelitian tentang perbedaan kadar CO dan SO2 di udara ambien berdasarkan volume lalu lintas dan

banyaknya pohon di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution di kota Medan tahun 2015.

1.2. Perumusan Masalah

Jalan raya merupakan tempat terjadinya pencemaran udara oleh emisi gas buang dari kendaraan bermotor seperti karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2). Jumlah kendaraan bermotor di kota Medan kurang lebih setengah dari jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di provinsi Sumatera Utara. Dari observasi yang telah dilakukan, terdapat perbedaan volume lalu lintas di jalan Dr. Mansyur dengan jalan Jend. A.H. Nasution dengan selisih sekitar 2000 kendaraan. Pohon yang ditanam di kedua jalan tersebut juga berbeda, pada jalan Dr. Mansyur ditanami pohon Mahoni (Swietania Macrophylla) sedangkan di Jalan Jend. A.H. Nasution ditanami pohon Angsana (Pterocarpus Indicus). Kedua jalan tersebut juga memiliki lebar jalan dan cakupan pelayanan yang berbeda pula. Dengan demikian, maka perlu diadakan penelitian terhadap kadar karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2) berdasarkan volume lalu lintas dan banyaknya pohon di

Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution di kota Medan tahun 2015.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan kadar karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2) di udara berdasarkan volume lalu lintas dan banyaknya pohon di


(23)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kadar karbon monoksida (CO) di udara pada jalan raya yaitu Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution.

2. Untuk mengetahui kadar sulfur dioksida (SO2) di udara pada jalan raya

yaitu Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution.

3. Untuk mengetahui perbandingan volume lalu lintas di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution.

4. Untuk mengetahui perbedaan banyaknya pohon di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution.

5. Untuk mengetahui arah angin, suhu dan kelembaban di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution.

6. Untuk mengetahui perbedaan kadar gas CO dan SO2 di udara berdasarkan

volume lalu lintas di jalan Dr. Mansyur dan jalan Jend. A.H. Nasution. 7. Untuk mengetahui perbedaan kadar gas CO dan SO2 di udara berdasarkan

banyaknya pohon yang terdapat di jalan Dr. Mansyur dan jalan Jend. A.H. Nasution

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi masyarakat khususnya pengguna jalan raya tentang dampak kesehatan yang ditimbulkan dari karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2).

2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang perbedaan kadar karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2) berdasarkan

volume lalu lintas dan banyaknya pohon di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution.


(24)

3. Sebagai masukan informasi bagi peneliti selanjutnya khususnya Mahasiswa FKM USU mengenai karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2).


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Udara

2.1.1. Pengertian Udara

Udara merupakan campuran dari beberapa gas dengan perbandingan yang tidak tetap. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor yaitu kondisi suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udara juga merupakan atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang dibutuhkan oleh proses kehidupan di bumi. Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk makhluk hidup bernafas, karbondioksida (CO2)

untuk proses fotosintesis oleh klorofil pada tumbuhan dan ozon (O3) yang

berfungsi menahan sinar ultraviolet (Wardhana, 2004).

Atmosfer yang menyelimuti bumi tersusun oleh bermacam-macam gas. Komposisi atmosfer pada umumnya sebagai berikut :

a. Nitrogen (N2) = 78%

b. Oksigen (O2) = 21%

c. Argon (Ar) = 0,9% d. Karbondioksida (CO2) = 0,03%

Sisanya berupa gas-gas lain seperti helium (He), hidrogen (H2), xenon

(Xe), ozon (O3), uap air dan partikel-partikel kecil debu atau aerosol (Aldrian dkk,

2011).

2.1.2. Pengertian Pencemaran Udara

Menurut WHO (2014), pencemaran udara adalah salah satu pencemaran lingkungan yang terjadi di udara baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan


(26)

oleh bahan kimia, agen fisik atau agen biologis yang mengubah kondisi alami dari atmosfer.

Pencemaran udara diartikan sebagai masuknya zat-zat atau bahan-bahan asing di dalam udara yang menyebabkan udara tidak lagi dalam kondisi normal atau kondisi semula (Wardhana, 2004).

Pencemaran udara adalah bertambahnya substrat fisik atau kimia dalam jumlah tertentu ke dalam lingkungan udara yang dalam kondisi normal, sehingga dapat dideteksi manusia (dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan dampak kepada manusia, hewan, vegetasi dan material (Chamberss da Masters dalam Mukono,2006).

Pencemaran udara adalah masuknya komponen lain ke dalam udara, baik oleh kegiatan manusia secara langsung atau tidak langsung akibat proses alam sehingga kualitas udara menurun sampai ke tingat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak bisa berfungsi lagi sesuai peruntukannya (Chandra, 2006).

2.1.3. Penyebab Pencemaran Udara

Menurut Wardhana (2004), secara umum penyebab terjadinya pencemaran udara terdapat 2 macam, yaitu :

a. Faktor internal (faktor alamiah), misalnya : 1) Debu di udara karena tiupan angin.

2) Debu akibat bencana alam seperti meletusnya gunung berapi. 3) Proses pembusukan sampah organik.


(27)

1) Hasil pembakaran bahan bakar fosil. 2) Debu dari kegiatan industri.

3) Pemakaian zat kimia yang disemprotkan ke udara.

2.1.4. Klasifikasi Jenis Polutan Udara

Menurut Chandra (2006), jenis polutan dapat dibagi berdasarkan struktur kimia dan penampang partikelnya, yaitu :

a. Struktur kimia :

1) Partikel : debu, abu, dan logam seperti timbal, nikel, cadmium dan berilium.

2) Gas anorganik seperti NO, CO, SO2, amonia dan hydrogen.

3) Gas organik seperti hidrokarbon, benzene, etilen, asetilen, aldehid, keton, alkohol, dan asam-asam organik.

b. Penampang partikel

Partikel udara dapat melekat pada saluran pernapasan manusia sehingga berdampak kepada kesehatan. Penampang partikel tersebut disesuaikan dengan ukuran partikel yang melekat seperti tabel berikut :

Tabel 2.1. Ukuran Partikel Debu dalam Saluran Pernapasan

Ukuran Saluran Pernapasan

8-25 mikron Melekat di hidung dan tenggorokan 2-8 mikron Melekat di saluran bronkial

0,5-2 mikron Deposit pada alveoli

<0,5 mikron Bebas keluar masuk melalui pernapasan


(28)

Mukono (2006) mengklasifikasikan jenis polutan atas 2 bagian, yaitu : a. Polutan Primer

Polutan primer adalah polutan yang laangsung dikeluarkan oleh sumber tertentu seperti :

1) Senyawa karbon yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan karbon oksida.

2) Senyawa sulfur yaitu sulfur oksida.

3) Senyawa nitrogen yaitu nitrogen oksida dan amoniak.

4) Senyawa halogen yaitu fluor, klorin, hidrogenklorida, hidrogenterklorinasi dan bromin

5) Partikel

Partikel yang berada di atmosfer mempunyai karakteristik yang spesifik, dapat berupa zat padat atau suspense aerosol cair. Bahan partikel tersebut dapat berasal dari kondensasi, proses disperse maupun erosi oleh bahan tertentu. Sedangkan asap seringkali dipakai untuk menunjukkan campuran dari bahan partikulat, uap, gas dan kabut.

b. Polutan Sekunder

Polutan sekunder dimaksudkan kepada polutan yang terbentuk dari reaksi dua bahan kimia atau lebih di udara, misalnya reaksi foto kimia. Contohnya disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Polutan


(29)

sekunder memiliki sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil. Proses kecepatan dan arah reaksi dipengaruhi oleh :

1) Konsentrasi relative dari bahan reaktan. 2) Derajat fotoaktivasi.

3) Kondisi iklim.

4) Topografi lokal dan adanya embun.

2.1.5. Sumber Pencemaran Udara

Menurut BLH Provinsi DKI Jakarta (2013) sumber pencemar udara mengacu pada berbagai lokasi atau aktivitas yang bertanggung jawab atas lepasnya polutan ke atmosfer. Klasifikasi sumber pencemaran udara yaitu :

a. Sumber alam atau biogenik yaitu polutan lepas ke udara karena proses alam yang terjadi (tanpa adanya ulah manusia) seperti meletusnya gunung berapi, kebakaran hutan yang disebabkan oleh petir, badai debu dan lain-lain.

b. Sumber antropogenik dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Sumber tidak bergerak terbagi atas sumber titik dan sumber area. Sumber titik adalah polutan udara bersumber pada titik tetap seperti cerobong asap, tangki penyimpanan dan pembakaran di tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Sedangkan sumber area adalah serangkaian sumber-sumber kecil pada suatu area yang bersama-sama dapat menghasilkan polutan udara seperti pembakaran bahan bakar di rumah tangga, kebakaran hutan, kegiatan konstruksi dan jalan tanpa aspal.


(30)

2) Sumber bergerak dimaksudkan kepada benda yang bergerak dan melepaskan polutan ke udara, terbagi atas yang bergerak di jalan dan yang bukan bergerak di jalan. Sumber yang bergerak di jalan seperti mobil, sepeda motor dan becak motor. Sedangkan sumber yang bukan bergerak di jalan seperti kapal laut, pesawat udara dan traktor.

Menurut Chandra (2006) sumber pencemaran udara terbagi atas dua, yaitu: a. Sumber pencemaran yang berasal dari kegiatan alam. Contohnya seperti

kebakaran hutan, kegiatan gunung berapi dan lainnya

b. Sumber pencemaran buatan manusia ( dari aktivitas manusia). Contoh : 1) Sisa pembakaran bahan bakar minyak oleh kendaraan bermotor

seperti gas CO, CO2, NO, karbon, hidrokarbon, aldehid dan timbal

2) Limbah industri kimia, metalurgi, tambang, pupuk dan minyak bumi.

3) Sisa pembakaran dari gas alam, batubar dan minyak seperti asap, debu dan sulfur oksida.

4) Sisa dari kegiatan lainnya seperti pertanian, hutan, sampah dan limbah reaktor nuklir.

2.1.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Udara

Pencemaran udara yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : a. Meteorologi dan Ikim


(31)

Pergerakan mendadak lapisan udara dingin ke suatu kawasan industri dapat menimbulkan inversi atmosfer, yaitu kondisi dimana udara dingin akan terperangkap dan tidak dapat keluar dari kawasan tersebut dan akan menahan polutan tetap berada di permukaan bumi sehingga konsentrasinya semakin lama semakin meningkat. Pada keadaan tersebut, di permukaan bumi dapat dikatakan tidak ada pertukaran udara sama sekali. Kondisi tersebut dapat bertahan hingga beberapa hari atau beberapa minggu, maka udara yang berada dekat dengan permukaan bumi akan penuh akan polutan sehingga dapat menimbulkan keadaan yang kritis bagi kesehatan.

2) Arah dan kecepatan angin

Kecepatan angin yang kuat dapat membawa polutan kemanapun sesuai arahnya sehingga dapat mencemari daerah lain pada jarak yang jauh. Sebaliknya, kecepatan angin yang lemah polutan akan menetap dan semakin bertambah di kawasan sumber pencemarnya. 3) Hujan

Air hujan sebagai pelarut umum akan melarutkan bahan polutan yang terdapat di udara. Kawasan industri yang menggunakan batubara akan menghasilkan gas sulfur dioksida dan apabila gas tersebut bercampur dengan air hujan akan terbentuk asam sulfat sehingga air hujan bersifat asam yang biasa dikenal dengan hujan asam.


(32)

b. Topografi

1) Dataran rendah

Di dataran rendah, angin cenderung membawa polutan terbang ke seluruh penjuru daerahnya dan dapat melewati batas negara dan mencemari udara di negara lain.

2) Dataran tinggi

Di dataran tinggi sering terjadi inversi atmosfer sehingga polutan hanya berada di kawasan tersebut. Sehingga tetap menahan polutan berada di permukaan bumi.

3) Lembah

Di daerah lembah, aliran angin sedikit sekali dan tidak bertiup ke segala arah. Keadaan ini akan menahan polutan yang ada di permukaan bumi (Chandra, 2006).

2.1.7. Efek Pencemaran Udara

Menurut Chandra (2006) efek pencemaran udara terbagi atas : a. Efek umum

1) Meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada makhluk hidup. 2) Mempengaruhi kuantitas dan kualitas matahari yang sampai ke permukaan bumi sehingga mempengaruhi proses fotosintesis pada tumbuhan.

3) Mempengaruhi dan mengubah ikim akibat terjadinya peningkatan kadar CO2 di udara. Kondisi ini akan menahan panas tetap berada


(33)

dibawah atmoser sehingga terjadi efek rumah kaca (green house effect).

4) Pencemaran udara dapat merusak materi yang terbuat dari logam. 5) Meningkatkan biaya perawatan properti bangunan.

6) Mengganggu penglihatan yang dapat berakibat pada meningkatnya angka kasus kecelakaan transportasi.

7) Menyebabkan warna kain dan pakaian buram dan bernoda. b. Efek terhadap ekosistem

Industri yang menggunakan batibara sebagai sumber energi akan melepaskan zat sulfur oksida ke udara sebagai sisa pembakarannya. Zat tersebut akan bereaksi dengan air hujan dan membentuk asam sulfat sehingga air hujan bersifat asam. Apabila kondisi ini berlangsung dalam waktu yang lama, akan terjadi perubahan pada ekosistem perairan danau dan kehidupan di daratan.

c. Efek terhaap kesehatan 1) Efek cepat

Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan mendadak kasus pencemaran udara juga akan meningkatkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran pernapasan.

2) Efek lambat

Pencemaran udara diduga sebagai salah satu penyebab penyakit bronchitis kronis dan kanker paru-paru primer. Penyakit lain yang disebabkan oleh pencemaran udara adalah emfisema paru, black


(34)

lung disease, asbestosis, siliksis, bisinosis, penyakit asma and eksema pada anak.

d. Efek terhadap tumbuhan dan hewan

Tumbuh-tumbuhan bersifat sensitif terhadap gas-gas pencemar udara. Apabila terjadi pencemaran udara, konsentrasi gas polutan akan meningkat sehingga menyebabkan daun tumbuhan berlubang dan layu. Ternak juga akan sakit jika memakan tumbuh-tumbuhan yang tercemar gas florin. e. Efek terhadap cuaca dan iklim

Gas karbon dioksida memiliki sifat menahan panas tetap pada lapisan bawah atmosfer sehingga terjadi efek rumah kaca (green house effect). Menurut Aldrian dkk (2011), hal tersebut mengakibatkan perubahan cuaca yang tidak tentu dan perubahan iklim dengan 4 indikator yaitu perubahan suhu daratan, peningkatan curah hujan ekstrem, maju mundurnya musim dan perubahan jumlah volume hujan.

f. Efek terhadap sosial dan ekonomi

Pencemaran udara mengakibatkan bertambahnya biaya perawatan properti bagunan karena rusak dan pemeliharaannya akibat pencemaran udara. Selain itu pencemaran udara juga memberi dampak kerugian akibat kontaminasi polutan udara pada bahan makanan dan minuman, juga mengeluarkan biaya ekstra untuk mengendalikan pencemaran udara yang terjadi.


(35)

Efek bahan pencemar udara terhadap lingkungan menurut Mukono (2006) adalah :

a. Efek terhadap kondisi fisik atmosfer

Dampak yang diakibatkan polutan udara terhadap kondisi fisik atmosfer adalah :

1. Gangguan jarak pandang

2. Memberikan warna tertentu terhadap atmosfer 3. Mempengaruhi struktur awan

4. Mempengaruhi keasaman air hujan 5. Mempercepat pemanasan atmosfer b. Efek terhadap faktor ekonomi

Bahan pencemar udara juga berdampak terhadap faktor ekonomi seperti : 1. Meningkatkan biaya rehabilitasi karena rusaknya bahan (keropos). 2. Meningkatnya biaya pemeliharaan (pelapisan, pengecatan).

3. Kerugian akibat kontaminasi bahan pencemar udara pada makanan atau minuman oleh bahan beracun.

4. Meningkatnya biaya perawatan penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara.

c. Efek terhadap vegetasi

1. Perubahan morfologi, pigmen, dan kerusakan fisiologi sel tumbuhan terutama pada daun.

2. Mempengaruhi pertumbuhan vegetasi. 3. Mempengaruhi proses reproduksi tanaman.


(36)

4. Mempengaruhi komposisi komunitas tanaman.

5. Terjadi akumulasi bahan pencemar pada tanaman tertentu. d. Efek terhadap kehidupan binatang

Efek dapat terjadi pada binatang peliharaan atau binatang liar dengan terjadinya proses bioakumulasi dan keracunan bahan berbahaya.

e. Efek estetika

Efek estetik yang diakibatkan oleh adanya bahan pencemar udara antara lain adanya bau dan adanya lapisan debu pada bahan atau materi yang mengakibatkan perubahan warna permukaan bahan dan kerusakan pada bahan tersebut.

f. Efek terhadap kesehatan manusia pada umumnya

Secara umum, efek kesehatan yang ditimbulkan oleh bahan pencemar udara adalah :

1. Sakit akut maupun kronis.

2. Penyakit yang tersembunyi, memperpendek umur, menghambat pertumbuhan dan perkembangan.

3. Mengganggu fungsi fisiologis paru-paru, saraf, darah dan kemampuan sensorik.

4. Kemunduran penampilan pada aktivitas atlet, aktivitas motorik dan aktivitas belajar.

5. Iritasi sensorik.

6. Penimbunan bahan berbahaya dalam tubuh. 7. Rasa tidak nyaman oleh bau.


(37)

g. Efek terhadap saluran pernafasan

1. Iritasi pada saluran pernafasan sehingga menyebabkan pergerakan silia menjadi lambat, bahkan dapat berhenti sehingga tidak membersihkan saluran pernafasan.

2. Peningkatan produksi lendir akibat iritasi oleh bahan pencemar. 3. Produksi lendir mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan. 4. Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan.

5. Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan sel sehingga saluran pernafasan semakin sempit.

6. Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir.

7. Dari semua efek di atas, akan mengakibatkan terjadinya kesulitan bernafas, sehingga benda asing yang masuk tidak dapat dikeluarkan sehingga terjadinya infeksi saluran pernafasan.

2.1.8. Pengendalian Pencemaran Udara

WHO (2014) menyatakan ada beberapa kebijakan yang efektif pada transportasi, perencanaan kota, sumber energi dan industri, dan pengelolaan sampah yang dapat mengurangi pencemaran udara seperti :

a. Untuk industri

Teknologi bersih yang dapat mengurangi emisi dari cerobong asap industri. Dalam hal ini termasuk pengelolaan sampah perkotaan dan


(38)

pertanian untuk menggunakan gas metana yang dihasilkan oleh tempat penampungan sampah sebagai biogas.

b. Untuk transportasi

Beralih kepada kegiatan dengan kategori energi bersih. Seperti memprioritaskan pemakaian kendaraan umum, berjalan kaki atau naik sepeda di perkotaan dan memiliki kendaraan yang ramah lingkungan. c. Untuk perencanaan kota

Meningkatkan efisiensi energi untuk bangunan dan membuat penataan kota yang rapi. Untuk Indonesia setiap kawasan perkotaan diwajibkan memiliki ruang terbuka hijau (RTH) setidaknya 30% dari wilayah kota dalam tata ruang kota tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15 Tahun 2008

d. Untuk pembangkit listrik

Peningkatan penggunaan bahan bakar rendah emisi dan sumber daya terbarukan tanpa pembakaran seperti pembangkit listrik tenaga angin atau tenaga air.

e. Untuk pengeolaan sampah kota dan pertanian

Strategi untuk mengurangi limbah, pemisahan sampah, daur ulang dan penggunaan kembali atau limbah daur ulang. Serta pengolahan limbah biologis seperti limbah pencernaan atau pertanian untuk menghasilkan biogas dan biodiesel.


(39)

2.2. Karbon Monoksida (CO) 2.2.1. Sumber Pencemaran Gas CO

Karbon Monoksida (CO) adalah gas tidak berwarna dan tidak berbau yang bersifat racun terhadap manusia. Gas tersebut adalah hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar dan hasil dari proses alami biotranformasi halometana yang ada di tubuh manusia (WHO, 1999).

Sektor transportasi merupakan penyumbang utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Sumber gas CO berasal dari sumber alami dan antropogin (aktivitas manusia). Sumber antropogin seluruhnya berasal dari sisa pembakaran bahan organik. Pembakaran bahan organik ini dimaksudkan untuk mendapatkan energi kalor yang digunakan untuk berbagai keperluan seperti transportasi, pembakaran batubara dan lain-lain. Sumber antropogin gas karbon monoksida (CO) di udara terbesar dihasilkan oleh kegiatan transportasi yaitu dari kendaraan bermotor berbahan bakar bensin sebesar 65,1% (Suhardjana dalam Kusminingrum, 2008).

Menurut Wardhana (2004), secara umum pembentukan gas CO melalui proses seperti berikut ini :

1. Pembakaran bahan bakar fosil dengan udara yang reaksinya tidak stokhiometris pada harga ER > 1. Dalam hal ini bahan bakar yang digunakan lebih banyak daripada jumlah udara, reaksinya adalah :

2C + O2  2CO

2. Pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbondioksida (CO2) dengan karbon


(40)

lebih cepat dibandingkan raksi pembentukan gas CO2. Apabila

pencampuran bahan bakar dan udara tidak rata, maka masih ada karbon (C) yang tidak berhubungan dengan oksigen sehingga memungkinkan terbentuknya gas CO reaksinya adalah :

CO2 + C  2CO

3. Pada suhu tinggi, CO2 dapat terurai kembali menjadi CO dan oksigen.

Reaksinya adalah :

CO2  CO + O

Tabel 2.2. Sumber Pencemaran CO

Sumber Pencemaran % bagian % total

Transportasi 63,8

-mobil bensin 59,0

-mobil diesel 0,2

-pesawat terbang (dapat diabaikan) 2,4

-kereta api 0,1

-kapal laut 0.3

-sepeda motor 1,8

Pembakaran Stasioner 1,9

-batubara 0,8

-minyak 0,1

-gas alam (dapat diabaikan) 0,0

-kayu 1,0

Proses Industri 9,6

Pembuangan Limbah Padat 7,8


(41)

-kebakaran hutan 0,0

-pembakaran batubara sisa 1,2

-pembakaran limbah pertanian 8,3

-pembakaran lain-lainnya 0,2

Total 100 100

Sumber : Wardhana (2004)

2.2.2. Pengaruh Gas CO Terhadap Kesehatan

Gangguan kesehatan oleh gas CO di udara ambien adalah terbentuknya ikatan dengan molekul hemoglobin (Hb) di dalam darah sehingga membentuk karboksihemoglobin (COHb) yang seharusnya hemoglobin mengikat oksigen dalam darah. Terurainya oksihemoglobin (O2Hb) juga disebabkan oleh adanya

atau hadirnya karboksihemoglobin (COHb), sehingga suplai oksigen ke jaringan menjadi berkurang (WHO,1999).

Karbon monoksida (CO) apabila masuk ke dalam paru-paru akan mengikuti peredaran darah akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolis, yaitu ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Sama seperti oksigen, gas CO mudah bereaksi dengan darah (hemoglobin) :

Hb + O2  O2Hb

Hb + CO  COHb (Wardhana, 2001)

Ternyata ikatan COHb jauh lebih stabil dibandingkan dengan O2Hb.

Kestabilan hemoglobin terhadap karbon monoksida adalah 240 kali kestabilan terhadap oksigen (WHO, 1994). Kondisi ini diartikan darah lebih mudah mengikat


(42)

gas CO dan mengganggu fungsi vital darah sebagai pegangkut oksigen (Wardhana, 2001).

Pengaruh gas CO terhdap tubuh manusia teryata tidak sama untuk manusia yang satu dengan yang lain. Faktor daya tahan tubuh manusia ikut menentukan toleransi tubuh terhadap pengaruh adanya gas CO. Para olahragawan pada umumnya mempunyai toleransi yang tinggi terhadap racun gas CO. Pada orang yang menderita anemia dan anak-anak akan mudah keracunan oleh gas CO. keracunan gas CO ditandai dari keadaan yang ringan seperti pusing, sakit kepala dan mual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sistem kardiovaskular, serangan jantung sampai kepada kematian.

Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap aman jika waktu terpajan hanya sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm jika terhirup selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing dan mual. Konsentrasi CO sebanyak 1000 ppm dengan waktu paparan 1 jam menyebabkan pusing dan kulit berubah menjadi kemerah-merahan. Dengan waktu paparan yang sama, gas CO sebanyak 1300 ppm kulit akan berubah langsung menjadi merah tua disertai rasa pusing yang hebat (Wardhana, 2004).

2.2.3. Pengaruh Gas CO Terhadap Lingkungan

Gas CO adalah gas buangan yang dihasilkan dari proses alami dan aktifitas manusia. Walaupun konsentrasi gas CO di udara secara global sama, belum ada laporan terbaru yang menyatakan adanya produksi gas CO berdampak pada tumbuhan atau mikroorganisme. Gas CO di udara ambien berdampak kepada


(43)

kesehatan dan kesejahteraan manusia, tergantung kepada konsentrasi gas, letak tempat tinggal dan tempat kerja serta kemungkinan terpapar oleh gas CO yang berpotensi menimbulkan dampak (WHO, 1999).

2.3. Sulfur Dioksida (SO2)

2.3.1. Sumber Pencemaran Gas SO2

Gas SOx terdiri atas gas SO2 dan gas SO3 yang keduanya memiliki sifat

yang berbeda. Gas SO2 memliki bau yang tajam dan tidak mudah terbakar,

sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif dengan uap air di udara. Kondisi

tersebut membentuk asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat sangat reaktif dan dapat

merusak materi seperti proses pengkaratan dan yang lainnya (Wardhana, 2004). Menurut WHO (2000), pencemaran udara oleh SOx berasal dari pemakain

batubara yang dgunakan pada industri, transportasi dan yang lainnya dengan penjelasan sebagai berikut :

a. Pembakaran batubara, batubara alam mengandung sekitar 2-3% sulfur. Saat batubara dibakar, sulfur akan berkatan dengan oksigen membentuk SOx.

b. Peleburan biji sulfida (peleburan dilakukan untuk memisahkan logam dari bjih tambang.

c. Pembakaran bahan bakar minyak.

Sulfur dalam batubara berupa mineral besi pirits atau FeS2 dan dapat pula

berbentuk mineral logam sulfida lainnya seperti PbS, HgS, ZnS, CuFeS2 dan

Cu2S. Dalam proes indutri besi dan baja banyak menghasilan gas SOx karena


(44)

sulfida logam diubah menjadi oksida logam. Proses ini juga sekaligus menghilangkan sulfur dari kandungan logam karena sulfur tidak dibutuhkan. Reaksinya adalah sebagai berikut :

2 ZnS + 3O2  2ZnO + 2SO2

2PbS + 3O2 2PbO + 2SO2

Adapun penjelasan sumber pencemar gas SOx adalah sebagai berikut: Tabel 2.3. Sumber Pencemaran SOx

Sumber Pencemaran % bagian % total

Transportasi 2,4

-mobil bensin 0,6

-mobil diesel 0,3

-pesawat terbang (dapat diabaikan) 0,0

-kereta api 0,3

-kapal laut 0,9

Pembakaran Stasioner 73,5%

-batubara 60,5%

-minyak (distilasi) -minyak (residu)

1,2

11,8

-gas alam (dapat diabaikan) 0,0

Sumber Pencemaran % bagian % total

-kayu 0,0

Proses Industri 22,0

Pembuangan Limbah Padat 0,3


(45)

-kebakaran hutan 0,0

-pembakaran batubara sisa 1,8

Total 100 100

Sumber : Wardhana (2004)

2.3.2. Pengaruh Gas SO2 Terhadap Kesehatan

Udara yang tercemar oleh gas SOx menyebabkan manusia mengalami

gangguan pada sistem pernapasannya. Hal ini dkarenakan gas SOx mudah menjadi

asam dapat menyerang selaput lendir pada hidung, tengggorokan, dan saluran nafas yang lain sampai ke paru-paru. Serangan SOx tersebut menyebabkan iritasi

pada bagian tubuh yang terkena.

Daya iritasi terhadap gas SO2 pada tiap orangg ternyata tidak sama. Pada

orang yang sensitif, pada konsentrasi gas SO2 sebnyak 1-2 ppm akan mengalami

iritasi. Namun ada juga yang pada konsetrasi sebanyak 6 ppm akan mengalami iritasi tenggorokan. Gas SO2 sangat berbahaya bagi anak-anak, orang tua dan

orang yang sedang menderita penyakit saluran pernapasan kronis dan kardiovaskuler. Otot saluran pernapasan dapat mengalami kejang bia teriritasi oleh gas SO2 dan kejang akan lebih berat jika konsentrasi SO2 tinggi sementara

udara di sekitarya rendah. Apabila waktu pajanan dengan gas SO2 cukup lama

maka akan terjadi peradangan hebat pada selaput lendir dan diikuti oleh kelumpuhan sistem pernapasan, kerusakan lapisan ephitelium yang berakhir pada kematian.

Apabila konsentrasi gas SO2 relatif mash rendah, 6-12 ppm, dengan waktu

paparan yang pendek namun terpapar secara berulang, maka gas SO2 dapat


(46)

keadaan tersebut berlanjut menjadi kanker. Mengingat hal tersebut sebaiknya gas SO2 tdak terdapat di udara walau dalam konsentrasi yang kecil (Wardhana, 2004). 2.3.3. Pengaruh Gas SO2 Terhadap Lingkungan

Dampak yang terjadi terhadap lingkungan akibat adanya pencemaran gas SO2adalah terjadinya hujan asam. Gas SO2 di udaraakan bertemu dengan oksigen

sehingga membentuk SO3 dengan reaksi berikut:

SO2 + O2 2SO3

Udara yang mengandung uap air akan bereaksi dengan SO2 dan SO3

sehingga membentuk asam sulfit dan sam sulfat dengan reaksi sebagai berikut: SO2 + H2O H2SO3

SO3 + H2O H2SO4

Apabila asam sulfat dan asam sulfit turun ke bumi bersama-sama dengan jatuhnya hujan, maka terjadilah hujan asam. Hujan asam sangat merugikan karena dapat merusak tumbuhan dan kesuburan tanah (Wardhana, 2004).

Hasil penelitian Dahlan (2007) menunjukkan bahwa kerusakan tanaman yang terjadi akibat adanya pencemaran gas SO2 adalah nekrosis jaringan

tumbuhan, klorosis pada daun, spot lession hingga gugurnya daun tanaman.

2.4. Volume Lalu Lintas


(47)

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen Rekayasa Lalu Lintas di Jalan, volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati titik tertentu pada ruas jalan per satuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan/jam atau satuan mobil penumpang (smp)/jam.

Volume lalu lintas menunjukkan jumlah kendaraan yang melintasi suatu titik pengamatan dalam per satu satuan waktu. Menurut Morlok, E.K. (1991), volume lalu lintas dapat dihitung dengan rumus :

t

n

q

Dimana : q = volume lalu lntas yang melewati suatu titik n = jumlah kendaraan yang melintas

t = waktu pengamatan

2.5. Tumbuhan sebagai Penyerap Polutan Udara

2.5.1. Proses Reaksi Reduksi Pencemaran Udara oleh Tanaman

Gas-gas di udara diserap oleh tanaman melalui stomata atau diserap melalui akar tanaman karena gas terdeposisi oleh air hujan. Gas pencemar yang masuk melalui stomata berada pada lapisan epidermis atas. Stomata pada daun dapat terbuka jika tekanan air dalam tanaman berubah, maka stomata adalah pintu keluar masuknya gas walaupun secara umum terdapat kutin pada lapisan epidermis atas. Epidermis adalah target utama polutan udara, setelah polutan masuk melalui stomata, polutan akan terlarut dengan air yang terdapat di permukaan sel-sel daun. Selanjutnya polutan yang terlarut akan beraksi dengan


(48)

mesofil. Beberapa tanaman dapat memproduksi polutan menjadi asam organik, gula dan asam amino (Santoso, 2011).

2.5.2. Jenis-jenis Tumbuhan Penyerap Polutan

a. Tumbuhan Penyerap Gas CO

Pada hasil penelitian Kusminingrum (2008), menguraikan beberapa jenis tumbuhan yang dapat menyerap gas CO dengan konsentrasi rata-rata pada kontrol 0,72 ppm, yaitu:

Tabel 2.4. Tumbuhan Penyerap Gas CO Jenis Pohon

Nama Tumbuhan Rata-rata penguranagan CO

(%) Jenis Pohon

Ganitri (Eleocarpus sphaericus) 81,53

Bungur (Lagerstoma flos-reginae) 78,75

Cempaka (Michellia champaca) 73,33

Kembang Merak (Caesalpinia pulcherrima) 70,56 Saputangan (Maniltoa grandiflora) 70,28

Tanjung (Mimusops elengi) 69,58

Kupu-kupu (Bauhinia sp) 69,58

Acret (Spathoeda campanulata) 59,44

Asam Kanji (pithecellobium dulce) 37,08

Felicium (Filicium decipiens) 28,75

Galinggem (Bixa orellana) 23,47

Jenis Perdu

Iriansis (Impatien sp) 88,61

Dawolong (Acalypha compacta) 86,94

Nusa Indah Merah (Mussaenda erythrophylla) 81,94

Saliara (Lantana camara) 80,56

Oleander (Nerium Oleander) 80,56

Kacapiring (Gardenia jasminiodes) 80,56 Harendong (Melastoma malabathricum) 78,75 Wilkesiana Merah (Acalypha wilkesiana) 77,36

Anak Nakal (Durante erecta) 67,22

Walisongo (Schefflera arboricola) 67,08 Pecah beling (Sericocalyx crispus) 66,81

Sadagori (Tumera ulmifolia) 64,58


(49)

Nama Tumbuhan Rata-rata penguranagan CO (%)

Teh-tehan (Acalypha capilipes) 53,61

Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) 32,78

Jenis Semak

Philodendron (Philodendron sp) 92,22

Graphis Merah (Hemigraphis bicolor) 88,06

Myana (Eresine herbstii) 76,53

Maranta (Maranta sp) 73,47

Pentas (Pentas lanceodala) 71,94

Mutiara (Pilea cadierei) 69,31

Babayeman Merah (Aerva sanguinolenta) 68,06

Gelang (Portulaca grandiflora) 67,92

Rumput Gajah (Pennisentum purpureum) 51,67

Plumbago (Plumbago auriculata) 59,86

Pacing (Costus malortianus) 41,11

Kriminil Merah (Althenanthera ficoidea) 35,14

Sumber : Kusminingrum (2008) b. Tumbuhan Penyerap CO2

Pada penelitian yang dilakukan oleh Endes N. Dahlan pada tahun 2007-2008, hasil risetnya menunjukkan beberapa tanaman yang mampu menyerap gas CO2 dalam jumlah besar dalam kurun waktu satu tahun,

yaitu:

Tabel 2.5. Tumbuhan Penyerap Gas CO2

Nama Tumbuhan Daya Serap (Kg/pohon/tahun)

Trembesi (Salmanea saman) 28.448,39

Cassia (Cassia sp) 5.295,47

Kenanga (Canangium odotarum) 758,59

Pingku (Dysoxylum excelsum) 720,49

Beringin (Ficus benyamina) 535,90

Krey Payung (Fellicium decipiens) 404,83

Matoa (Pornetia pinnata) 329,76

Mahoni (Swettiana mahagoni) 295,73

Saga (Adenanthera pavoniana) 221,18

Bungkur (Lagerstroema speciosa) 160,14

Jati (Tectona grandis) 135,27

Nangka (Arthocarpus heterophyllus) 126,51

Johar (Cassia Grandis) 116,25

Sirsak (Annona muricata) 75,29


(50)

Nama Tumbuhan Daya Serap (Kg/pohon/tahun)

Akasia (Acacia auriculiformis) 48,68

Flamboyan (Delonix regia) 42,20

Sawo Kecik (Manilkara Kauki) 36,19

Sumber : http://dian-dan-aulita.blogspot.com/(2012) c. Tumbuhan Penyerap Debu

Jenis tumbuhan yang mampu menyerap debu adalah:

Tabel 2.6. Tumbuhan Penyerap Debu

Nama Tumbuhan Kemampuan Menyerap Debu

(g/m3)

Asam Kranji 76,3

Treungguli 48

Kembang Merak 46,3

Sonokeling 41,6

Mindi 37,5

Sengon 34,6

Jambu Air 34,1

Sumber : Tanjung dalam Santoso(2011) d. Tumbuhan Penyerap Gas NO2

Hasil penelitian Nasrullah dkk (2000) menunjukkan bahwa setiap tanaman memilki kemampuan untuk menyerap gas NO2, berikut adalah jenis pohon

yang diteliti dengan kemampuan serapan gas NO2: Tabel 2.7. Tumbuhan Penyerap Gas NO2

Nama Tumbuhan Serapan NO2 (µg/g)

Jenis Pohon

Dadap Kuning (Erythrina variegata) 68,31 Kaliandra (Caliandra surimenaris) 41,01)

Ki hujan (Samanea saman) 35,37

Jambu biji (Psidium guajava) 30,8

Bambu jepang (Bambusa vulgaris) 25,33

Kayu putih (Eucaliptus alba) 23,65

Kasia golden (Cassia bitflora) 22,85

Ayoga (Cassia sp.) 21,91

Duku (Lansium domesticum) 20,28

Kayu manis hijau(Cinnamonum zylanicum) 13,06

Rambutan (Nephelium lappaceum) 12,44


(51)

Nama Tumbuhan Serapan NO2 (µg/g)

Lamtoro (Laucaena glauca) 12,2

Johar (Cassia siamea) 8,82

Beringin karet (Ficus elastica) 8,86

Palem merah (Crytostachys lakka) 7,97

Cemara papua (Cupressus papuana) 7,80

Nam-nam (Cyanometra cauliflora) 7,31

Bungur (Lagerstomia loudoni) 6,13

Bambu kuning (Phyllostachys sulphurea) 5,11 Glodogan tiang (Polytalia longifolia) 3,61

Jenis Semak

Lolipop Merah (Jacobina carnea) 100.02

Kihujan (Malphigia sp.) 93,28

Akalipa Merah (Acalypha wilkesiana) 64,80 Lolipop kuning (Pachystachys lutea) 61,70 Nusa indah merah (Mussaendah erythrophylla) 53,53 Daun mangkokan (Notophanax scultellarium) 46,07 Bogenvil merah (Bougainvillea glabra) 45,44

Kaca piring (Gardernia augusta) 45,29

Miana (Coleus blumei) 41,70

Hanjuang merah (Cordilyne terminalis) 36,34

Azalea (Rhododendron indicum) 35,95

Lantana ungu (Lantana camara) 35,14

Akalipa hijau-putih (Acalypha wilkesiana) 31,24 Sirih belanda (Scindapsus aureus) 25,63 Lengkuas merah (Alpinia purpurata) 24,55 Ixora daun besar (Ixora javanica) 23,86 Kedondong laut (Notophanax sarcofagus) 20,95

Bakung (Crinum asiaticum) 20,03

Palm kuning (Chrysalidocarpus lutescens) 19,48

Kana (Canna indica) 18,91

Bayam merah (Iresine herbstii) 18,86

Keladi putih (Caladium hortulanum) 18,50

Drasena (Deacaena fragans) 17,74

Alamanda (Allamanda cathartica) 17,63

Bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) 17,51

Sikas (Cycas revulata) 16,28

Gendarusa (Gendarusa vulgaris) 16,27

Bambu pangkas (Arundinaria pumila) 15,97

Pacing (Costus specious) 15,27

Teh-tehan (Acalypha macrophylla) 15,10

Serut (Carmona retusa) 13,67

Helikona oranye (helicona sp.) 13,60

Nona makan sirih (Cleodendron thomsone) 13,58

Tapak dara (Vinca rosea) 12,41


(52)

Nama Tumbuhan Serapan NO2 (µg/g)

Palm kol (Licuala grandis) 11,93

Dollar-dollaran (Ficus respens) 11,76

Nusaindah putih (Mussaendah alba) 10,90

Agave hijau (Agave sisalana) 9,99

Sri rejeki (Aglonema nitidum) 7,59

Keladi hias (Caladium bicolor) 7,47

Stepanut (Stephanotis floribunda) 7,44

Pisang hias (Heliconia rosnata) 6,83

Mawar (Rosa chinensis) 6,60

Pakis haji (Cycas rumphii) 6,22

Mirten (Malphigia coccigyera) 5,53

Duranta kuning (Duranta repens) 4,48

Sambang darah (Excoecaria bicolor) 4,77

Kemuning (Muraya paniculata) 4,56

Salvia merah (Salvia splendeus) 4,23

Terang bulan (Duranta variegata) 4,11

Ixora daun kecil (Ixora chinensis) 4,11

Palm wregu (Rhapis excelsa) 3,40

Cendrawasih (Phyllantus niruri) 2,57

Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) 2,03

Sianto (Eugenia uniflora) 1,97

Jenis Tanaman Penutup Tanah

Kriminil Merah (Alternanthera ficoides) 24,06

Rumput Manila (Zoysia matrella) 22,58

Adam dan Hawa (Rhoeo discolor) 18,81

Rumput golf (Cynodon dactylon) 13,94

Rumput paetan (Axonopus compressus) 13,31 Kriminil putih (Alternanthera amoena) 9,96

Taiwan beauty (Cuphea mycrohylla) 9,72

Clorophytum hijau (Chlorophytum comosum) 9,50

Mutiara (Philea cardierei) 7,13

Clorophytum putih (Chlorophytum bachestii) 4,56

Lili paris putih (Ophiopogon jaburan) 2,38

Sumber : Nasrullah, dkk (2000) e. Tumbuhan Penyerap Gas SO2

Hasil penelitian Dahlan (2007) pada beberapa lokasi pabrik dengan aktivitas peleburan bijih nikel adalah adanya serapan sulfur pada daun pepohonan dari emisi pabrik yang berupa gas SOx. Jenis-jenis pohon


(53)

Tabel 2.8. Tumbuhan Penyerap Gas SOx

Nama Tumbuhan S(%)

Uru (Ermerellia thyampacca) 0,1613

Kemiri (Aleurites moluccana) 0,1552

Ficus (Ficus sp.) 0,1552

Aghatis (Agathis dammara) 0,2391

Mangium (Acasia mangium) 0,2094

Biti (Vitex coffasus) 0,1548

Kayu Tanduk (Alsthonia spectabilis) 0,2075

Jambu (Psidium guava) 0,1796

Kokopu (Elaeocarphus sp.) 0,1804

Kayu Asah (Lithocarpus sp.) 0,1838

Makaranga (Macaranga triloba) 0,2190

Glochidon uttorate 0,2235

Gluchodion mollucanum 0,0593

Premna sp. 0,2258

Eucalyptus urograndis 0,3003

Betao (C. soulatri) 0,1756

Kayu hitam (Diospyros celebic) 0,2754

Kumea (Manilkara celebica) 0,2054

Agathis (A. damara) 0,2363

Trema tomenthosa 0,0515

Nangka (Artocarpus integra) 0,0987

Buri (Weinmannia devogelii) 0,2395

Mangium (Acasia mangium) 0,2848

Kapuk randu (Zeiba pteranda) 0,2420

Nyatoh (palaqium sp.) 0,1071

Trema love (Trema tomentosa) 0,2779

Spathodea (S. campanulata) 0,2767

Saga (Adenanthera pavonina) 0,2979

Uru (Emerellia thympaca) 0,2984

Macaranga (Macaranga triloba) 0,3361

Nyatoh batu (Palaqium sp.) 0,2954

Jambu daun lebar (P. guajava) 0,3219

Mataha(Calicarpa sp.) 0,3928

Kolak (Palaquium sp.) 0,3295

Betao (C. soulatri) 0,3557

Ficus (Ficus sp.) 0,3444

Trema (t. tremantosa) 0,2783

Kayu tanduk (Alsthonia spectabilis) 0,2401

Ficus (Ficus sp.) 0,1758

Betao (C.soulatri) 0,0727

Eucalyptus 0,1142

Bunu (Colana scabra) 0,0696


(54)

Nama Tumbuhan S(%)

Mahoni (Switania mahagoni) 0,1998

Kemiri (A. molluccana) 0,0933

K. Hitam (D. celebica) 0,0856

Betau daun kecil (C. soulatri) 0,0372

Trema (T. tomentosa) 0,0346

Trema love (T. tomentosa) 0,0233

Kayu Afrika (Maesopsis emioniii) 0,0792

Bitti (Vitex coffasus) 0,0311

Sumber : Dahlan (2007).

2.6. Kerangka Konsep

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian 1. Volume lalu lintas

2. Banyaknya pohon

1. Arah angin 3. Kelembaban 4. Suhu

Pengukuran kadar CO dan SO2 di

udara

Memenuhi syarat baku mutu

Tidak memenuhi syarat baku mutu


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei dan bersifat deskriptif yaitu mengetahui gambaran perbedaan kadar karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2) di

udara berdasarkan volume lalu lintas dan banyaknya pohon di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution di kota Medan tahun 2015.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di dua jalan raya yang terdapat tanaman peneduh jalan yaitu jalan Dr. Mansyur dan jalan Jend. A.H. Nasution.

Adapun alasan memilih tempat tersebut sebagai lokasi penelitian adalah: 1. Jalan Dr. Mansyur merupakan jalan yang ditanami pohon mahoni

(Swietania Macrophylla) dengan jumlah kendaraan yang lewat sangat banyak karena fungsinya sebagai jalan arteri sekunder.

2. Jalan Jend. A.H. Nasution pada lokasi didapati pohon angsana (Pterocarpus Indicus) dengan jumlah kendaraan yang lewat sangat banyak dengan fungsinya sebagai jalan arteri primer.

3. Belum pernah dilakukannya penelitian tentang perbedaan jumlah kadar karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2) berdasarkan volume

lalu lintas dan jumlah pohon yang terdapat di kedua jalan raya tersebut.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret tahun 2015.


(56)

3.3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2) di udara pada dua jalan raya yang memiliki yaitu Jalan Dr. Mansyur dan

Jalan Jend. A.H. Nasution berdasarkan volume lalu lintas dan banyaknya pohon.

3.4. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution dan sampel dalam penelitian ini adalah 8, dimana 4 sampel diambil pada jalan Dr. Mansyur dan 4 sampel lainnya pada jalan Jend. A.H. Nasution dimana pada masing-masing jalan pengambilan sampel dilakukan pada pagi dan siang hari.

3.5. Metode Pengambilan Data 3.5.1. Data Primer

Data primer merupakan data hasil pemeriksaan kadar karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2) yang diperoleh langsung dari pengukuran yang

telah dilakukan.

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data BTKLPP ( Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Peyakit), dan pengumpulan informasi berupa data-data yang relevan dengan penelitian.

3.6. Teknik Analisa Data

3.6.1. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian dilakukan pada titik I yaitu pada jalan Dr. Mansyur (depan Rumah Sakit Pendidikan USU) dan titik II yaitu jalan Jend. A.H. Nasution (depan STMIK Triguna Dharma) dengan pertimbangan fungsi jalan Dr. Mansyur dan


(57)

jalan Jend. A.H. Nasution berbeda dan pohon yang terdapat di kedua jalan tersebut juga tidak sama. Pengukuran karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2) dan volume lalu lintas dilakukan pada pada pukul 08.45 dan 12.30 WIB di

jalan Dr. Mansyur dan pukul 10.10 dan 11.15 WIB di jalan Jend. A.H. Nasution. Sampel karbon monoksida didapat dengan menggunakan alat CO Analyzer, sedangkan sampel sulfur dioksida (SO2) didapat dengan menggunakan teknik impinger, kemudian hasil pengukuran dianalisis di BTKLPP (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit) Medan.

3.6.2. Prosedur Pengukuran Karbon Monoksida (CO) di Udara

Prosedur pegukuran karbon monoksida di udara sebagai berikut : 1. Alat diletakkan 1,5 meter di atas jalan raya.

2. Tekan tombol ON/OFF.

3. Alat distabilkan selama 2 menit.

4. Tekan tmbol DOWN, sampai keluar tanda RECOR di sudut kanan atas dari display (RECORD) untuk menangkap polutan karbon monoksida). 5. Atur waktu selama 1 jam untuk melakukan pengukuran karbon monoksida

di udara.

6. Tekan tombol RECORD untuk pemberhentian pengukuran.

7. Data ditransfer ke computer, untuk dilakukan pembacaan hasil pengukuran.

3.6.3. Pengukuran Sulfur dioksida (SO2) di Udara 3.6.3.1. Pengambilan Contoh Uji


(58)

2. Masukkan larutan penyerap Griess Saltzam sebanyak 10 ml ke dalam botol penyerap. Atur botol peyerap agar terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung.

3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,4L/menit , setelah stabil catat waktu laju alir F1.

4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat temperature dan tekanan udara.

5. Setelah 1 jam catat laju akhir dan kemudia matikan pompa penghisap. 6. Analisis yang dilakukan dilapangan segera setelah pengambilan contoh.

3.6.3.2. Metode Analisa SO2 dengan Pararosanilin

Prinsip kerja alat spektrofometer yaitu :

1. SO2 bereaksi dengan kalium tetrachloromerkuat (TCM) membentuk ion

dichlorosulfitmerkurat yang bereaksi dengan pararosanilin hydrocylic dalam HCL dan formaldehyde membentuk warna merah ungu. Intensitasnya apat diukur mengguanakan spktrofometer pada panjang gelmbang 575 nm.

2. Peralatan dan Bahan. a. Peralatan

- Spektrofometer b. Bahan

- Larutan absorban SO2

- Larutan standar SO2


(59)

- Asam sulfanilat - Formaldehyde 3. Cara Pembuatan

a. Larutan absorban dalam impinge hasil sampling dimaukkan dalam tabung reaksi 25 ml

b. Ditambah 1 ml asam sulfanilat, ditambah 2 ml formaldehyde, dicampur, ditambah 5 ml parasonilin, dicampur, ditambah aquabides panas sampai tanda pembatas.

c. Dicampur hingga homogen dan didiamkan selama 30 menit agar bereaksi dengan sempurna.

d. Diambil 10 ml larutan sampel uji, masukkan ke dalam kuvet yang bersih dan dibaca dengan spektrofometer pada panjang gelombang 575 nm.

e. Catat hasilnya, misalnya X.

f. Dari hasil pembacaan X letakkan pada skala absorban. g. Tarik garis horizontal ke arah garis linear garis konsentrasi. h. Tarik garis vertikal ke arah skala konsentrasi sejajar absorban. i. Titk pertemuan pada garis konsentrasi dibaca dan dicatat.

j. Setelah didapat hasil konsentrasi sampel dari pembacaan kurva, kemudian hasilnya dibaca lagi dengan mengguanakan rumus :

Kadar SO2 = Y/(Q x T)

Dimana : Y = hasil pembacaan kurva standar (µg/Nm3

) Q = volume udara terhisap (liter/menit) T = waktu sampling (menit)


(60)

3.7. Defenisi Operasional Variabel

Adapun defenisi operasional yang akan diteliti antara lain adalah sebagai berikut:

1. Udara merupakan atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang didalamnya terdapat gas oksigen yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk bernafas.

2. Karbon monoksida (CO) adalah gas tidak berwarna dan tidak berbau yang bersifat racun terhadap manusia. Gas karbon monoksida dapat diukur menggunakan alat CO Analyzer dengan metode NDIR.

3. Sulfur dioksida (SO2) merupakan gas yang memiliki bau tajam dan

bersifat iritan yang sumber pencemarannya berasal dari kegiatan industri, transportasi dan lainnya. Gas SO2 dapat dukur dengan Spektrofometer

dengan metode Pararosalinin.

4. Arah angin berperan dalam penyebaran polutan udara dari suatu tempat ke tempat lain.

5. Kelembaban adalah konsentrasi uap air d udara yang dapat dinyatakan dalam satuan persen (%) dan diukur menggunakan alat Hygrometer. 6. Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dan dingin suatu

benda diukur menggunakan alat termometer Celcius dengan satuan derajat celcius (oC).

7. Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melintasi suatu jalan dalam waktu satu jam dengan satuan kendaraan/jam. Volume lalu lintas


(61)

didapat dengan menghitung secara manual dengan menggunakan alat

hand tally counter.

8. Banyaknya pohon adalah jumlah pohon yang terdapat di jalur jalan raya yang ditanam secara berbaris, jumlah pohon dihitung secara manual dengan satuan batang.

3.8. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran adalah mengetahui gambaran perbedaan jumlah kadar karbon konoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2) berdasarkan volume lalu lintas

dan jumlah pohon di jalan Dr. Mansyur dan jalan Jend. A.H. Nasution di kota Medan. Jika terdapat karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2) melebihi

baku mutu kualitas udara ambien dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 maka udara tersebut sudah tercemar karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2). Nilai baku mutu untuk gas CO adalah

30.000µg/Nm3

sedangkan untuk gas SO2adalah 900µg/Nm3. 3.9. Analisis Data

Hasil pengukuran di lapangan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi yang dibuat dalam tabel kemudian dinarasikan, pembahasan serta kesimpulannya. Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara ambien menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999.


(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Medan merupakan salah satu daerah otonom yang berstatus kota dan termasuk salah satu kota besar di Indonesia.Kota Medan juga sebagai ibukota dari provinsi Sumatera Utara, dengan fungsinya tersebut kota Medan sering digunakan sebagai barometer pembangunan dan penyelanggaraan pemerintah daerah. Secara administratif batas-batas kota Medan adalah sebagi berikut :

1. Batas Utara : Selat Malaka

2. Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang 3. Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang 4. Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang

Secara geografis kota Medan terletak antara 3,30º-3,43o LU dan 98,35-98,44o BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Suhu udara minimum kota Medan adlah 24oC dan suhu maksimum adalah 32,5oC dengan curah hujan berkosar antara 2000-2500 mm. Luas wilayah kota Medan adalah 265,10 km2 dengan jumlah penduduk tercatat sebanyak 2.122.804 jiwa pada tahun 2012. Kotamadya Medan terdiri atas 21 kecamatan dan 151 kelurahan.

Pembangunan jaringan jalan di kota Medan sangat didukung oleh pemerintah daerah, hal tersebut dapat dilihat dari rencana tata ruang wilayah (RTRW) kota Medan yang disahkan pada tahun 2010. RTRW kota Medan melampirkan jumlah jarungan jkalan di kota Medan yang berjumlah 166 jaringan dengan klasifikasi sesuai fungsi jalan sebagai berikut:


(63)

1. Jaringan jalan arteri primer sebanyak 25 jalan 2. Jaringan jalan arteri sekunder sebanyak 34 jalan 3. Jaringan jalan kolektor sebanyak 10 jalan

4. Jaringan jalan kolektor sekunder sebanyak 88 jalan 5. Jaringan jalan lingkungan sebanyak 9 jalan

4.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Jalan Dr. Mansyur merupakan salah satu jaringan jalan kota Medan yang berfungsi sebagai jaringan jalan arteri sekunder yaitu jalan yang melayani angkutan utama dan peranan pelayanan jasa distribusinya adalah untuk masyarakat dalam kota. Sesuai dengan fungsinya maka bus dan kendaraan angkutan ringan dapat melalui jalan ini. Lebar jalan Dr. Mansyur adalah 26 meter sesuai dengan RTRW kota Medan tahun 2010. Jenis pohon yang ditanam di jalan Dr. Mansyur adalah pohon Mahoni (Swietania Macrophylla). Jumlah pohon yang terdapat di sekitar titik pengambilan sampel dalam radius 100 meter adalah 37 batang pohon.

Jalan Jend. A.H. Nasution merupakan salah satu jaringan jalan di kota Medan yang berfungsi sebagai jaringan jalan arteri primer yaitu jalan jalan yang melayani kegiatan pusat dan kegiatan wilayah, artinya jalan arteri primer pelayanannya dalam distribusi barang dan jasa untuk semua wilayah tingkat nasional. Sesuai dengan fungsinya maka jalan ini dapat dilalui semua jenis kendaraan bermotor. Lebar jalan Jend. A.H. Nasution adalah 40 meter sesuai dengan RTRW kota Medan tahun 2010. Jenis pohon yang ditanam di jalan Jend. A.H. Nasution adalah pohon Angsana (Pterocarpus Indicus).Jumlah pohon yang


(64)

terdapat di sekitar titik pengambilan sampel dalam radius 100 meter adalah 18 pohon.

4.3. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini meliputi kadar gas CO dan SO2 pada jalan Dr.

Mansyur dan jalan Jend. A.H. Nasution. Pengukuran dilakukan dua kali pada waktu yang berbeda untuk masing-masing jalan. Setiap pengukuran parameter dilakukan selama satu jam.

Untuk hasil pengukuran gas CO, hasil dikonversi ke satuan µg/Nm3

karena hasil pengukuran yang dilampirkan dari laboratorium menggunakan satuan ppm, sehingga hasil dapat dibandingkan dengan baku mutu gas CO dalam PP Nomor 41

tahun 1999. Konversi dari satuan ppm ke µg/Nm3

dihitung dengan rumus:

( ) ×

24.45 × 1000

Keterangan :

n : jumlah kadar CO dalam ppm

BM : Berat Molekul CO (C=12 ; O=16 ; CO=28)

Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Kadar Gas CO di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution.

Nama Jalan Pengukuran ke-

NAB Hasil Dalam ppm

Hasil Dalam

µg/Nm3

Dr. Mansyur I

30.000

µg/Nm3

7 8.016

II 9 10.306

Jend. A.H. Nasution

I 15 17.177

II 16 18.323

Tabel 4.1. menunjukkan bahwa kadar CO tertinggi terdapat pada jalan

Jend. A.H. Nasution pada pengukuran kedua dengan hasil sebesar 18.323 µg/Nm3


(65)

pertama dengan hasil 8.016 µg/Nm3

. Hasil kadar CO yang diukur pada kedua lokasi penelitian masih memenuhi syarat baku mutu gas CO dalam udara ambien menurut PP Nomor 41 tahun 1999.

Tabel 4.2. Hasil Pengukuran Kadar Gas SO2 di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution

Nama Jalan Pengukuran ke-

NAB Hasil Pengukuran

Dr. Mansyur I

900 µg/Nm3 57,32

II 60,78

Jend. A.H. Nasution

I 70,19

II 69,73

Tabel 4.2. menunjukkan bahwa kadar SO2 tertinggi terdapat pada jalan

Jend. A.H. Nasution pada pengukuran pertama dengan hasil sebesar 70,19

µg/Nm3

, sedangkan kadar SO2 terendah terdapat pada jalan Dr. Mansyur pada

pengukuran pertama dengan hasil 57,32 µg/Nm3

. Hasil kadar SO2 yang diukur

pada kedua lokasi penelitian masih memenuhi syarat baku mutu gas SO2 dalam

udara ambien menurut PP Nomor 41 tahun 1999.

Tabel 4.3. Hasil Pengukuran Volume Lalu Lintas di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution

Parameter Satuan Jalan Dr. Mansyur Jalan Jend. A.H. Nasution

I II I II

Volume

Lalu Lintas kendaraan/jam

2879 3367 5864 5703

Rata-rata 3123 5783

Tabel 4.3. menunjukkan bahwa volume lalu lintas tertinggi terdapat di jalan Jend. A.H. Nasution yaitu 5864 kendaraan/jam, sedangkan volume lalu lintas terendah terdapat pada jalan Dr. Mansyur pda pengukuran pertama yaitu 2879 kendaraan/jam. rata-rata volume lalu lintas tertinggi juga terdapat pada jalan


(66)

Jend. A.H. Nasution yaitu 5783 kendaraan/jam, sedangkan rata-rata volume lalu lintas terendah terdapat di jalan Dr. Mansyur yaitu 3123 kendaraan/jam.

Tabel 4.4. Perbedaan Banyaknya Pohon di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution

Nama Jalan Jumlah Pohon di Sekitar Titik Pengambilan Sampel

Dr. Mansyur 37

Jend. A.H. Nasution 18

Tabel 4.4. menunjukkan bahwa jumlah pohon terbanyak terdapat di jalan Dr. Mansyur yaitu 37 pohon sedangkan jumlah pohon yang terdapat di jalan Jend. A.H. Nasution sebanyak 18 pohon. Banyaknya pohon dihitung disekitar titik pengambilan sampel dalam radius 100 meter.

Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Arah Angin, Kelembaban dan Suhu di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution

Parameter Satuan Jalan Dr. Mansyur Jalan Jend. A.H. Nasution

I II I II

Arah Angin TL Tg B BL

Kelembaban % 53 46 49 46

Suhu oC 31.5 34.1 33.8 34.3

Ket :

TL : Timur Laut B : Barat TG : Tenggara BL : Barat Laut

Tabel 4.5. menunjukkan bahwa kelembaban tertinggi terdapat pada jalan Dr. Mansyur pada pengukuran pertama yaitu 53% sedangkan kelembaban terendah terdapat di jalan Jend. A.H. Nasution dan jalan Dr. Mansyur pada pengukuran kedua yaitu 46%. Suhu tertinggi terdapat di jalan Jend. A.H. Nasution pada pengukuran kedua yaitu 34,3oC dan suhu terendah terdapat di Jl. Dr. Mansyur pada pengukuran pertama yaitu 31,5oC.


(1)

Keterangan : = titik pengambilan sampel udara Lokasi : Jl. Dr. Mansyur

Kerapatan Pohon

Jumlah pohon

Jenis pohon

Cuaca Waktu : Waktu :

Volume lalu lintas

Arah angin

Lokasi : Jl. Jend. A.H. Nasution Kerapatan Pohon

Jumlah pohon

Jenis pohon

Cuaca Waktu : Waktu :

Volume lalu lintas

Arah angin


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Penentuan Jalur Alternatif untuk Menghindari Kemacetan Lalu Lintas dengan Menggunakan Algoritma Dijkstra (Studi Kasus: Simpang Empat Waspada Medan)

19 115 45

Pertanggungjawaban Pidana Pengatur Lalu Lintas Udara Sipil Atas Kecelakaan Pesawat Terbang Dalam Perspektif Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbanga

1 51 81

Penerapan Model Greenberg Untuk Arus Lalu Lintas (Studi Kasus : Jalan Ir. Juanda Medan)

6 69 44

PENGARUH KENDARAAN LUAR DAERAH TERHADAP BEBAN LALU LINTAS DI YOGYAKARTA PENGARUH KENDARAAN LUAR DAERAH TERHADAP BEBAN LALU LINTAS DI YOGYAKARTA (Studi Kasus : Jl. Jendral Sudirman, Jl. Malioboro).

0 2 11

PENDAHULUAN PENGARUH KENDARAAN LUAR DAERAH TERHADAP BEBAN LALU LINTAS DI YOGYAKARTA (Studi Kasus : Jl. Jendral Sudirman, Jl. Malioboro).

0 3 6

TINJAUAN PUSTAKA PENGARUH KENDARAAN LUAR DAERAH TERHADAP BEBAN LALU LINTAS DI YOGYAKARTA (Studi Kasus : Jl. Jendral Sudirman, Jl. Malioboro).

0 3 12

KESIMPULAN DAN SARAN PENGARUH KENDARAAN LUAR DAERAH TERHADAP BEBAN LALU LINTAS DI YOGYAKARTA (Studi Kasus : Jl. Jendral Sudirman, Jl. Malioboro).

0 2 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Udara 2.1.1. Pengertian Udara - Perbedaan Kadar Co dan So2 di Udara Berdasarkan Volume Lalu Lintas dan Banyaknya Pohon di Jl. Dr. Mansur dan Jl. Jendral A.H. Nasution di Kota Medan

0 5 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbedaan Kadar Co dan So2 di Udara Berdasarkan Volume Lalu Lintas dan Banyaknya Pohon di Jl. Dr. Mansur dan Jl. Jendral A.H. Nasution di Kota Medan

0 0 7

Perbedaan Kadar Co dan So2 di Udara Berdasarkan Volume Lalu Lintas dan Banyaknya Pohon di Jl. Dr. Mansur dan Jl. Jendral A.H. Nasution di Kota Medan

0 0 15