Stabilitas Emulsi Sifat-Sifat Surfaktan .1 Tegangan Permukaan

11 dalam memahami pembentukan emulsi, karena stabilitas adalah tujuan akhir atau ukuran dari seluruh proses Fingas Fieldhouse, 2004. Ada lima mekanisme utama yang dapat berkontribusi terhadap ketidakstabilan emulsi: 1 creaming dan sedimentasi; 2 flokulasi; 3 Oswald ripening; 4 koalesensi; dan 5 inversi fase Rousseau 2000. Idealnya semua faktor ini perlu diminimalkan atau dicegah untuk menghasilkan suatu emulsi yang stabil. Creaming dan sedimentasi merupakan pemisahan fase karena perbedaan densiti antara dua fase pada pengaruh gravitasi. Flokulasi merupakan agregasi pertikel tanpa kerusakan individualitas emulsi karena gaya tarik menarik yang lemah antara koloid. Flokulasi tergantung pada energi interaksi antara dua partikel sebagai fungsi dari jarak antar partikel. Energy interaksi merupakan gabungan gaya tarik menarik dan gaya tolak menolak. Selama flokulasi, partikel mempertahankan integritas strukturalnya McClements Demetriades 1998. Ostwald ripening adalah pertumbuhan globula-globula yang lebih besar dengan mengorbankan globula-globula yang lebih kecil dan berhubungan dengan gradien kelarutan yang terdapat antara globula-globula kecil dan besar Rousseau 2000. Selama koalesensi, dua globula yang berbenturan akan membentuk satu globula yang lebih besar. Koalesensi bisa sempurna ketika globula adalah cairan atau sebagian jika globula berisi material kristal. Koalesensi sebagian dapat menyebabkan inverse fase, dimana emulsi minyak dalam air ow menjadi emulsi air dalam minyak wo.

2.2.3 Hydrophile-Lipophile Balance HLB

Parameter HLB merupakan suatu usaha untuk mengkorelasikan secara kuantitatif struktur surfaktan dengan aktivitas permukaannya. Sistem ini menggunakan formula-formula empiris tertentu untuk menghitung bilangan HLB, secara normal harga yang diberikan dalam kisaran skala 0–20. Makin tinggi nilai HLB menunjukkan surfaktan makin hidrofilik, sehingga mereka lebih larut dalam air dan pada umumnya digunakan sebagai bahan pelarut solubilizing agents yang baik, deterjen, dan penstabil untuk emulsi OW; surfaktan dengan nilai HLB rendah memiliki kelarutan dalam air yang rendah, sehingga mereka digunakan sebagai pelarut solubilizers air dalam minyak dan penstabil emulsi WO yang 12 baik Myers 2006. Pengaruh nilai HLB terhadap kinerja dari surfaktan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Pengaruh nilai HLB terhadap kinerja Rentang HLB Dispersivitas dalam air Aplikasi yang sesuai 1 4 Tidak mampu mendispersi dalam air 3 6 Kemampuan mendispersi kurang baik 6 8 Dispersi seperti susu setelah pengadukan yang sempurna 8 10 Dispersi seperti susu stabil ujung atasnya hampir transparan Pengemulsi WO Wetting agent Wetting agent, pengemulsi OW 10 13 Transparan hingga dispersi jernih Pengemulsi OW 13+ Larutan jernih Pengemulsi OW, solubilizing agent Sumber: Davis 1994 2.3 Alkil Poliglikosida 2.3.1 Pengembangan Alkil Poliglikosida Alkil poliglikosida APG merupakan suatu generasi baru surfaktan yang sangat efektif yang didapatkan dari karbohidrat Hill et al. 1997. Surfaktan ini tingkat toksiknya rendah, aman secara ekologi dan terbuat dari bahan-bahan yang dapat diperbarui Böge Tietze 1998; El-Sukkary et al. 2008; Rodriguez et al. 2005; von Rybinski Hill 1998; Ware et al. 2007. Alkil glikosida pertama kali disintesis dan diidentifikasi di laboratorium oleh Emil Fischer lebih dari 100 tahun yang lalu. Penggunaan paten pertama yang menjelaskan pemakaian alkil glikosida dalam deterjen telah diajukan di Jerman sekitar 40 tahun kemudian. Setelah itu banyak peneliti tertarik meneliti tentang alkil glikosida dan telah mengembangkan proses-proses teknis untuk memproduksi alkil poliglikosida berdasarkan sintesis Fischer Hill et al. 1997.