V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Kesempatan Kerja Kabupaten Jembrana dan Provinsi Bali
Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah Secara umum, sebelum kebijakan Otonomi Daerah dijalankan
pertumbuhan kesempatan tenaga kerja di Kabupaten Jembrana mengalami peningkatan sebesar 6,81 persen atau mengalami peningkatan penyerapan tenaga
kerja sebanyak 8.385 orang. Pada Tabel 5.1. ditunjukkan bahwa sebelum Otonomi Daerah tiga sektor di Kabupaten Jembrana mengalami penurunan dalam
penyerapan tenaga kerja yaitu 1 sektor Pertambangan dan Penggalian mengalami penurunan pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 26,66 persen, yang
merupakan penurunan terbesar; 2 sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih mengalami penurunan pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 21,08 persen; dan 3 sektor
Jasa mengalami penurunan pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 11,28 persen. Enam sektor lainnya mengalami peningkatan pertumbuhan kesempatan
kerja. Sektor-sektor tersebut yaitu: 1 Pertanian; 2 Industri Pengolahan; 3 Bangunan; 4 Perdagangan, Hotel, dan Restoran; 5 Transportasi dan
Komunikasi; serta 6 Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan. Pada masa sebelum Otonomi Daerah ini, sektor usaha yang mengalami peningkatan
penyerapan tenaga kerja terbesar yaitu sektor Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan sebesar 77,01 persen atau mengalami peningkatan penyerapan tenaga
kerja sebanyak 521 orang. Hal ini disinyalir merupakan dampak dari krisis ekonomi yang terjadi. Maraknya perusahaan yang bergerak di bidang keuangan,
perbankan, dan pegadaian yang banyak bermunculan pada masa itu membuka lapangan pekerjaan yang baru.
Tabel 5.1. Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Sektor Usaha di Kabupaten Jembrana Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah
Sumber : BPS Jembrana, 1996-2005 data diolah
Keterangan Sektor Usaha: 5. Bangunan
1. Pertanian
6. Perdagangan Hotel, dan Restoran 2.
Pertambangan dan Penggalian 7. Transportasi dan Komunikasi
3. Industri Pengolahan
8. Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan 4.
Listrik, Gas, dan Air Bersih 9. Jasa-jasa
Setelah kebijakan Otonomi Daerah mulai dijalankan, sektor usaha yang justru mengalami penurunan adalah sektor Bangunan sebesar 5,69 persen dan
sektor Pertanian sebesar 10,19 persen, yang merupakan penurunan terbesar. Di sisi lain, tujuh sektor usaha lainnya mengalami peningkatan, yaitu sektor: 1
Pertambangan dan Penggalian; 2 Industri pengolahan; 3 Listrik, Gas, dan Air Bersih; 4 Perdagangan, Hotel, dan Restoran; 5 Transportasi dan Komunikasi;
6 Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan; serta 7 Jasa-jasa lainnya. Sektor usaha yang mengalami pertumbuhan kesempatan kerja terbesar
yaitu sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih sebesar 340,26 persen atau sekitar 289
Sebelum Otonomi Daerah Setelah Otonomi Daerah
Kesempatan Kerja orang
Kesempatan Kerja orang
Sektor Usaha
1996 2000 Perubahan
orang 2001 2005
Perubahan orang
1 54.366 55.841
1.475 2,71 56.835 51.045 -5.790
-10,19 2 1.666
1.222 -444
-26,66 425
653 228
53,60 3
19.449 19.817 368
1,89 15.098 19.659 4.561 30,21
4 208 164 -44
-21,08 85 374 289
340,26 5
7.342 9.555 2.213
30,13 8.677 8.183 -494
-5,69 6
20.191 25.346 5.155
25,53 20.846 23.463 2.617 12,55
7 7.342 7.833
491 6,68 3.652 5.866 2.214
60,62 8
677 1.198 521
77,01 1.759 2.407 648 36,82
9 11.971 10.621 -1.350
-11,28 7.520 15.474 7.954
105,76 TOTAL 123.212 131.597
8.385 6,81 114.897 127.122 12.225 10,64
orang, mengingat karena sebelum Otonomi Daerah sektor usaha ini mengalami penurunan kesempatan kerja yang cukup besar. Setelah itu ada sektor Jasa-jasa
lainnya yang mengalami peningkatan cukup besar yaitu 105,76 persen. Sektor- sektor jasa lainnya ini mencakup jasa sosial, kemasyarakatan, hiburan dan
rekreasi, serta jasa perorangan dan rumah tangga. Secara keseluruhan, setelah diberlakukannya Otonomi Daerah Kabupaten
Jembrana mengalami peningkatan pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 10,64 persen atau mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja sebanyak 12.225
orang, peningkatan yang lebih besar dibandingkan pada periode sebelum Otonomi Daerah. Sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja paling
banyak baik sebelum maupun setelah Otonomi Daerah diberlakukan. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih merupakan sektor yang paling sedikit menyerap
tenaga kerja juga pada saat sebelum maupun setelah Otonomi Daerah diberlakukan.
Pada sektor Pertanian, setelah Otonomi Daerah khususnya tahun 2002 peran serta masyarakat pada sektor ini menurun drastis. Hal ini disebabkan antara
lain karena kekeringan yang melanda beberapa lahan pertanian di Kabupaten Jembrana. Akibatnya, ratusan lahan sawah mengalami gagal panen. Menurut Ian
2002, sejak tahun 2001 ada sekitar 64 subak yang tersebar di seluruh kabupaten di Provinsi Bali rawan kekeringan kecuali di Kabupaten Gianyar. Subak yang
terbanyak ada di Kabupaten Jembrana dan Buleleng. Hampir semua sungai di Kabupaten Jembrana debit airnya menyusut tajam. Dari keseluruhan areal sawah,
yang masih dapat diairi hanya sepertiga bagiaannya saja atau sekitar 2.671 hektar.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Jembrana 2002, sampai dengan bulan Juli 2002 luas areal yang gagal panen mencapai 535,5 hektar.
Kondisi tersebut yang mengakibatkan penduduk yang bekerja pada sektor pertanian menurun. Untuk mengembalikan minat penduduk kembali pada sektor
pertanian dan mencegah pengalihan lahan sawah menjadi lahan kering dan non pertanian, pada tahun 2003 Pemerintah Kabupaten Jembrana meluncurkan
program Dana Talangan dan Subsidi Pembebasan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun 2003. Jika dilihat kondisi peran serta tenaga kerja pada tahun berikutnya
yaitu tahun 2004 dan 2005, mulai mengalami peningkatan walaupun terlihat tidak terlalu signifikan.
Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih menyerap Tenaga Kerja paling sedikit dari tahun ketahun. Setelah Otonomi Daerah terjadi peningkatan yang sangat
signifikan dikarenakan pada tahun 2001 terjadi penurunan peran serta tenaga kerja pada sektor ini yang sangat drastis. Hal ini terjadi salah satunya adalah karena
pada tahun tersebut perusahaan daerah di Provinsi Bali sebagian besar mengalami kerugian. Perusahaan-perusahaan daerah tersebut tersebar di seluruh Kabupaten di
Bali. Perusahaan ini termasuk diantaranya Perusahaan Daerah Air Minun PDAM. Kerugian yang dialami dan hutang-hutang yang dimiliki perusahaan-
perusahaan daerahtersebut memaksa para pengelolanya melakukan pemutusan hubungan kerja agar keuangan yang ada dapat memenuhi kegiatan
operasionalnya. Menurut Upi 2006 keadaan ini berubah setelah adanya pelantikan jajaran
direksi baru pada Desember 2005. Tenaga kerja sektor Listrik, Gas, dan Air
Bersih Kabupaten Jembrana disinyalir bekerja pada perusahaan-perusahaan daerah, khususnya PDAM, yang tersebar di Peopinsi Bali ini juga ikut mendapat
pengaruh besar dari kondisi ini. Penurunan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2001 sehingga persentase perubahannya sangat besar dibandingkan dengan
kondisi tahun 2005. Pada Tabel 5.2. diperlihatkan kondisi ketenagakerjaan sebelum dan setelah
Otonomi Daerah di Provinsi Bali. Sebelum Otonomi Daerah diberlakukan Provinsi Bali mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja pada tiga sektor
yaitu: 1Pertanian; 2 Pertambangan dan Penggalian; dan 3 Listrik, Gas, dan Air Bersih. Namun secara umum Provinsi Bali mengalami peningkatan
pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 8.29 persen yaitu sebanyak 131.137 orang. Penurunan kesempatan kerja terbesar terjadi pada sektor Pertambangan
dan Penggalian yaitu sebesar 40,74 persen karena mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2.040 orang. Enam sektor lain di Provinsi Bali
mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja yaitu sektor: 1 Industri Pengolahan; 2 Bangunan; 3 Perdagangan, Hotel, dan Restoran; 4
Transportasi dan Komunikasi; 5 Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan; serta 6 Jasa-jasa lainnya. Peningkatan kesempatan kerja terbesar pada sektor
Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan yaitu sebesar 96,45 persen karena mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja sebanyak 18.478 orang.
Setelah Otonomi Daerah diberlakukan Provinsi Bali masih mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja pada sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih
sebesar 27,38 persen. Delapan sektor lainnya mengalami peningkatan.
Peningkatan kesempatan kerja terbesar terjadi pada sektor Pertambangan dan Penggalian yaitu sebesar 92,84 persen karena mengalami peningkatan penyerapan
tenaga kerja sebanyak 6.945 orang, mengingat sektor ini juga yang mengalami penurunan terbesar pada saat sebelum Otonomi Daerah diberlakukan. Selain itu,
sektor Jasa-jasa juga mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 43,61 persen.
Secara umum setelah Otonomi Daerah diberlakukan terjadi peningkatan pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 21,17 persen atau mengalami peningkatan
sebesar 12,88 persen dari kondisi sebelum Otonomi Daerah diberlakukan. Sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah pertanian. Dan yang paling
sedikit menyerap tenaga kerja adalah sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. Tabel 5.2. Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Sektor
Usaha di Provinsi Bali Sebelum dan Setelah Otonomi
Sumber : BPS Provinsi Bali, 1996-2005 data diolah Keterangan Sektor Usaha :
5. Bangunan 1.
Pertanian 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran
2. Pertambangan dan Penggalian
7. Transportasi dan Komunikasi 3.
Industri Pengolahan 8. Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih
9. Jasa-jasa
Sebelum Otonomi Daerah Setelah Otonomi Daerah
Kesempatan Kerja orang Kesempatan Kerja orang
Sektor Usaha
1996 2000 Perubahan
orang 2001 2005
Perubahan orang
1
643.532 555.248 -88.284
-13,72 549.955 647.777
97.822 17,79
2
16.570 8.659 -7.911
-47,74 7.481
14.426 6.945
92,84
3
205.751 252.420 46.669 22,68 239.374 321.484 82.110
34,30
4
5.007 2.967
-2.040 -40,74 2.706
1.965 -741 -27,38
5
112.831 134.285 21.454 19,01 124.546 141.422 16.876
13,55
6
306.863 412.014 105.151 34,27 374.297
418.564 44.267 11,83
7
54.301 82.188 27.887
51,36 68.329 69.891 1.562 2,29
8
19.158 37.636 18.478 96,45
30.920 36.316
5.396 17,45
9
217.804 227.537 9.733 4,47
185.560 266.481 80.921
43,61
TOTAL
1.581.817 1.712.954 131.137 8,29 1.583.168 1.918.326 335.158 21,17
5.2. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Jembrana dan Provinsi Bali