Otonomi Daerah Tinjauan Teori

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Otonomi Daerah

Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelengggaraan pemerintahan dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada Daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dalam wujud otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Otonomi Daerah ialah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud dengan kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lainnya yang akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Otonomi nyata ialah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan di bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup, dan berkembang di Daerah Bratakusuma dan Solihin, 2003. Menurut UU Republik Indonesia nomor 22 tahun 1999 tentang Pokok- pokok Pemerintahan di Daerah, Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur serta mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemberian kedudukan Provinsi sebagai daerah otonom dan sekaligus sebagai wilayah administrasi dilakukan dengan pertimbangan : 1. Untuk memelihara hubungan yang serasi antara pusat dan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah yang bersifat lintas daerah kabupaten dan kota serta melaksanakan Otonomi Daerah yang belum dapat dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan daerah kota. 3. Untuk melakukan tugas-tugas pemerintahan tertentu yang dilimpahkan dalam rangka pelaksanaan asas dekonsentrasi. Prinsip penyelenggaraan pemerintahan daerah antara lain : 1 digunakannya asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan; 2 penyelenggaraan asas desentralisasi secara utuh dan bulat yang dilaksanakan di daerah kabupaten dan daerah kota; 3 asas tugas pembantuan yang dapat dilaksanakan didaerah provinsi, daerah kabupaten, daerah kota dan desa. Dalam sistem Otonomi Daerah terdapat pemisahan kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Provinsi sebagai daerah otonom salah satunya dalam bidang ketenagakerjaan. Pemerintah Pusat berwenang atas penetapan kebijakan hubungan industrial, perlindungan pekerja dan jaminan sosial pekerja, penetapan standar keselamatan kerja, kesehatan kerja, lingkungan kerja, penetapan pedoman penentuan kebutuhan fisik minimum. Sedangkan bagi Pemerintah Provinsi dalam bidang ketenagakerjaan mempunyai wewenang menetapkan pedoman jaminan kesejahteraan purna kerja, serta menetapkan dan mengawasi pelaksanaan upah minimum. Untuk kelancaran pelaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah dibentuk Badan Kepegawaian Daerah. Badan Kepegawaian Daerah adalah perangkat Daerah yang dibentuk oleh Kepala Daerah Bratakusuma dan Solihin, 2003.

2.1.2. Penduduk dan