Sistem Agroindustri Sistem Agrowisata

Secara tradisional, pertanian di Indonesia hanya dianggap sebagai kegiatan bercocok tanam saja. Kegiatan pertanian lebih berorientasi kepada peningkatan produksi komoditi primer dan kurang memberi kesempatan untuk memikirkan perkembangan produk hilir. Dari sisi kebijakan, pembangunan pertanian cenderung terlepas dari pembangunan sektor lain, kebijakan di bidang pertanian tidak selalu diikuti oleh kebijakan pendukung lain secara sinergis. Akhir dasawarsa 1950-an muncul konsep agribisnis yang mencoba melihat pertanian sebagai sebuah sistem yang lebih kompleks. David dan Goldberg dalam Jiaravanon 2007 mendefinisikan agribisnis sebagai kesatuan kegiatan yang meliputi industri dan distribusi sarana produksi pertanian, kegiatan budidaya tanaman dan ternak, dan penanganan pasca panen penyimpanan, pemrosesan dan pemasaran komoditi. Dalam masterplan kawasan agropolitan Merapi-Merbabu Kabupaten Magelang 2002 disebutkan bahwa sistem agribisnis merupakan suatu sistem kegiatan usaha dibidang pertanian yang bernuansa dagang business, yang pelakunya paling tidak terdiri dari 1 sub sistem penyediaan prasarana, sarana dan teknologi usahatani, 2 subsistem produksi usahatani, 3 subsistem pengolahan hasil agroindustri, 4 subsistem pasar dan 5 subsistem penunjang. Kelima subsistem tersebut tidak dapat saling mengganti tetapi saling tergantung satu sama lain.

3.1.3.2. Sistem Agroindustri

Dalam masterplan kawasan agropolitan Merapi-Merbabu Kabupaten Magelang 2002 disebutkan bahwa sistem agroindustri pada dasarnya merupakan perpaduan antara dua hal yaitu pertanian dan industri. Keterkaitan antara kedua hal tersebut yang kemudian menjadi sistem pertanian dengan basis industri yang selanjutnya dinamakan agroindustri. Industri yang dikembangkan adalah industri yang terkait dengan pertanian terutama pada sisi penanganan pasca panen. Sajise dalam Soekartawi 2000, menerangkan bahwa agroindustri adalah fase pertumbuhan setelah pembangunan pertanian tetapi sebelum pembangunan tersebut memulai ke tahapan pembangunan industri. Selain itu, ahli yang lain Soeharjo, Soekartawi dan Badan Agribisnis Departemen Pertanian dalam Soekartawi 2000 menyebutkan bahwa agroindustri adalah pengolahan hasil pertanian dan karena itu agroindustri merupakan bagian dari enam subsistem agribisnis yang disepakati selama ini yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, usahatani, pengolahan hasil agroindustri, pemasaran, sarana dan pembinaan.

3.1.3.3. Sistem Agrowisata

Dalam pasal 1 ayat 5 Surat Keputusan Bersama Menparpostel dan Menteri Pertanian No. KM. 47PW.004MPPT1989 dan No. 204KPTSHK05041989 seperti dikutip oleh Rahmawati 2005, tentang koordinasi pengembangan agrowisata mendefinisikan agrowisata sebagai suatu bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan tujuan memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang agro. Pengembangan agrowisata di setiap lokasi merupakan pengembangan yang terpadu antara pengembangan masyarakat desa, alam terbuka yang khas, permukiman desa, budaya dan kegiatan pertanian serta sarana pendukung wisata seperti transportasi, akomodasi dan komunikasi. Dalam hubungannya dengan pembangunan wilayah kegiatan pariwisata seringkali menyebabkan kebocoran wilayah yang disebabkan oleh rendahnya kemampuan sektor lain dalam mendukung kebutuhan sektor pariwisata. Untuk itu, usaha yang dilakukan dalam pembangunan wilayah adalah memadukan hubungan sektor pariwisata, sektor pertanian, sektor transportasi dan sektor industri. Sektor pertanian harus mampu berkembang baik sebagai penyedia bahan pangan maupun sebagai alternatif obyek wisata yang bernuansa alam dan sosial budaya yang unik. Dalam hal ini maka sektor pertanian diharapkan dapat menyediakan produk-produk yang berkualitas untuk memenuhi keperluan para wisatawan.

3.1.4. Strategi Pembangunan Agropolitan