Sistem Agribisnis A. Kawasan Agropolitan Candimulyo

perjanjian atau kontrak. Selain industri makanan dan perangkaian bunga potong, juga terdapat industri perbenihan kentang yang dijalankan oleh Gapoktan. Teknologi yang digunakan adalah teknologi semi modern yaitu dengan plastik dan terdapat bangunan khusus perbenihan kentang. Pemasaran bibit kentang sudah cukup luas di kawasan Pakis dan sekitarnya, kawasan sekitar Kabupaten Magelang dan mulai tahun 2005 mampu menembus pasaran di Pulau Sumatera. Tenaga kerja yang dilibatkan dalam industri perbenihan kentang tersebut adalah pemuda atau usia produktif yang menganggur atau tidak memiliki pekerjaan tetap. Kendala dalam pengembangan agroindustri di kawasan agropolitan Pakis adalah teknologi industri yang masih tradisional serta pemasaran yang kadang sulit dijangkau oleh pengusaha skala kecil.

6.2. Kawasan Agropolitan Candimulyo

6.2.1. Sistem Agribisnis A.

Subsistem Penyediaan Prasarana, Sarana dan Teknologi Usahatani Bibit yang digunakan dalam usahatani pada awalnya didatangkan dari Desa Nglumut Kecamatan Srumbung, namun mulai tahun 1993 bibit diusahakan sendiri oleh petani. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang dari usahatani ternak kerbau dan sapi. Prasarana yang telah dibangun pemerintah setelah adanya konsep agropolitan dirasa sangat menguntungkan petani seperti adanya jalan usahatani dan jalan poros desa. Sebelum agropolitan, jalan usahatani dan jalan poros desa di kawasan ini berupa jalan tanah dan liat yang sulit menyerap air pada saat musim penghujan. Setelah adanya jalan tersebut, proses pemanenan dan pemasaran produk menjadi lebih mudah. Teknologi agribisnis yang diberikan oleh pemerintah untuk kawasan ini adalah alat sortasi buah, alat pengolahan buah atau vacum friying, pupuk dan bibit. Bantuan berupa bibit durian montong dan petruk diberikan pada tanggal 14 Januari tahun 2007 sebanyak 1500 batang. Sistem pendistribusian bantuan bibit durian tersebut diserahkan kepada kelompok tani, kemudian didistribusikan kepada petani di kawasan ini.

B. Subsistem Produksi Usahatani

Komoditas utama yang diusahakan adalah duku, petai, cabai keriting, nangka, salak dan durian serta usahatani ternak kerbau dan sapi. Komoditas unggulan kawasan tersebut adalah komoditas salak dengan produksi sekitar 3 452 kuintal pada tahun 2007. Lahan usahatani salak rata-rata di kawasan ini mencapai 200-300 m² per kepala keluarga. Komoditas yang sedang digalakkan di kawasan ini adalah buah durian. Proses usahatani yang dilakukan masih tergolong sederhana. Petani menggunakan pupuk kandang dari hasil ternak yang diolah secara manual sebagai pupuk. Ternak sapi dan kerbau diusahakan oleh sebagian besar masyarakat dengan skala kecil. Rata-rata jumlah ternak per kepala keluarga sebanyak 2-5 ekor. Pola penanaman dan pemeliharaan tanaman salak dilakukan secara manual berdasar pengalaman petani. Kendala yang dihadapi dalam upaya pengembangan komoditas unggulan durian adalah sumberdaya manusia atau petani belum mampu mengatasi hama dan penyakit pada tanaman durian.

C. Subsistem Pascapanen dan Pengolahan Hasil

Kegiatan pascapanen yang dilakukan adalah sortasi buah dan pembersihan buah secara manual oleh petani. Petani cenderung lebih memilih sortasi buah dengan cara manual daripada dengan alat sortasi buah karena sortasi manual lebih cepat dan sudah menjadi kebiasaan petani. Pengolahan hasil pemanenan buah yang diusahakan oleh masyarakat adalah produk makanan berupa keripik salak dan keripik nangka.

D. Subsistem Pemasaran

Pemasaran hasil usahatani buah salak dilakukan dengan sistem ekspedisi yaitu sistem perjanjian dengan perusahaan atau pedagang skala nasional, dijual kepada pengumpul dan dijual langsung ke pasar. Petani dengan skala usahatani salak yang besar menjual hasil usahanya dengan sistem kontrak. Sementara itu, petani dengan skala usaha kecil sampai menengah, menjual hasil panennya secara langsung kepada pengumpul atau langsung dijual ke pasaran. Sampai saat ini, belum ada lembaga atau organisasi yang mengatur penjualan salak di kawasan ini. Produk olahan berupa keripik nangka dan keripik salak dipasarkan langsung oleh rumah tangga ke pasar tradisional, toko-toko makanan atau instansi-instansi swasta maupun pemerintah.

E. Subsistem Penunjang

Kelompok tani yang terdapat di kawasan ini adalah Kelompok Tani Ngudirejo yang terdiri dari petani salak di kawasan agropolitan Candimulyo. Kegiatan yang dilakukan kelompok tani tersebut adalah pelatihan dan percobaan teknik budidaya salak. Kelembagaan lain selain kelompok tani adalah lembaga keuangan perbankan dan koperasi. Namun, hanya beberapa orang saja yang memanfaatkan lembaga keuangan tersebut. Sebagian besar petani menggunakan modal sendiri untuk menjalankan usahanya. Kendala yang dihadapi pada subsistem ini adalah kesulitan masyarakat dalam proses peminjaman modal untuk pengembangan usahanya dikarenakan sebagian besar masyarakat tidak mempunyai sejumlah agunan yang menjadi persyaratan perbankan.

6.2.2. Sistem Agroindustri