Keadaan Wilayah dan Geografis Kependudukan dan Tenaga Kerja Potensi Sebagai Daerah Pengembangan Agribisnis Potensi Sebagai Daerah Pengembangan Industri Potensi Sebagai Daerah Pengembangan Pariwisata

5.2. Gambaran Umum Kawasan Agropolitan Borobudur

Pada tahun 2008 Pemerintah Kabupaten Magelang mulai merencanakan pelaksanaan konsep agropolitan kawasan Borobudur. Kawasan agropolitan pada kawasan Borobudur direncanakan untuk dilaksanakan di tujuh kecamatan, 103 desa. Rencana kecamatan-kecamatan yang termasuk kedalam kawasan agropolitan Borobudur adalah Kecamatan Borobudur sebagai kota tani utama, Kecamatan Salaman, Kecamatan Tempuran, Kecamatan Kajoran, Kecamatan Mertoyudan, Kecamatan Mungkid, dan Kecamatan Muntilan.

5.2.1. Keadaan Wilayah dan Geografis

Luas lahan total kawasan agropolitan pada kawasan agropolitan Borobudur diperkirakan seluas 12 644 hektar untuk lahan sawah dan 16 143 hektar untuk lahan kering atau tegalan. Kawasan agropolitan Borobudur merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 200-400 meter diatas permukaan laut. Iklim wilayah agropolitan Borobudur merupakan kawasan beriklim tropis.

5.2.2. Kependudukan dan Tenaga Kerja

Jumlah penduduk total di kawasan agropolitan Borobudur keseluruhan diperkirakan 456 060 jiwa. Penduduk dengan struktur mata pencaharian usahatani diperkirakan 57-80 persen dari penduduk total. Di kawasan tersebut terdapat 587 kelompok tani, 29 Gabungan Kelompok Tani Gapoktan, 2 kelompok wanita tani dan 4 kelompok pemuda tani yang tersebar di 103 desa.

5.2.3. Potensi Sebagai Daerah Pengembangan Agribisnis

Kawasan agropolitan Borobudur merupakan kawasan penghasil buah dan ternak. Buah yang mempunyai peluang untuk dikembangkan antara lain pepaya, rambutan, melon, kelengkeng dan semangka. Ternak yang mempunyai potensi untuk dikembangkan seperti udang galah, ikan, kambing dan kelinci.

5.2.4. Potensi Sebagai Daerah Pengembangan Industri

Industri yang terdapat di kawasan agropolitan Borobudur adalah industri makanan, industri alat rumah tangga dan industri cendera mata. Industri-industri tersebut pada umumnya sudah berjalan dengan skala besar. Selain itu, di Kecamatan Borobudur terdapat investasi agroindustri berupa pengalengan buah- buahan baik buah dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Permintaan buah di Kabupaten Magelang selalu meningkat dari tahun ke tahun, sehingga memperbesar peluang pengembangan buah lokal di kawasan agropolitan Borobudur.

5.2.5. Potensi Sebagai Daerah Pengembangan Pariwisata

Kawasan agropolitan Borobudur sangat potensial untuk dikembangkan sektor kepariwisataan. Obyek wisata yang terdapat pada kawasan ini antara lain obyek wisata air, wisata alam, wisata budaya, wisata religi, wisata kuliner dan desa wisata. Meningkatnya jumlah wisatawan setiap tahun memperbesar peluang dikembangkannya sektor-sektor wisata di kawasan agropolitan Borobudur. Selain itu, di kawasan agropolitan Borobudur memiliki sarana dan prasarana dengan akses yang tinggi.

BAB VI. PELAKSANAAN AGROPOLITAN MERAPI-MERBABU DI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2003 SAMPAI TAHUN 2008

6.1. Kawasan Agropolitan Pakis 6.1.1. Sistem Agribisnis

A. Subsistem Penyediaan Prasarana, Sarana dan Teknologi Usahatani

Pengadaan bibit dan pupuk diusahakan sendiri oleh petani. Sarana produksi pertanian yang digunakan oleh petani tergolong semi modern seperti mulsa plastik, traktor dan sistem penyemprotan sederhana. Pola penanaman yang digunakan petani pada umumnya adalah tumpang gilir. Gabungan Kelompok Tani Gapoktan di kawasan ini sudah menggunakan green house hasil kerjasama perusahaan swasta dan bantuan pemerintah sebanyak satu unit untuk penanaman tomat. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang dan pupuk kimia. Pupuk kandang diperoleh dari integrasi vertikal ternak dan tanaman yang diusahakan. Bantuan pemerintah dalam hal penyediaan pupuk, bibit dan obat-obatan diberikan secara tidak kontinyu, sedangkan teknologi baru yang disediakan atau dijual oleh organisasi non pemerintah biasanya merupakan biaya promosi produk tertentu. Kendala utama dalam penyediaan sarana, prasarana dan teknologi usahatani adalah ketidakmampuan modal petani dalam pembelian teknologi modern dan keterbatasan kemampuan petani dalam menciptakan bibit varietas baru.

B. Subsistem Produksi Usahatani

Komoditas pertanian utama yang diusahakan di kawasan agropolitan Pakis adalah tanaman hortikultura khususnya sayuran dataran tinggi dan ternak sapi potong. Komoditas unggulan kawasan agropolitan Pakis adalah cabai dan tomat dengan produktivitas rata-rata cabai pada tahun 2007 mencapai 9-10 ton per