Analitic Hierarchy Process AHP

1. Kecamatan-kecamatan disusun urutannya berdasarkan peringkat jumlah penduduk 2. Kecamatan-kecamatan tersebut disusun urutannya berdasarkan jumlah jenis fasilitas tersebut. 3. Fasilitas-fasilitas disusun urutannya berdasarkan jumlah wilayah yang memiliki jenis fasilitas tersebut. 4. Peringkat jenis fasilitas disusun urutannya berdasarkan jumlah total unit fasilitas. 5. Peringkat kecamatan disusun urutannya berdasarkan jumlah total fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing wilayah tersebut. Metode skalogram mempunyai beberapa kelebihan Budiharsono, 2001, antara lain : 1. Memperlihatkan dasar diantara jumlah penduduk dan tersedianya fasilitas pelayanan. 2. Secara cepat dapat mengorganisasikan data dan mengenal wilayah. 3. Membandingkan permukiman-permukiman dan wilayah-wilayah berdasarkan ketersediaan fasilitas pelayanan. 4. Memperlihatkan hirarki pemukiman atau wilayah. 5. Secara potensial dapat digunakan untuk merancang fasilitas baru dan memantaunya.

4.4.3. Analitic Hierarchy Process AHP

Proses Hirarki Analitik Analitic Hierarchy Process dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memilih alternatif yang paling disukai Marimin, 2004. Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir sehingga memungkinkan dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya. Analisis ini berguna untuk menentukan pengambilan keputusan berdasarkan imaginasi, kompetensi dan pengalaman seseorang atau kelompok. Menurut Firdaus dan Afendi 2008 Analitic Hierarchy Process AHP adalah struktur teknik yang digunakan untuk memperkirakan keputusan yang kompleks. Metode analisis data yang digunakan adalah menggunakan Analitic Hierarchy Process AHP yaitu suatu pendekatan yang digunakan berdasarkan analisis kebijakan yang bertujuan untuk memecahkan konflik yang terjadi sehingga mendapatkan lokasi yang tepat dan optimal bagi pemanfaatan sumberdaya yang berkelanjutan suistinable. Menurut Saaty 1993 terdapat tiga prinsip yang digunakan dalam memecahkan permasalahan dengan analisis logika eksplisit, yaitu : 1. Prinsip menyusun hirarki Untuk memperoleh pengetahuan secara rinci, realitas yang kompleks disusun kedalam bagian yang menjadi elemen pokoknya dan kemudian bagian ini dimasukkan kedalam bagiannya lagi dan seterusnya secara hierarki. 2. Prinsip menetapkan prioritas Penetapan prioritas yang dimaksudkan adalah peringkat elemen-elemen menurut relatif pentingnya. 3. Prinsip konsistensi logis Konsistensi logis adalah menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis. Tahapan penyelesaian persoalan dengan prinsip kerja AHP menurut Marimin 2005 adalah sebagai berikut : 1. Perumusan masalah Untuk menyelesaikan masalah perlu dilakukan penentuan sasaran yang ingin dicapai, penentuan kriteria pemilihan dan penentuan alternatif pilihan. Informasi mengenai sasaran, kriteria dan alternatif tersebut kemudian disusun dalam bentuk diagram 2. Pembobotan kriteria Menggunakan prinsip kerja AHP, yaitu perbandingan berpasangan pairwise comparisions, tingkat kepentingan importance suatu kriteria relatif terhadap kriteria lain dapat dinyatakan dengan jelas. Tabel 7 merupakan nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan, menurut Saaty dalam Marimin 2005. Tabel 7. Nilai Skala Banding Berpasangan Nilai Keterangan 1 Kriteria alternatif A sama pentingnya dengan kriteria alternatif B 3 A sedikit lebih penting daripada B 5 A jelas lebih penting daripada B 7 A sangat jelas lebih penting daripada B 9 A mutlak lebih penting daripada B 2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan Sumber : Saaty dalam Marimin 2005 Nilai perbandingan A dengan B adalah 1 satu dibagi dengan nilai perbandingan B dengan A. 3. Penyelesaian dengan manipulasi matriks Matriks yang dihasilkan diolah untuk menentukan bobot dari kriteria, yaitu dengan jalan menentukan nilai eigen eigenvector. Prosedur untuk mendapatkan nilai eigen adalah : • Kuadratkan matriks tersebut. • Hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi. • Hentikan proses tersebut jika perbedaan antara jumlah dari dua perhitungan berturut-turut lebih kecil dari suatu nilai batas tertentu. 4. Pembobotan alternatif. Menyusun matriks berpasangan untuk alternatif-alternatif bagi setiap kriteria. Langkah pembobotan alternatif sama dengan langkah pembobotan pada kriteria. Pengolahan horisontal Pengolahan horisontal dimaksudkan untuk menyusun prioritas elemen keputusan setiap tingkat hirarki keputusan. Tahapannya menurut Saaty dalam Marimin 2004 adalah sebagai berikut : a. Perkalian baris z dengan rumus : z 1 = ij j a 1 = π b. Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen eVP 1 = ∑ = = = n i ij n j ij n j a a 1 1 1 π π eVP i adalah elemen vektor prioritas ke-i c. Perhitungan nilai eigen maksimum VA = a ij x VP dengan VA = V ai VB = VAVB dengan VB = V bi λ maks = ∑ = n i ij a n 1 1 VB i untuk i=1,2,...,n VA=VB =Vektor antara d. Perhitungan indeks konsistensi CI : Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil, rumusnya sebagai berikut : CI = 1 − − n n maks λ Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila CR ≤ 0,1. Rumus CR adalah sebagai berikut : CR = RI CI Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh Oakridge Laboratory yang berupa tabel berikut : Tabel 8. Nilai Random Indeks Sumber : Oakridge National dalam Marimin 2004 Pengolahan vertikal Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun prioritas setiap elemen dalam hierarki terhadap sasaran utama. jika NPpq didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama, maka : NPpq = ∑ = s t 1 NPHpq t,q-1 x NPTt q-1 p = 1,2,...,r t = 1,2,...,s Dimana : N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 NPpq = nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama NPHpq = nilai prioritas elemen ke-p pada tingkat ke-q NPTt = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat q-1 6. Consistency Ratio CR Consistency Ratio merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa apakah perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak. Seharusnya nilai CR tidak lebih dari 0,10 jika penilaian kriteria telah dilakukan dengan konsisten. 7. Penggabungan pendapat responden Pada dasarnya AHP dapat digunakan untuk mengolah data dari satu responden ahli. Namun demikian dalam aplikasinya penilaian kriteria dan alternatif dilakukan oleh beberapa ahli multidisiplioner. Konsekuensinya pendapat beberapa ahli tersebut perlu dicek konsistensinya satu persatu. Pendapat yang konsisten kemudian digabungkan dengan menggunakan rata-rata geometrik. X G = n i n i x 1 = π X G = rata-rata geometrik n = jumlah responden X i = penilaian oleh responden ke-i Hasil penilaian gabungan tersebut kemudian diolah dengan prosedur yang telah diuraikan sebelumnya. Menurut Rachman 2007 beberapa keuntungan AHP antara lain : 1. AHP memberikan satu model yang mudah dimengerti, luwes untuk macam- macam persoalan yang tidak terstruktur. 2. AHP mencerminkan cara berpikir alami untuk memilih elemen-elemen dari satu sistem ke dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. 3. AHP memberikan suatu skala pengukuran dan memberikan metode untuk menetapkan prioritas. 4. AHP memberikan penilaian terhadap konsistensi logis dari pertimbangan- pertimbangan yang digunakan dalam menentukan prioritas. 5. AHP menuntun ke suatu pandangan menyeluruh terhadap alternatif-alternatif yang muncul untuk persoalan yang dihadapi. 6. AHP memberikan satu sarana untuk penilaian yang tidak dipaksakan tetapi merupakan penilaian yang sesuai pandangannya masing-masing. 7. AHP memungkinkan setiap orang atau kelompok untuk mempertajam kemampuan logik dan intuisinya terhadap persoalan yang dipetakan melalui AHP. Proses Penyusunan Analitic Hierarchy ProcessAHP Penggunaan level hirarki dalam penyusunan AHP ada tiga level, yaitu level yang menjelaskan tujuan penggunaan AHP, level kedua menjelaskan aspek- aspek yang menjadi prioritas yang dipilih responden untuk mencapai tujuan, level ketiga merupakan substrategi atau strategi kegiatan yang dipilih responden untuk mencapai tujuan. Alasan pemilihan strategi dan substrategi dalam pengembangan agropolitan kawasan Borobudur adalah sebagai berikut. 1. Membangun prasarana fisik pendukung agribisnis-agrowisata. Kawasan agropolitan Borobudur merupakan kawasan dengan potensi paling banyak pada sektor agribisnis dan agrowisata. Dengan adanya pembangunan prasarana fisik pendukung kedua sektor tersebut diharapkan mampu mengefisienkan kegiatan ekonomi masyarakat terutama masyarakat wilayah Borobudur. a. Subterminal agribisnis-agrowisata di kota tani utama Borobudur Dengan adanya sub terminal agribisnis-agrowisata di kota tani utama Borobudur akan mempermudah bagi petani dan pedagang untuk proses pemasaran produk-produk hasil panen maupun produk-produk industri kecil yang dihasilkan. b. Jalan poros desa pada kawasan sentra produksi, kawasan agrowisata, kawasan agroindustri. Sebagian besar jalan poros desa di kawasan Borobudur masih berupa jalan tanah atau jalan berbatu. Dengan perbaikan jalan poros desa pada area-area tersebut akan memudahkan masyarakat dan petani untuk memasarkan ataupun dalam hal pengadaan sarana usahatani yang dibutuhkan. c. Jalan usahatani di sentra produksi Jalan usahatani di kawasan Borobudur masih berupa ’galengan’ atau jalan tanah. Pada musim hujan, jalan usahatani pada kawasan tersebut rusak oleh genangan air. Dengan adanya pembangunan jalan usahatani akan mempermudah petani untuk mengangkut dan memasarkan hasil panen serta mempermudah melakukan usahatani dengan teknologi modern seperti traktor. d. Irigasi irigasi pompa, irigasi permukaan Distribusi air di kawasan agropolitan Borobudur belum merata, terutama pada musim kemarau. Dengan dibangunnya irigasi, distribusi air untuk semua lahan usahatani diharapkan bisa merata sehingga mencukupi kebutuhan air untuk usahatani. e. Trek wisata air arung jeram di Kali Gending, Kali Elo, Kali Progo dan Kali Tangsi Pada keempat kali tersebut sudah ada wisata air arung jeram yang ramai dikunjungi oleh masyarakat lokal maupun luar daerah yang menggemari wisata olahraga. Dengan perbaikan dan penambahan sarana wisata di keempat obyek wisata tersebut diharapkan dapat menambah minat wisatawan untuk berkunjung pada area wisata tersebut. f. Sarana wisata kuliner ikan, kelinci, kambing, minuman dan sebagainya Kawasan agropolitan Borobudur mempunyai cukup banyak obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan. Sebagai pendukung, akan diadakan pengembangan wisata kuliner terutama untuk makanan khas Kabupaten Magelang dan memanfaatkan sumberdaya lokal yang ada. g. Pasar ikan Gapoktan di kota tani Kawasan Borobudur merupakan kawasan penghasil ikan di Kabupaten Magelang. Untuk memperlancar pemasaran dan meningkatkan harga jual dari petani, akan dibangun pasar ikan untuk gabungan kelompok tani di kota tani kawasan Borobudur. 2. Pengembangan sumberdaya pelaku agribisnis-agrowisata Dalam pencapaian suatu tujuan kebijakan harus didukung dengan sumberdaya manusia pelaku yang terampil. Oleh karena itu, dalam pencapaian keberhasilan agropolitan di kawasan Borobudur harus dilakukan pengembangan sumberdaya manusia pelakunya. a. Pelatihan bisnis Kawasan Borobudur dengan potensi utama pada sektor agrowisata, agribisnis dan agroindustri perlu adanya keterampilan masyarakat dalam berbisnis. Dengan pelatihan dan peningkatan kemampuan bisnis, akan mendorong masyarakat untuk menciptakan produk-produk baru dari hasil pertaniannya menjadi barang ekonomi yang bernilai lebih tinggi. Selain itu, dalam proses pemasarannya pun tidak bergantung pada tengkulak ataupun pedagang pengumpul. b. Pelatihan pemandu agrowisata Pada kawasan Borobudur hanya terdapat pemandu wisata untuk wisata budaya seperti Candi Borobudur dan Candi Mendut. Untuk obyek agrowisata, belum ada pemandu wisata secara formal. Pemandu wisata yang terdapat pada obyek-obyek wisata tersebut selama ini adalah masyarakat lokal yang mencari tambahan penghasilan lewat jasa tersebut. Untuk itu, perlu diadakan pemandu wisata yang handal supaya menambah minat wisatawan untuk berkunjung pada obyek-obyek wisata tersebut. 3. Pengembangan agribisnis Sistem agribisnis pada kawasan Borobudur belum mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Usahatani yang dilakukan sebatas pada usahatani subsisten. Untuk itu, sistem usahatani di kawasan Borobudur perlu dikembangkan supaya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. a. Usahatani buah Usahatani buah di kawasan Borobudur sebagian besar untuk konsumsi keluarga atau dijual dengan cara ’tebasan’. Untuk itu, perlu ada pengembangan usahatani buah sehingga sistem agribisnis buah maju dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. b. Usahatani ikan benih, ikan lauk, ikan hias Perlu peningkatan usahatani ikan berupa pengadaan bibit ikan unggul dan perlakuan ikan yang benar sehingga dapat menghasilkan ikan dengan kualitas tinggi. c. Usahatani ternak kecil kambing, ayam kampung dan kelinci Ternak yang banyak diusahakan oleh masyarakat Borobudur adalah ternak kambing, ayam kampung dan kelinci. Untuk meningkatkan nilai jual ternak- ternak tersebut, perlu dilakukan pengembangan usahatani ternak seperti perlakuan yang tepat, makanan ternak yang tepat, dan sebagainya. d. Agroindustri pangan berupa makanan, minuman dan cenderamata berbahan baku produk pertanian Industri yang terdapat di kawasan Borobudur sebagian besar merupakan industri kecil atau skala rumah tangga. Dengan pengembangan industri terutama industri agro diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. e. Pengembangan industri wisata di desa wisata wisata alam, wisata air, wisata budaya, wisata religi dan wisata kuliner Pengembangan industri wisata sangat perlu dilakukan melihat potensi wisata di kawasan Borobudur yang cukup besar. Pengembangan industri wisata tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah. Keterangan : A : Sub terminal agribisnis-agrowisata di Kota Tani Utama Borobudur B : Jalan poros desa kawasan sentra produksi, kawasan agrowisata, kawasan agroindustri C : Jalan usahatani di sentra produksi D : Irigasi irigasi pompa, irigasi permukaan E : Trek wisata air arung jeram di Kali Gending, Kali Elo, Kali Progo, Kali Tangsi F : Sarana wisata kuliner ikan, kelinci, kambing, minuman, dan sebagainya G : Pasar ikan Gapoktan Gabungan Kelompok Tani di kota tani H : Pelatihan bisnis I : Pelatihan pemandu agrowisata J : Usahatani buah pepaya, kelengkeng, melon, rambutan, semangka K : Usahatani ikan benih, ikan lauk, ikan hias L : Usahatani ternak kecil kambing, ayam kampung, kelinci M : Agroindustri pangan berupa makanan, minuman dan cenderamata berbahan baku produk pertanian N : Pengembangan industri wisata di desa wisata wisata alam, wisata air, wisata budaya, wisata religi, wisata kuliner Gambar 2. Hirarki Pemilihan Strategi Pengembangan Agropolitan di Kawasan Borobudur Pemilihan strategi pengembangan agropolitan di kawasan agropolitan Borobudur Membangun prasarana fisik pendukung agribisnis-agrowisata Pengembangan sumberdaya pelaku agribisnis-agrowisata Pengembangan agribisnis A B C D E F G I J K L M N 46 H

BAB V. GAMBARAN UMUM