Pra Interview Interview Wawancara

63 karena menulis hasil wawancara memiliki banyak kelemahan dan akan sangat sulit menulis sambil melakukan wawancara serta sulit dibedakan mana data deskriptif dan mana data hasil tafsiran, maka selama melakukan wawancara sebaiknya menggunakan instrumen pembantu alat perekam tape recorder. Peneliti harus memastikan bahwa informan atau orang yang diwawancarai tidak keberatan jika wawancara itu direkam. Ini artinya selama melakukan wawancara peneliti harus tetap menjaga etika sehingga tidak membuat orang yang diwawancarai keberatan apalagi tersinggung. Jika hal ini terjadi, peneliti akan sulit mendapatkan data secara mendalam holistik. Data hasil wawancara ini selanjutnya nanti sebelum dibuat dalam bentuk penyajian data, terlebih dahulu dibuat dalam bentuk transkip hasil wawancara.

3.7.1.1 Pra Interview

Pada tahapan pra interview, peneliti melakukan tahap – tahapan sebagai berikut : 1. Menyusun Panduan Interview Bentuk dari panduan ini merupakan catatan – catatan garis besar dan singkat tentang hal – hal yang perlu dipertanyakan Ginting, 2008 : 209. Adapun panduan Interview secara lengkap akan peneliti lampirkan pada bagian lampiran. 2. Menentukan Interviewee Peneliti menentukan Interviewee dengan menggunakan metode bola salju snowball dimana peneliti terlebih dahulu melakukan wawancara interview dengan pihak internal yaitu dari pihak PT Kencana Laju Mandiri, kemudian untuk interviewee lainnya merupakan rekomendasi dari interviewee sebelumnya. Alasan peniliti menggunakan metode ini adalah karena keterbatasan peneliti mengenai pihak – pihak yang terkait dengan produk 64 Motor Roda-3 Karya secara menyeluruh dan dikarenakan oleh keterbatasan waktu. 3. Membuat Janji untuk Menentukan Waktu dan Tempat Interview Dalam membuat janji untuk menentukan waktu dan tempat interview, peneliti banyak dibantu oleh pihak internal PT Kencana Laju Mandiri dan para interviewee atau informan lainnya yang memperkenalkan interviewee tersebut, hal ini untuk memudahkan dalam izin melaksanakan interview.

3.7.1.2 Interview

Menurut Ginting 2008 : 210, dalam pelaksanaan interview itu sedikitnya ada 10 komando yang harus ditaati, yaitu : 1. Membina hubungan baik dengan interviewee Dalam hal ini, peneliti terlebih dahulu berbincang-bincang ringan dengan calon interviewee untuk memperat hubungan dengan calon interviewee. 2. Membuat pertanyaan pembukaan Sebelum mempertanyakan pertanyaan – pertanyaan inti dalam interview, peneliti terlebih dahulu meberikan pertanyaan – pertanyaan ringan seperti nama dan pekerjaan interviewee. 3. Menggunakan bahasa yang sepadan Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan pola bahasa yang biasa digunakan oleh interviewee untuk menghindari kesenjangan. 4. Bergaya bicara yang sederhana 65 Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan gaya bicara yang biasa digunakan oleh interviewee untuk menghindari kesenjangan. 5. Mengatur nada dan irama pembicaraan Dalam hal ini tidak ada ketentuan baku yang peneliti gunakan, peneliti hanya berdasarkan situasi yang ada menghindari kejenuhan dari sang interviewee. 6. Mengendalikan sikap bertanya ke arah kelegial intim atau akrab dan leluasa 7. Megadakan “paraphrase” yang relevantidak menyimpang Pada waktu interviewee tidak mampu merumuskan isi hatinya secara runtut, teratur, lengkap, dan mempunyai arti meaningfull, interviewer dapat menolong merumuskannya melakukan paraphrase. Akan tetapi perlu dijaga jangan sampai pertolongan tersebut mengubah pengertian yang dimaksud oleh interviewee, atau ke arah subjektivitas interviewer. Ginting, 2008 : 212 8. Mengadakan “prodding” atau “probing” yang perlu dan tepat Yang dimaksud dengan mengadakan “Prodding” atau “Probing” ialah mengadakan penggalian lebih dalam, atau menyelami lebih menyeluruh dan lebih seksama dari jawaban – jawaban yang dirasakan belum cukup. Ginting, 2008 : 213 9. Mengadakan pencatatan yang secepatnya Pada wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini, peneliti memang melakukan rekam suara dengan menggunakan aplikasi rekam suara yang terdapat dalam telepon genggam handphone, namun peniliti juga mengadakan beberapa pencatatan singkat jika kondisi memungkinkan. 66 10. Mengadakan penilaian atas jawaban – jawaban dengan segera Menurut Ginting, 2008 : 215 : Ketelitian pencatatan, ketepataan dalam memberikan “prodding” atau “probing” serta perlu tidaknya mengadakan “prodding”, akan tergantung kepada kemahiran interviewer dalam menilai jawaban – jawaban yang diberikan oleh interviewee. Menilai jawaban atau keterangan – keterangan yang diberikan oleh interviewee itu tidak lain ialah menilai “validitas” atau “reliabilitas” dari jawaban atau keterangan – keterangan tersebut. Validitas artinya ketepatankejituan dari datainformasi atau keterangan – keterangan itu absah dan tepatnya jawaban, artinya absah dan tepatnya jawaban tersebut dengan pertanyaan yang diajukan, yang tentu saja sesuai dengan harapan. Agar dapat melakukan hal tersebut di atas, ada dua sikap yang harus diperhatikan; yaitu sikap “phenomenologic” dan sikap “factual”. Sikap fenomologik artinya kesanggupan untuk melepaskan “pikiran yang bukan – bukan” terhadap kemungkinan jawaban preconception, berprasangka prejudice, ataupun mempunyai motif – motif lain yang lebih subjektif. Sedangkan sikap faktual artinya pikiran terhadap jawaban – jawaban itu tidak terselubung oleh pertimbangan – pertimbangan sendiri, atau tidak mencoba – coba menarik kesimpulan tanpa dasar yang tidak diberikan oleh interviewee itu. Pokoknya tidak menduga – duga dari mana atau kemana jawaban akan diberikan. Segalanya harus terserah kepada alasan, landasan, atau dasar – dasar yang diberikan oleh interviewee.

3.7.1.3 Pasca Interview