Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

30 No Tahap SGD Tahap Keterangan secara berkelompok. Menanya Siswa diberi kesempatan untuk membuat pertanyaan dari yang faktual sampai yang bersifat hipotesis. Hal ini diawali dengan bimbingan guru sampai siswa mampu mandiri. Mengumpulkan informasi Siswa diberi kesempatan untuk mencari data yang dibutuhkan dan mencoba memecahkan masalah untuk menjawab pertanyaan yang diajukan secara berkelompok. 2 Berdiskusi tentang permasalahan Mengasosiasi Siswa diminta untuk membentuk kategori berdasarkan informasi, menetukan keterhubungan data, kemudian menyimpulkan berdasarkan analisis yang dilakukan. 3 Memanggil nama kelompok satu per satu untuk mempresentas ikan hasil diskusi. Mengomunikasikan Guru memberi kesempatan kepada setiap kelopok untuk melakukan presentasi dengan memanggil tiap kelompok ke depan kelas secara bergantian. Kemudian, setiap kelompok mempresentasikan hasil yang diperoleh. Sementara itu siswa dari kelompok lain memberikan pertanyaan atau tanggapan terhadap hasil yang dipresentasikan.

9. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari suatu masalah. Setiap hari manusia akan terus dihadapkan dengan berbagai masalah. Hal ini mendorong mereka untuk terus berusaha melakukan proses pemecahan masalah. Herman Hudojo 2003 : 148 menyatakan bahwa memecahkan masalah merupakan suatu aktivitas dasar bagi manusia, sehingga memiliki kemampuan pemecahan masalah menjadi kebutuhan bagi manusia. 31 Kemampuan pemecahan masalah relevan dengan proses pembelajaran yang diharapkan oleh kurikulum 2013 yaitu pembelajaran saintifik. Dalam pembelajaran saintifik kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber, melalui observasi dan bukan hanya diberi tahu Daryanto, 2014 : 51. Siswa yang melakukan proses mencari tahu akan terdorong untuk memecahakan masalah yang dihadapinya secara mandiri. Dengan demikian, kemampuan pemecahan masalahnya akan terus terasah. Secara lebih spesifik, kemampuan pemecahkan masalah perlu diintegrasikan dalam proses pembelajaran matematika. Disebutkan bahwa “problem solving is an integral part of all mathematics learning, and so it should not be an isolated part of the mathematics program” NCTM, 2000b: 52. Pendapat ini dapat diartikan bahwa pemecahan masalah merupakan bagian dari matematika sehingga tidak bisa dipisahkan dari matematika. Keterangan ini memperkuat bahwa pemecahan masalah harus menjadi bagian dari proses pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika perlu diberikan masalah yang akan melatih siswa untuk berpikir logis secara matematis. Oleh karena itu, masalah yang diberikan harus memenuhi kriteria tertentu. Menurut Herman Hujodo 2003 : 149, masalah bagi siswa harus memenuhi syarat sebagai berikut : 32 a. Pertanyaan yang diberikan harus dapat dimengerti siswa, tetapi pertanyaan tersebut juga merupakan tantangan tersendiri bagi siswa. b. Pertanyaan yang diberikan tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang biasa dilakukan siswa. Selanjutnya, Sukirman 2005 : 4 menyatakan bahwa masalah matematika dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu masalah mencari problem to find dan masalah membuktikan problem to prove : a. Masalah mencari problem to find, dapat teoritis atau praktis, abstrak atau konkret, termasuk teka-teki. Bagian utama dari masalah ini adalah sebagai berikut: 1 Apakah yang dicari? 2 Bagaimana data yang diketahui? 3 Bagaimana syaratnya? Ketiga bagian utama tersebut menjadi landasan dalam menyelesaikan masalah jenis ini. Masalah untuk mencari lebih penting diterapkan untuk matematika tingkat dasar. b. Masalah untuk membuktikan problem to prove adalah untuk menunjukkan suatu pertanyaan itu benar atau tidak benar kedua- duanya. Bagian utama dari masalah ini adalah hipotesis dan konklusi dari suatu teorema yang harus dibuktikan kebenarannya. Kedua bagian utama tersebut menjadi landasan dalam 33 menyelesaikan masalah jenis ini. Masalah membuktikan penting untuk diterapkan pada matematika tingkat lanjut. Siswa perlu melalui tahapan-tahapan tertentu dalam melakukan penyelesaian masalah. Tahapan-tahapan ini akan mengarahkan siswa pada solusi masalah yang diinginkan. Susan O’Connell 2000 : 3 menyatakan bahwa “Problem solving is a process that requires students to follow a series of steps to find a solution.” Pemecahan masalah di sini diartikan sebagai proses yang mengharuskan siswa mengikuti serangkaian tahap-tahap untuk menemukan sebuah penyelesaian. Menurut Aisyah 2007 : 6 selama memecahkan masalah siswa akan dihadapkan pada beberapa tahapan yaitu memahami masalah mengidentifikasi unsur yang diketahui dan yang ditanyakan, membuat model matematika, memilih strategi penyelesaian model matematika, melaksanakan penyelesaikan model matematika dan menyimpulkan. Di samping itu, menurut Polya Sri Wardhani, 2010 : 56 terdapat empat tahap dalam pemecahan masalah, yaitu: a. Memahami masalah Langkah pertama dalam menyelesaikan masalah adalah memahami permasalahan tersebut. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk mampu menemukan hal yang belum diketahui, data yang sudah diketahui, dan syarat yang ada dalam masalah. Selanjutnya, siswa diharapkan mampu menuliskan hal-hal tersebut dalam notasi matematika. 34 b. Merencanakan penyelesaian masalah Dalam merencanakan penyelesaian masalah siswa harus menguasai materi sebelumnya dan juga memiliki pengetahuan pendukung mengenai materi itu. Selanjutnya, siswa dituntut untuk memikirkan langkah-langkah yang harus dilakukan. Pada tahapan ini pengalaman akan mempengaruhi kreatifitas siswa dalam menyelesaikan masalah. Wheeler Herman Hudojo, 2003 : 163 menyatakan bahwa dalam merencanakan penyelesaian suatu masalah, siswa dapat melakukan beberapa hal, contohnya: 1 membuat tabel, gambar, ataupun model matematika, 2 mencari pola, 3 menyatakan kembali permasalahan, 4 menggunakan penalaran, variabel, ataupun persamaan, 5 menyederhanakan permasalahan, 6 menghilangkan situasi yang tidak mungkin, 7 menggunakan algoritma, 8 memecah kasus menjadi beberapa bagian, 9 menggunakan rumus, 10 menggunakan informasi yang diketahui untuk mengembangkan informasi baru. c. Menyelesaikan masalah sesuai rencana Setelah membuat rencana penyelesaian masalah, selanjutnya siswa melaksanakan rencana yang telah dibuatnya. Proses penyelesaian 35 masalah dilakukan dengan perhitungan matematis dan juga mencantumkan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan benar. d. Melakukan pengecekan jawaban Langkah terakhir dalam penyelesaian masalah adalah melakukan pengecekan. Langkah ini dilakukan dengan menguji dan mempertimbangkan jawaban yang telah diperoleh melalui langkah pertama sampai ketiga. Menurut Wirdah Pramita 2014 : 3 pada tahap memeriksa kembali, siswa diminta untuk mengecek hasil yang diperoleh apakah sudah sesuai dengan ketentuan dan tidak terjadi kontradiksi dengan yang ditanyakan. Ada empat langkah yang dapat dijadikan pedoman dalam tahap ini, yaitu : 1 Mencocokkan hasil yang diperoleh dengan hal yang ditanyakan, 2 Menginterpretasikan jawaban yang diperoleh, 3 Mengidentifikasi adakah cara lain untuk mendapatkan penyelesaian masalah, 4 Mengidentifikasi adakah jawaban atau hasil lain yang memenuhi. Dari uraian sebelumnya, masalah dalam penelitian ini didefinisikan sebagai masalah untuk menemukan yang memenuhi syarat dapat dimengerti oleh siswa namun tetap menjadi tantangan bagi siswa dan tidak bisa diselesaikan menggunakan prosedur yang rutin dilakukan siswa. Sementara itu, kemampuan pemecahan masalah matematika diartikan sebagai proses untuk memperoleh solusi dari masalah matematika dengan 36 menerapkan empat tahap pemecahan masalah yaitu memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan melakukan pengecekan jawaban. Secara lebih rinci, indikator pemecahan masalah dari keempat tahapan pemecahan masalah dijelaskan melalui tabel berikut. Tabel 3. Indikator Kemampuan Penyelesaian Masalah Matematika No Kemampuan Penyelesaian Masalah Indikator 1 Memahami masalah a. Menuliskan apa yang diketahui dari permasalahan. b. Menuliskan apa yang ditanyakan dari permasalahan. c. Menuliskan syarat yang ada dalam permasalahan. 2 Merencanakan penyelesaian masalah Menuliskan langkah – langkah yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah, hal ini dapat berupa : a. Menyatakan kembali permasalahan b. Menuliskan rumus yang akan digunakan c. Menuliskan langkah penyelesaian masalah yang akan digunakan. 3 Menyelesaiakan masalah sesuai rencana Menyelesaikan masalah sesuai langkah yang telah dituliskan. 4 Melakukan pengecekan kembali a. Melakukan pengecekan jawaban dengan perhitungan matematis atau cara lain dengan benar. b. Mencocokkan hasil yang sudah didapatkan dengan pertanyaan. c. Menuliskan kesimpulan dari proses yang dilakukan.

10. Kepercayaan Diri

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Perbandingan hasil belajar biologi dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning tipe group investigation (GI) dan think pair share (TPS)

1 5 152

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN SELF EFFICACY SISWA PADA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN THINK PAIR SHARE (TPS) DI SMP SABILINA.

1 4 36

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN SISWA SMP NEGERI KELAS VIII DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJ

0 0 16

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN LOGIKA MATEMATIKA BERBASIS MASALAH MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS X SMA N 1 DEPOK.

0 5 281

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINKPAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS PESERTA DIDIK DI MAN YOGYAKARTA 2 KELAS X.

0 0 147

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DAN LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN SISWA | Mahmudati | 5916 12645 1 SM

0 0 13

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN SISWA SMP NEGERI KELAS VIII DI KABUPATEN KARANGANYAR | Razak

0 0 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

0 0 9