24
pertimbangan sebaik-baiknya sehubungan dengan persyaratan teknis.
4. Lapisan permukaan surface course
Fungsi lapisan permukaan antara lain : a.
Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda. b.
Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat cuaca.
c. Sebagai lapisan aus wearing course
Bahan untuk permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapis pondasi, dengan persyaratan yang lebih
tinggi penggunaan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik, yang berarti mempertimbangkan daya
dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas. Pemilihan bahan untuk lapisan permukaan perlu dipertimbangkan
kegunaan, umur rencana pertahapan konstruksi, agar dicapai manfaat yang sebesar-besarnya dari biaya yang
dikeluarkan.
2.2.1 Persamaan Dasar
Persamaan yang diturunkan oleh BINA MARGA untuk menghitung perencanaan perkerasan lentur adalah sebagai berikut:
1. Prosedur perencanaan
a. Persentase kendaraan pada jalur rencana:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
- Tetapkan lebar lajur lalu lintas berdasarkan tabel 2.1
standar perencanaan geometrik untuk jalan perkotaan 1992 atau tata cara perencanaan geometrik antar kota.
- Jumlah lajur, sesuaikan dengan batas marka, tentukan dengan tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 Penetapan jumlah jalur Lebar perkerasan
Jumlah jalur
L 5,50 m 1 jalur
5,50 m L 8,25 m
2 jalur 8,25 m
L 11,25 m 3 jalur
11,25 m L 15,00 m
4 jalur 15,00 m
L 18,75 m 5 jalur
18,75 m L 22,00 m
6 jalur Sumber: Perencanaan teknik jalan raya, oleh: Shirley L. Hendarsin 224
b. Hitung koefisien distribusi kendaraan C mengikuti aturan
pada tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Koefisien distribusi kendaraan dalam jalur C
Kendaraan ringan Kendaraan berat
Jumlah lajur 1 arah
2 arah 1 arah
2 arah 1 lajur
1,00 1,00
1,00 1,00
2 lajur 0,60
0,50 0,70
0,50 3 lajur
0,40 0,40
0,50 0,475
4 lajur -
0,30 -
0,45 5 lajur
- 0,25
- 0,425
6 lajur -
0,20 -
0,40 Sumber: Perencanaan teknik jalan raya, oleh: Shirley L. Hendarsin 225
Berat total
≤ 5 ton :mobil penumpang, pick up, mobil hantaran
Berat total ≥ 5 ton : bus, truck, traktor, trailer
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
c. Hitung LHR pada awal tahun rencana LHR
, untuk masing maing jenis kendaraan yang ada
LHR = 1 + i
n
. N
tipe
……………..2.1 Dimana:
i = Faktor pertumbuhan kendaraan selama pelaksanaan n = Jumlah tahun, sejak data pengukuran
N = Masing-masing tipe kendaraan d.
Hitung LHR pada tahun akhir rencana LHR
t
, untuk setiap jenis kendaraan.
LHR
t
= 1 + i
UR
.LHR ……………2.2
Dimana UR = Umur rencana i = Faktor pertumbuhan kendaraan selama umur rencana
e. Hitung angka ekivalen AE, gunakan tabel 2.3 dibawah
ini:
Tabel 2.3 Angka ekivalen E
Beban satu sumbu Angka ekivalen
AE Kg
Ibs Sumbu tunggal Sumbu ganda
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
8160 9000
10000 11000
2205 4409
6614 8818
11023 13228
15432 17637
18000 19841
22046 24251
2205 4409
6614 8818
11023 13228
15432 17637
18000 19841
22046 24251
- 0,0003
0,0016 0,0050
0,0121
0,0251, 0,0466
0,0794 0,0860
0,1273 0,1940
0,2840
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
12000 13000
14000 15000
16000 26455
28660 30864
33069 35276
26455 28660
30864 33069
35276 0,4022
0,5540 0,7452
0,9820 1,2712
Sumber: Perencanaan teknik jalan raya, oleh: Shirley L. Hendarsin f.
Hitung lintas ekivalen permulaan LEP : LEP
= ∑ LHR
x C x EA ………………...2.3 g.
Hitung lintas ekivalen akhir : LEA
= ∑ LHR
t
x C x EA .............………..2.4 h.
Hitung lintas ekivalen tengah LET : LET
= 0.5 LEP + LEA ….....…………..2.5
i. Hitung faktor penyesuaian :
LER = LET x FP .......………......2.6a
FP = UR10
………………..2.6b j.
Perhitungan daya dukung tanah dasar Daya dukung tanah dasar DDT ditetapkan berdasarkan
grafik korelasi. Daya dukung tanah dasar diperoleh dari nilai CBR atau plate bearing test, DPC, dari nilai CBR
yang diperoleh ditentukan nilai CBR rencana yang merupakan nilai CBR rata-rata untuk suatu jalur tertentu.
Caranya adalah sebagai berikut:
Tentukan harga CBR terendah
Tentukan jumlah harga CBR yang sama atau lebih besar dari masing – masing nilai CBR
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
Angka jumlah terbanyak dinyatakan sebagai 100 dan
lainya adalah persentase dari harga tersebut
Buat grafik hubungan CBR dan persentase jumlah tersebut
Nilai CBR rata – rata adalah nilai yang didapat dari 90 Catatan:
Hubungkan nilai CBR pada gambar 2.2 dengan garis mendatar ke sebelah kiri maka akan diperoleh nilai DDT
Gambar 2.2 Grafik korelasi CBR - DDT
Sumber: Perencanaan teknik jalan raya, oleh: Shirley L. Hendarsin
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
29
k. Faktor regional
Faktor regional FR adalah faktor koreksi sehubungan dengan adanya perbedaan kondisi dengan kondisi
percobaan AASHTO road test dan disesuaikan dengan keadaan di indonesia. FR ini ditentukan oleh bentuk
alinyemen, persentase kendaraan berat yang berhenti serta iklim.
l. Indeks tebal perkerasan
Untuk menentukan indeks tebal perkerasan maka perlu diperhatikan gambar lampiran nomogram di bawah ini:
Gambar 2.3 Penggunaan nomogram
Langkah-langkah yang harus diperhatikan: Sumber: Perencanaan teknik jalan raya, oleh: Shirley L. Hendarsin
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
30
Menentukan nilai CBR dari CBR rata-rata 90
Menentukan nilai DDT
Menentukan nilai LER
Mencari nilai Ip
Mencari nilai ITP
Menentukan nilai FR
Tabel 2.4 Faktor regional
Kelandaian I 6
Kelandaian II 6 – 10
Kelandaian III 10
Kendaraan berat ≤ 30
30 ≤ 30
30 ≤ 30
30 Iklim I 900
mm th 0,5
1,0 -1,5
1,0 1,5 1,5 2,0-2,5
Iklim II 900 mm th
1,5 2,0
-2,5 2,0 2,5 2,5
3,0-3,5 Sumber: Perencanaan teknik jalan raya Shirley L. Hendarsin 228
m. Indeks permukaan
Indeks permukaan adalah kerataan atau kehalusan serta kekokohan permukaan yang bertalian dengan tingkat
pelayanan bagi lalu lintas yang lewat.
Tabel 2.5 Indeks permukaan pada akhir usia rencana
Klasifikasi jalan LER
Lokal Kolektor Arteri Tol
10 10 – 100
100 – 1000 1000
1,0-1,5 1,5
1,5-2,0 -
1,5 1,5-2,0
2,0 2,0-2,5
1,5-2,0 2,0
2,0-2,5 2,5
- -
- 2,5
Tabel 2.6 Indeks permukaan pada awal usia rencana Ip
Sumber: Perencanaan teknik jalan raya, oleh: Shirley L. Hendarsin
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
31
Jenis lapisan perkerasan
Ipo Roughness
mmkm Laston
≥ 4 3,9 – 3,5
≤1000 1000
Lasbutag 3,9 – 3,5
≤ 2000 2000
HRA 3,9 – 3,5
3,4 – 3,0 ≤ 2000
2000 Burda
3,9 – 3,5 2000
Burtu 3,4 – 3,0
2000 Lapen
3,4 – 3,0 2,9 – 2,5
≤3000 ≤3000
Latasbum 2,9 – 2,5
- Buras
2,9 – 2,5 -
Latasir 2,9 – 2,5
- Jalan tanah
≤ 2,4 -
Jalan kerikil ≤ 2,4
- Sumber: Perencanaan teknik jalan raya, oleh Shirley L. Hendarsin
n. ITP = a
1
.D
1
+ a
2
.D
2
+ a
3
.D
3
...................................2. 8 Untuk mencari tebal perkerasan, dengan menyesuaikan data
jenis bahan untuk mendapatkan masing-masing koefisien relatif, untuk mencari tebal LBP dalam alternatif jalan baru
atau kombinasi tebal minimum LPA dan LPB untuk mencari tebal overlay dari lapisan permukaan.
Tabel 2.7 Koefisien kekuatan relatif a
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
32 Koefisien kekuatan relatif
Kekuatan bahan Jenis bahan
a
1
A
2
A
3
Ms kg
K
t
CBR 0,40
0,35 0,32
0,30
0,35 0,31
0,28 0,26
0,30 0,26
0,25 0,20
0,28 0,26
0,24
0,23 0,19
0,15 0,13
0,14 0,12
0,014 0,13
0,12 0,13
0,12 0,11
0,10 744
590 454
340
744 590
454 340
340 340
590 454
340
22 18
22 18
100 60
100 80
60 70
50 30
20 Laston
Asbuton
HRA Macadam
Lapen mekanis Lapen manual
Laston atas Lapen mekanis
Lapenmanual Stabilisasi semen
Kapur Macadam basah
Macadam kering Batu pecah kelas A
Batu pecah kelas B Batu pecah kelas C
Sirtu kelas a Sirtu kelas b
Sirtu kelas c Tanah lempung
kepasiran
Sumber: Perencanaan teknik jalan raya Shirley L. Hendarsin 230 Catatan:
Kuat tekan stabilisasi tanah dengan semen diperiksa pada hari ke 7
Kuat tekan stabilisasi tanah dengan kapur diperiksa pada hari ke 21
Tabel 2.8 Batas – batas minimum tebal lapisan perkerasan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
33
Itp Tebal minimum cm
Bahan 1. Lapisan permukaan :
3,00 3,00 – 6,70
6,71 – 7,49 7,50 – 9,99
≥ 10,00 5
5 7,5
7,5 10
Lapisan pelindung buras burtu burda
Lapen aspal macadm hra, lasbutag, laston
Lapen aspal macadm hra, lasbutag, laston
Lasbutag, laston Laston
2. Lapisan pondasi atas 3,00
3,00 – 7,49
7,50 – 9,99
10 – 12,14
≥ 12,25 15
20
10 20
15 20
25 Batu pecah, stabilisasi tanah
dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur.
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah
dengan kapur. Laston atas
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah
dengan kapur, pondasi macadam
Laston atas. Batu pecah, stabilisasi tanah
dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi
macadam, lapen, laston atas Batu pecah, stabilisasi tanah
dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi
macadam, lapen, laston atas
3. Lapisan pondasi bawah
Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum adalah 10 cm
Sumber: Perencanaan teknik jalan raya, oleh Shirley L. Hendarsin 2.3. Perkerasan
Kaku
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
34
Struktur jalan kaku rigid pavement disebut juga perkerasan jalan beton semen dan pelaksanaannya dilakukann pada kondisi daya dukung
tanah dasar yang kurang baik kecil, berkisar nilai 2, atau beban lalu lintas yang dilayani relatif besar, maka dibuat solusi dengan perkerasan
kaku rigid pavement atau disebut juga perkerasan beton semen karena bahan dasarnya terbuat dari beton semen.
Fungsi pokok perkerasan adalah untuk memikul beban lalu lintas agar cukup aman dan nyaman sehingga tidak terjadi kerusakan berat
selama umur rencana. Untuk dapat memenuhi fungsi tersebut perkerasan kaku harus memenuhi:
1. Mereduksi tegangan yang terjadi pada tanah dasar sebagai akibat
beban lalu lintas sampai batasan yang mampu dipikul tanah dasar tersebut, tanpa menimbulkan perbedaan lendutan atau penurunan
yang berarti pada lapisan perkerasan. 2.
Direncanakan sedemikian rupa sehingga mengatasi pengaruh kembang susut dan penurunan kekuatan tanah dasar, serta pengaruh
cuaca dan kondisi lingkungan.
2.3.1. Karateristik Perkerasan Kaku