Sistem ekstensif Tambak Udang

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tambak Udang

Sistem budi daya udang di Indonesia berkembang dengan cepat, dari sistem tradisioanal ekstensif menjadi semi-intensif, intensif, dan tambak super intensif. Sayangnya perkembangan teknologi budi daya udang yang cepat ini tidak diimbangi dengan kesiapan sumber daya manusia dan cara budi daya udang yang benar. Teknologi budi daya udang intensif benar-benar hanya berkutat pada peningkatan padat penebaran yang tinggi, penggunaan pakan berkualitas dan cukup, serta pengunaan kincir dan pompa air. Budi daya udang intensif hanya sebatas upaya meningkatkan produksi maupun pembukaan lahan baru untuk pertambakan. Karena itu, budi daya udang intensif tidak hanya merusak ekosistem mangrove yang dikonversi menjadi tambak, tetapi meningkatkan pencemaran di pantai dan munculnya serangan penyakit udang yang merata di seluruh kawasan, hingga seluruh dunia Kordi, 2010. Budi daya udang intensif juga menghasilkan udang yang membawa residu bahan kimia berbahaya yang tidak baik untuk kesehatan manusia. Penggunaan bahan kimia berbahaya seperti pestisida anorganik untuk pemberantasan hama dan penanggulangan penyakit memunculkan masalah baru dalam budi daya udang. Permasalahan yang menghancurkan industri perudangan Indonesia pada tahun 1995-1997 itu kemudian memunculkan inovasi-inovasi baru dalam budi daya udang maupun akuakultur secara umum. Sistem budi daya udang organik, bandeng organik, polikultur rumput laut, bandeng, dan sebagainya adalah bagian dari inovasi untuk bertahan dalam usaha budi daya udang. Menurut Kordi 2010 sistem tambak dapat dibagi menjadi

2.1.1. Sistem ekstensif

Budi daya udang sistem ekstensif atau tradisional masih mendominasi tambak-tambak rakyat di Indonesia. Sistem ini memang sangat sederhana, sehingga pengelolaannya tidak rumit namun hasilnya memang sangat rendah, Universitas Sumatera Utara 6 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU antara 50-500 kghamusim tebar. Pengelolaannya bergantung pada kemurahan alam. Tambak berisi beragam spesies udang dan ikan laut. Berkembang lebih lanjut, tambak tradisional mulai diberi pupuk dan udang di tambak diberi pakan tambahan secara tidak teratur. Pengelolaan tambak tradisional terus mengalami perkembangan yang dikenal sebagai tambak tradisional plus, dimana persiapan tambak sudah dilakukan dengan pengeringan, pengapuran, dan pemupukan. Penebaran dengan menggunakan benih berukuran seragam dengan kepadatan 8-10 ekorm 2 . Pemberian pakan dilakukan tidak teratur. Namun, hasil panen dapat ditingkatkan hingga mencapai 500-600 kghamusim setelah pemeliharaan 7-8 bulan. Jika predator di tambak dapat dikurangi, maka hasil panen dapat mencapai 700 kg.

2.1.2. Sistem Semi-Intensif