Sistem Semi-Intensif Sistem Intensif

6 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU antara 50-500 kghamusim tebar. Pengelolaannya bergantung pada kemurahan alam. Tambak berisi beragam spesies udang dan ikan laut. Berkembang lebih lanjut, tambak tradisional mulai diberi pupuk dan udang di tambak diberi pakan tambahan secara tidak teratur. Pengelolaan tambak tradisional terus mengalami perkembangan yang dikenal sebagai tambak tradisional plus, dimana persiapan tambak sudah dilakukan dengan pengeringan, pengapuran, dan pemupukan. Penebaran dengan menggunakan benih berukuran seragam dengan kepadatan 8-10 ekorm 2 . Pemberian pakan dilakukan tidak teratur. Namun, hasil panen dapat ditingkatkan hingga mencapai 500-600 kghamusim setelah pemeliharaan 7-8 bulan. Jika predator di tambak dapat dikurangi, maka hasil panen dapat mencapai 700 kg.

2.1.2. Sistem Semi-Intensif

Budi daya udang sistem semi-intensif atau madya merupakan sistem yang sudah maju. Persiapan tambak mengikuti pola umum yaitu: pengeringan, pembajakan, pemupukan, dan pengapuran. Padat penaburan antara 15-20 ekorm 2 untuk udang windu dan 25-40 ekorm 2 untuk udang vanname. Untuk pengelolaan air, tambak dilengkapi dengan pompa air dan kincir. Pemberian pakan dilakukan secara berkelanjutan sebanyak 2-3 kali sehari. Pakan yang diberikan berupa pelet yang mengandung protein 30-40. Udang juga diberi pakan tambahan berupa udang rebon dan ikan rucah yang dicacah secukupnya. Dengan pengelolaan yang lebih baik, hasil panen tambak intensif mencapai 2-3 tonhamusim.

2.1.3. Sistem Intensif

Budi daya udang secara intensif menerapkan padat penebaran tinggi dan pengelolaan optimal. Padat penebaran udang windu antara 30-50 ekorm 2 dan udang vanname antara 40-100 ekorm 2 . Pemberian pakan dilakukan 4-6 kali sehari. Hasil panen yang diharapkan adalah 4-8 tonhamusim untuk udang windu dan 10 ton untuk udang vanname. Perkembangan budi daya udang intensif di Indonesia dimulai pada akhir tahun 1980-an. Pada awal tahun 1990-an, tambak intensif di Indonesia sudah menerapkan padat penebaran antara 30-0 ekorm 2 . Namun, padat penebaran yang tinggi tersebut mulai memunculkan masalah, yaitu Universitas Sumatera Utara 7 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU pencemaran perairan pantai, penyakit udang, dan rendahnya kelangsungan hidup survival rate. Semakin tinggi padat penebaran makin lambat pertumbuhan udang. Pada padat penebaran sampai 40.000 ekorha belum memerlukan kincir air, padat penebaran sampai dengan 75.000 ekorha cukup 1 kincir air, sedangkan untuk padat penebaran di atas 30.000 ekorha perlu 8-10 unit kincir airha. Padat penebaran rendah umumnya udang tetap sehat dan jarang terserang penyakit. Sebaliknya pada padat penebaran di atas 300.000ha, kasus gangguan fisik dan penyakit sangat tinggi.

2.1.4. Sistem Super Intensif