27
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
Data Tabel 4.1. memperlihatkan bahwa populasi bakteri melimpah di sedimen pada tambak yang diberi pakan Tambak Handoyo daripada tambak
yang tidak diberi pakan Tambak Rindam dan Tambak Rim. Hal ini kemungkinan disebabkan sisa pakan mengendap lebih banyak pada sedimen
sehingga menyebabkan tingginya kandungan bahan organik yang merupakan makanan bagi bakteri. Menurut Waluyo 2009 bahan-bahan organik yang terlarut
maupun yang tersuspensi dalam air merupakan bagian penting nutrisi mikroorganisme. Populasi bakteri dalam air tergantung seberapa besar
perbandingan konsentrasi dan komposisi dari substansi tersebut. Senyawa organik berperan penting dalam faktor pemacu dan sebagai faktor penghambat. Biasanya
ada korelasi positif antara jumlah mikroorganisme dengan konsentrasi zat-zat organik. Kemungkinan pada Tambak Rindam dan Tambak Rim konsentrasi
bahan organiknya juga tinggi meskipun belum diberi pakan sehingga jumlah bakterinya pun tinggi.
Hatha et al 2003, meneliti kehadiran bakteri patogen oportunis pada tambak udang India, hasil yang didapatnya lebih kecil dari populasi bakteri pada
Tabel 4.1., variasinya antara 5.7 x 10
4
hingga 9.4 x 10
4
cfu.ml
-1
pada air, sedangkan pada sedimen sebesar 6.5 x 10
5
hingga 7..4 x 10
4
cfu.g
-1
yang dianalisis dengan parameter Total Heterotrophic Bacterial THB. Nayyarahamed et al
1995, juga memperoleh hasil dengan THB yaitu 10
2
hingga 10
3
cfu.ml
-1
pada air dan 10
3
hingga 10
4
cfu.g
-1
pada sedimen. Lakshmanaperumalsamy et al 1981, populasi bakteri heterotropik dapat hidup pada lingkungan bergantung pada
ketersediaan bahan organik dan anorganik.
4.1.2. Isolasi Bakteri Patogen Oportunistik
Bakteri patogen oportunistik diisolasi dengan menggunakan media selektif dan diferensial. Jumlah bakteri patogen oportunistik pada setiap tambak dapat dilihat
pada Tabel 4.2. berikut:
Universitas Sumatera Utara
28
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
Tabel 4.2. Jumlah Bakteri Patogen Oportunistik Pada Setiap Tambak
Medi a
Bakteri Jumlah Bakteri Patogen Oportunistik
Tambak Handoyo
Tambak Rindam
Tambak Rim
A S
C A
S C
A S
C SSA
Salmonella sp. 1,1x10
3
3x10
2
√ -
2x10
2
√ -
6x10
2
√ MSA
Staphylococcus aureus
1x10
2
4x10
3
√ 4x10
3
5,2x10
3
√ 9,7x10
3
2x10
2
√ EMB
Escherichia coli -
- -
- -
- -
- -
Keterangan: A=Air; S=Sedimen; C=Cotton Bud ; √ = Terdapat Biofilm
Pada Tabel 4.2. menunjukkan jenis bakteri oportunistik yang terdapat pada ketiga tambak yang diisolasi dengan menggunakan media selektif, kemudian
dilakukan karakterisasi fisiologisnya. Dapat disimpulkan bahwa pada ketiga tambak terdapat bakteri Staphylococcus aureus, Salmonella sp., dan tidak terdapat
bakteri Escherechia coli, sehingga pada penelitian ini digunakan E. coli koleksi laboratorium. Salmonella tidak terdapat pada sampel air yang berasal dari tambak
Rindam dan tambak Rim, namun terdapat pada sedimen. Cotton bud yang diusapkan pada media selektif memperlihatkan pertumbuhan koloni mengikuti
pola gores sinambung, menunjukkan bahwa Staphylococcus dan Salmonella dapat menempel pada permukaan benda pada tambak yang diduga sebagai biofilm.
Pada media SSA bakteri Shigella juga tumbuh dengan baik, cara membedakan koloninya dengan bakteri Salmonella yaitu dengan warna koloni
pada media. Pada inkubasi berumur 48 jam koloni bakteri Salmonella akan berwarna hitam karena bakteri Salmonella menghasilkan gas H
2
S dan media pun berubah warna dari merah menjadi kuning tua. Koloni bakteri Staphylococcus
pada media MSA membentuk zona halo berwarna kuning dan Escherechia coli berwarna hijau metalik pada media EMB. Koloni bakteri tersebut diinokulasikan
ke media Sea Water Complete SWC untuk mendapatkan isolat murni. Setelah itu dilakukan uji pewarnaan Gram, karakterisasi dan uji biokimia.
Pada krustasea maupun biota lain yang dikonsumsi oleh manusia, tidak diperbolehkan terdapat bakteri Salmonella, karena dapat mengakibatkan demam
enterik, septikemia dan gastroenteritis. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pada lingkungan perairan budidaya biota laut dan kehidupan biota laut harus
diupayakan bebas dari bakteri Salmonella spp.. Keberadaan Salmonella mengindentikasikan air tambak telah tercemar. Menurut FAO 2010 jalur yang
memungkinkan kontaminasi Salmonella pada sistem akukultur yaitu, pembuangan
Universitas Sumatera Utara
29
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
hewan seperti burung atau katak yang hidup di sekitar kolam, sistem peternakan yang dekat dengan sistem akukultur, penggunaan pupuk hewan yang digunakan
untuk menstimulasi produksi alga, dan selama musim penghujan yang meningkatkan aliran bahan organik ke dalam kolam memungkinkan terjdinya
kontaminasi ke sistem akuakultur. Dapat diamati dari lingkungan tambak seperti Tambak Handoyo yang berada di tepi pantai yang penduduknya berprofesi
sebagai peternak unggas seperti ayam dan bebek, Tambak Rindam berada di tepi muara Sungai Rindam dimana kontaminasi Salmonella ke dalam air sungai dapat
berasal dari mana saja, termasuk dari pemukiman yang berada di dekat sungai, dan di tambak Rim, sekalipun jauh dari pemukiman, tambak dikelilingi hutan
mangrove yang merupakan habitat hewan berdarah panas seperti burung. Data Tabel 4.2. menunjukkan bahwa pada ketiga tambak tidak terdapat
bakteri Escherechia coli, kemungkinan karena penggunaan probiotik seperti EM
4
® dengan penggunaan sebelum penebaran benur dan pada saat pertumbuhan. Probiotik EM
4
® merupakan kultur EM Efektif Mikroorganisme dalam medium
cair berwarna coklat kekuning-kuningan yang menguntungkan, yang berguna untuk meningkatkan bakteri pengurai bahan organik, menekan pertumbuhan
bakteri patogen, menstimulasi enzim pencernaan, memfermentasi sisa pakan, kotoran, cangkang, dan meningkatkan kualitas air pada tambak serta menekan
pertumbuhan Escherechia coli. Efektif mikroorganisme merupakan gabungan atau campuran dari berbagai bakteri bermanfaat yang terdiri dari Lactobacillus yang
dominan, merupakan bakteri asam laktat, bakteri fotosintesis yang berfungsi membentuk zat-zat yang bermanfaat, ragikhamir, dan Actinomycetes yang
menghasilkan aktivitas selulase http:www.em4indonesia.com. Sedangkan keberadaan Salmonella sp. dan Staphylococcus aureus diduga resisten atau tidak
mampu dihambat oleh EM
4
®
.
4.2. Uji Potensi Bacillus sp. terhadap Bakteri Patogen Oportunistik