Tabel XVI. Kurva adisi alopurinol dalam matriks jamu
Rep Massa
alopurinol yang
ditambahkan ng
Massa alopurinol
yang diinjeksikan
ng AUC
Persamaan Persamaan
kumulatif
1
51 10,2
161281  Y=-466882,3+ 43535,2 x
r = 0,967
y=-470009,5 + 43683,7 x
r = 0,967 103
54,1 1413539
156 81,9
3389374
2
51 10,2
160994  Y=-469763,3+ 43705,7x
r = 0,967 103
54,1 1417681
156 81,9
3401810
3
51 10,2
160904  Y=-478220,1+ 44085,7x
r = 0,966 103
54,1 1418200
156 81,9
3431567
4
51 10,2
160153  Y=-468067,2+ 43576,7x
r = 0.967 103
54,1 1415550
156 81,9
3391014
5
51 10,2
158998  Y=-467114,8+ 43514,9
r = 0,968 103
54,1 1416969
156 81,9
3384573
Berdasarkan Tabel XVI diperoleh nilai koefisien korelasi r sebesar 0,967 dengan n = 3  lima replikasi dapat dikatakan tidak linear secara statistik karena
nilai  r    r    tabel  XIV  0,997.  Dengan  demikian  dapat  dikatakan  bahwa  respon instrumen  belum linier terhadap konsentrasi analit dalam matriks jamu.
5. Pengaruh Matriks Jamu Dalam Penetapan Kadar Alopurinol
Tujuan  melihat  pengaruh  matriks  adalah  untuk  melihat  matriks  jamu memberikan  pengaruh  dalam  penetapan  kadar  alopurinol  dalam  jamu.  Pengaruh
matriks  dapat  diketahui  dari  slope  kurva  baku  alopurinol  dan  kurva  baku  adisi alopurinol  dalam  matriks  jamu  dilakukan  uji  signifikansi  slope.  Uji  signifikansi
perbedaan  slope  kurva  baku  alopurinol  periode  I  dan  II  terhadap  kurva  adisi alopurinol dalam matriks jamu ditampilkan pada Tabel XVII dan XVIII.
Tabel XVII. Hasil uji t slope kurva baku alopurinol dalam pelarut periode I dan kurva  adisi
alopurinol dalam matriks jamu
Slope t
hitung
P t
tabel
Kesimpulan Kurva baku
periode I 6876,6
3,22 0,05
2,048 berbeda
signifikan Kurva adisi
43683,7
Tabel XVIII. Hasil uji t slope kurva baku alopurinol dalam pelarut periode II dan kurva
adisi alopurinol dalam matriks jamu
Slope t
hitung
P t
tabel
Kesimpulan Kurva baku
5686.2 2,89
0,05 2,059
berbeda signifikan
Kurva baku adisi
43683,7 Berdasarkan  Tabel  XVII  dan  Tabel  XVIII.  diatas  menunjukkan  bahwa
slope kurva baku alopurinol dalam pelarut baik periode II dan II  terhadap kurva adisi  alopurinol  dalam  matriks  jamu  berbeda  signifikan  secara  statistik,  hal  ini
ditunjukkan  dengan t
hitung
t
tabel
. Berikut gambar perbandingan kurva baku dan kurva adisi.
Gambar 11. Perbandingan kurva baku dan kurva adisi
500000 1000000
1500000 2000000
2500000 3000000
3500000 4000000
200 400
600 800
A U
C
massa alopurinol ng
Perbandingan kurva baku dan kurva adisi
kurva adisi kurva baku periode I
kurva baku periode II
Perbedaan  slope  yang  signifikan  pada  kedua  kurva  baku  disebabkan adanya pengaruh matriks jamu pada penetapan kadar alopurinol dalam jamu. Oleh
karena  itu  digunakan    kurva  baku  adisi  alopurinol  dalam  matriks  jamu  untuk penetapan kadar alopurinol dalam sampel.
6. Validasi Metode Analisis Dalam Jamu
Validasi  metode  analisis  dilakukan  untuk  membuktikan  bahwa  metode KCKT yang digunakan pada penelitian ini memiliki validitas yang baik atau tidak
dalam  penetapan  kadar  alopurinol  dengan  kondisi  percobaaan  sesuai  hasil optimasi.
i.  Linearitas Linearitas merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil uji yang
proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang diberikan Gandjar dan Rohman,  2012.  Pada  penelitian  ini  diperoleh  persamaan  kurva  adisi  alopurinol
dalam matriks jamu adalah y= -470009,5 + 43683,7 x dengan linearitas r = 0,967. Linieritas dinyatakan sebagai koefisien korelasi. Batasan yang digunakan
untuk  nilai  koefisien korelasi  ini  menggunakan  Pearson’s correlation coefficient test,  dimana  dapat  dijelaskan  bahwa  koefisien  korelasi  memiliki  hubungan
terhadap  banyaknya  jumlah  determinasi  n  yang  dilakukan.  Hubungan  tersebut dapat dilihat pada tabel XIV di atas.
Apabila  nilai  r  dari  suatu  regresi  linear  lebih  besar  daripada  nilai  r  pada tabel menunjukkan hubungan linieritas pada kurva baku secara statistik terpenuhi.
Persamaan  kurva  baku  adisi  alopurinol  dalam  matriks  jamu  memiliki  r  sebesar
0,967  dengan  n  =  3  lima  replikasi  maka  dapat  dikatakan    belum  linier  secara statistik karena r   0,997
ii.  Akurasi Konsentrasi  sampel  setelah  adisi  diluar  rentang  linearitas  kurva  baku
periode I dan II serta pengaruh matriks yang sangat besar Gambar 11, oleh sebab itu tidak dapat ditentukan akurasi .
iii. Presisi Presisi adalah ukuran yang menyatakan derajat kesesuaian antara hasil uji
individual  yang  diperoleh  dari  pengambilan  sampel  berulang  pada  suatu  metode analisis  Snyder  et  al.,  1997.  Presisi  ditunjukkan  dengan  nilai  koefisien  variasi
CV. Suatu metode dapat dikatakan memiliki presisi yang baik apabila memiliki
CV    2    AOAC  dalam  Gonzales  and  Herrador,  2007.  Hasil  penelitian
ditunjukkan pada Tabel XIX.
Tabel XIX. Persen koefisien variasi dari metode penambahan baku
Massa alopurinol  yang ditambahkan n = 5
ng Rata-rata ditemukan
n=5 ng
SD CV
10,2 3,4
0,02 0,6
54,1 32,2
0,4 0,1
81,9 77,6
0,43 0,6
Berdasarkan  data  pada  Tabel  XIX,  dapat  diketahui  bahwa  setiap  level massa alopurinol telah memenuhi syarat presisi yang baik dilihat dari nilai  CV
yang kurang dari 2.