secara  kuantitatif.  Kelas  D  untuk  mencari  ciri  suatu  senyawa  Levin,  2002. Parameter  metode  validasi  dalam  penelitian  ini  meliputi  lineritas,  spesifisitas,
keseksamaan  presisi,  ketepatan  akurasi,  batas  deteksi  limit  of  detection  dan batas kuantifikasi limit of quantification.
Karakter  penampilan  metode  dinyatakan  sebagai  parameter  analisis. Beberapa  parameter  yang  harus  dipertimbangkan  dalam  validasi  metode  analisis
adalah :
1. Akurasi Ketepatan
Ketepatan  suatu  prosedur  analisis  adalah  kedekatan  hasil  yang  diterima baik  sebagai  nilai  teoritis  maupun  dengan  nilai  rujukan  yang  diterima  dengan
nilai  yang  diperoleh  dari  hasil  pengukuran  Chan  et  al.,    2004.  Ketepatan menurut Horwitz, 2005, adalah kedekatan  nilai  hasil  percobaan  yang diperoleh
dari  suatu  metode  terhadap  nilai  sebenarnya.  Ketepatan  diukur  dengan menghitung  recovery  menggunakan  metode  penambahan  standar.  Nilai  recovery
tergantung  pada  matriks  sampel,  prosedur  proses  sampel  dan  konsentrasi  analit. Batas penerimaan recovery menurut AOAC adalah 80-120.
recovery = x 100
Keterangan : a = konsentrasi sampel + konsentrasi standar yang terukur b = konsentrasi sampel
c = konsentrasi standar teoritis yang ditambahkan
Acceptance  criteria  untuk  nilai  recovery  diharapkan  sesuai  dengan  matriks sampel, prosedur pembuatan sampel  dan konsentrasi analit. Rentang  recovery
yang diperbolehkan dapat dilihat pada tabel III berikut :
Tabel III. Kriteria rentang recovery Gonzales and Herrador, 2007
Analyte Analyte
fraction Unit
Recovery range
100 1
100 98-102
10 10
-1
10 98-102
1 10
-2
1 97-103
0,1 10
-3
0,1 95-105
0,01 10
-4
100 ppm 90-107
0,001 10
-5
10 ppm 80-110
0,0001 10
-6
1 ppm 80-110
0,00001 10
-7
100 ppb 80-110
0,000001 10
-8
10 ppb 60-115
0,0000001 10
-9
1 ppb 40-120
2. Presisi Keseksamaan
Presisi  adalah  ukuran  keterulangan  metode  analisis  dan  biasanya diekspresikan  sebagai  simpangan  baku  atau  Relative  Standard  Deviation  RSD
dari sejumlah sampel. Sesuai ICH presisi  harus dilakukan pada 3 tingkatan  yang berbeda  yaitu  keterulangan  repeatibility,  presisi  antara  intermediete  precision
dan.  reprodusibilitas.  penetapan  pada  keterulangan  ada  2  cara  yaitu  1  suatu pengukuran  sebanyak  9  kali  yang  mencakup  kisaran  yang  digunakan  dalam
prosedur  analisis    misalnya  3  konsentrasi  berbeda  dengan  masing-masing
dilakukan replikasi sebanyak 3 kali atau 2 dilakukan 6 kali penetapan terhadap larutan dengan konsentrasi yang sama Chan et al., 2004.
Ada 2 ukuran presisi yaitu : a.  Presisi  sistem  replikabilitas  :  merupakan  penilaian  terhadap  keberulangan
sistem untuk mengetahui kesalahan karena sistem , yang tidak bergantung pada penyiapan sampel.
b.  Presisi  metode  repeatibilitas  :  merupakan  ukuran  dari  variabilitas  intrinsik, termasuk kesalahan yang disebabkan oleh penyiapan sampel.
Besarnya  RSD yang dapat diterima dapat dilihat pada tabel IV berikut :
Tabel IV. Kriteria presisi yang dapat diterima Gonzales and Herrador, 2007
Analyte Analyte
fraction Unit
Horwitz RSD
AOAC RSD
100 1
100 2
1,3 10
10
-1
10 2,8
1,8 1
10
-2
1 4
2,7 0,1
10
-3
0,1 5,7
3,7 0,01
10
-4
100 ppm 8
5,3 0,001
10
-5
10 ppm 11,3
7,3 0,0001
10
-6
1 ppm 16
11 0,00001
10
-7
100 ppb 22,6
15 0,000001
10
-8
10 ppb 32
21 0,0000001
10
-9
1 ppb 45,3
30
3. Linearitas
Linearitas  merupakan  kemampuan  suatu  metode  untuk  memperoleh hasil-hasil  uji  yang  secara  proporsional  dengan  konsentrasi  analit  pada  kisaran
yang  diberikan.  Linearitas  suatu  metode  merupakan  ukuran  seberapa  baik  kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon y dengan konsentrasi x. Snyder
et al., 1997.
4. Batas kuantitasi LOQ
merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel  yang  masih dapat  memberikan resopon yang memenuhi kriteria cermat dan seksama. Batas deteksi dan kuantitasi
dapat  dihitung  secara  statistik  melalui  garis  regresi  linier  dari  kurva  kalibrasi Snyder et al., 1997.
G. Landasan Teori
Asam  urat  merupakan  penyakit  yang  berkaitan  dengan  hiperurisemia karena  peningkatan  sintesis  asam  urat  yang  ditandai  dengan  arthritis  akut  pada
persendian dan kartilago Johnstone, 2005. Penyakit  asam  urat  dapat  diatasi  dengan  obat  sintesis  maupun  jamu
sebagai  obat  tradisional.  Untuk  menjaga  keamanan  konsumen  perlu  dilakukan jaminan kualitas untuk obat sintesis maupun jamu.
Alopurinol  merupakan  salah  satu  zat  aktif  obat  yang  digunakan  untuk menurunkan  kadar  asam  urat  dalam  darah.  Alopurinol  memiliki  gugus  kromofor
dan  auksokrom  yang  dapat  menyerap  radiasi  pada  panjang  gelombang  di  daerah ultraviolet, maka alopurinol dapat dianalisis dengan metode spektrofotometri.