Kurva Adisi Alopurinol Dalam Matriks Jamu

0,967 dengan n = 3 lima replikasi maka dapat dikatakan belum linier secara statistik karena r 0,997 ii. Akurasi Konsentrasi sampel setelah adisi diluar rentang linearitas kurva baku periode I dan II serta pengaruh matriks yang sangat besar Gambar 11, oleh sebab itu tidak dapat ditentukan akurasi . iii. Presisi Presisi adalah ukuran yang menyatakan derajat kesesuaian antara hasil uji individual yang diperoleh dari pengambilan sampel berulang pada suatu metode analisis Snyder et al., 1997. Presisi ditunjukkan dengan nilai koefisien variasi CV. Suatu metode dapat dikatakan memiliki presisi yang baik apabila memiliki CV 2 AOAC dalam Gonzales and Herrador, 2007. Hasil penelitian ditunjukkan pada Tabel XIX. Tabel XIX. Persen koefisien variasi dari metode penambahan baku Massa alopurinol yang ditambahkan n = 5 ng Rata-rata ditemukan n=5 ng SD CV 10,2 3,4 0,02 0,6 54,1 32,2 0,4 0,1 81,9 77,6 0,43 0,6 Berdasarkan data pada Tabel XIX, dapat diketahui bahwa setiap level massa alopurinol telah memenuhi syarat presisi yang baik dilihat dari nilai CV yang kurang dari 2. iv. LOQ Limit of quantitation LOQ adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan Gandjar dan Rohman, 2012. Parameter akurasi tidak dapat ditentukan oleh karena itu nilai LOQ juga tidak dapat diperoleh.

7. Penetapan Kadar Alopurinol dalam Jamu

Meskipun metode analisis tidak valid penulis mencoba melakukan penetapan kadar terhadap 3 sampel jamu yang beredar di pasaran dengan menggunakan kurva adisi y= -470009,5 + 43683,7 x. Tabel XX. Kadar alopurinol dalam sampel jamu Sampel rata-rata kadar alopurinol ng g A rep 1 Tidak terdeteksi rep 2 rep 3 B rep 1 46,39 rep 2 rep 3 C rep 1 83,72 rep 2 rep 3 Hasil penetapan kadar di atas tidak dapat digunakan karena validitas metode analisis yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.