Adanya pengeblokan produksi asam urat dengan penghambatan xantin oksidase Oleh karena itu alopurinol bekerja dengan menurunkan pembentukan asam urat
dan purin Khayoon et al, 2008.
2. Dampak Alopurinol
Alopurinol dapat menimbulkan reaksi kulit, reaksi alergi berupa demam, menggigil, leukopenia atau leukositosis, eosinofilia, artralgia dan pruritus,
gangguan saluran pencernaan, pruritus, urtikaria, eksfoliatif dan lesi purpura, dermatitis, nefritis, faskulitis dan sindrome poliartritis, kegagalan hati dan ginjal,
mual, muntah, diare, rasa mengantuk, sakit kepala dan rasa logam Wells, 2009. Alopurinol tidak memberikan efek mutagenik maupun karsinogenetik
karena terbukti pada penelitian menunjukkan bahwa alopurinol tidak menginduksi penyimpangan kromosom pada sel darah manusia secara invitro pada kadar
hingga 100 μgmL dan secara invivo mencapai dosis 60 mghari pada periode 40 bulan serta tidak mengindikasikan adanya efek teratogen namun alopurinol dan
oksipurinol didistribusikan ke air susu ibu sehingga alopurinol rentan menimbulkan efek samping terutama reaksi hipersensitivitas Medsafe, 2011.
LD
50
yang ditetapkan untuk tikus secara oral dengan pemakaian akut sebesar 7500 mgkg sedangkan untuk pemakaian kronis menggunakan nilai
NOAEL sebesar 12 mgkghari Glaxosmithkline, 2013.
3. Penetapan kadar alopurinol
Alopurinol dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet dengan pelarut NaOH P 0,4 bv dan asam klorida P 1 vv Dirjen POM RI,
1995.
B. Tablet
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai
tablet cetak dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet cetak dibuat
dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan Dirjen POM RI, 1995.
C. Obat Tradisional
Obat tradisional bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, sediaan sarian galenik atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman Permenkes RI No.007 Tahun 2012.
Sediaan obat tradisional yang beredar dibuat dari simplisia nabati, yaitu bagian tanaman atau seluruh tanaman baik segar ataupun sudah dikeringkan atau
hasil penyariannya dengan berbagai bentuk sediaan seperti rajangan, serbuk, pil, tablet, kapsul, cairan sediaan luar dan sediaan dalam, salep, krim, parem, tapel
dan sebagainya POM, 2004.