Produksi GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

E. Produksi

1. Produk yang dihasilkan PT Madu Baru memproduksi gula dengan jenis klasifikasi SHS I Superior Head Sugar I atau sering disebut dengan gula kristal putih I yang mempunyai standar warna diatas 25 hollands standart. Sesuai dengan ketetapan Bulog pada tahun 1982, kualitas gula dibedakan menjadi: SHS I A : tingkat nilai remisi direduksi diatas 70 SHS I B : tingkat nilai remisi direduksi 67-69,9 SHS I C : tingkat nilai remisi direduksi 62-66,9 SHS I Standar : tingkat nilai remisi direduksi 60-61,9 Stes II : tingkat nilai remisi direduksi 56-59,9 Kualitas gula PT Madu Baru termasuk klasifikasi SHS I A dengan standar Nilai Remisi Direduksi NRD sekitar 70. Nilai Remisi Direduksi ini dianalisa oleh P3GI Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia di Pasuruan. 2. Proses Produksi Tebu adalah bahan baku utama dari gula, sedangkan sebagai bahan pembantu adalah belerang , kapur flokulant, bahan-bahan kimia, minyak bakar, soda api yang akan digunakan untuk proses produksi. Adapun bahan tersebut disediakan oleh bagian gudang penyediaan kebutuhan bahan-bahan yang diajukan oleh bagian pabrikasi. Bahan-bahan tersebut harus sudah diuji di laboratorium selama 2 bulan sebelum mulai giling, dengan tujuan mengetahui rendemen gula maksimum agar dapat mencapai produksi gula yang setinggi-tingginya. Gula yang telah diuji selanjutnya ditimbang beratnya di Pabrik Gula Madukismo. Ada dua jenis timbangan yaitu timbangan lori dan timbangan truk. Penimbangan dilakukan untuk mengetahui berat tebu dan memastikan tepat tidaknya besar kapasitas giling. Setelah penimbangan, tebu dipindahkan pada lori- lori untuk dikirim ke emplacement untuk digiling. Berat netto tiap lori atau truk sekitar 4-6 ton. Proses pembuatan gula sebagai berikut : a. Pemerahan Nira Pemerahan nira yaitu memisahkan nira dengan ampasnya semaksimal mungkin, agar dapat mencegah hilangnya gula yang terbawa oleh ampas. Tebu digiling untuk dipisahkan antara bagian padat ampas dengan bagian cairannya yang mengandung gula nira mentah melalui alat-alat berupa unigrator mark IV dan cane knife digabung dengan lima buah gilingan. Pisau ini untuk memperkecil bentuk tebu menjadi cacahan dan untuk memudahkan pemerahan gilingan. Nira utama nira mentah dihasilkan oleh gilingan I dan II, sedangkan gilingan III, IV dan V disirkulasikan saja. Dari gilingan III disirkulasikan ke gilingan II, nira dari gilingan IV disirkulasikan ke gilingan III, dan dari gilingan V disirkulasikan ke gilingan IV. Nira dari gilingan V diproses dari ampas gilingan IV diberi air imbibisi sebesar 20 dari tebu yang digiling. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pemeriksaan nira gilingan I, II, III, IV dan V dilakukan setiap satu jam sekali. Ampas yang diperoleh sekitar 30 tebu untuk bahan bakar di stasiun ketel pusat tenaga, sedangkan nira mentah dikirim ke bagian pemurnian untuk diproses lebih lanjut. b. Pemurnian Nira Nira mentah hasil gilingan tebu masih dalam keadaan berbuih, keruh dan sedikit kotor berwarna kelabu kecoklatan. PG Madukismo menggunakan sistem pemurnian sulfitasi alkalis kontinyu yaitu suatu proses penyerahan dengan susu kapur berlebihan kemudian dinetralkan dengan menggunakan SO 2 . Pada stasiun ini nira mentah akan melalui beberapa tahapan proses yang meliputi : 1 Penimbangan nira mentah, tujuan dari penimbangan nira ini adalah untuk mengetahui kualitas nira dari hasil penggilingan batang tebu. Nira ditampung dalam peti nira yang selanjutnya diadakan penimbangan. 2 Pemanasan nira mentah I, tujuan dari pemanasan I adalah untuk mendapatkan kondisi yang optimal pada reaksi sulfitasi, menonaktifkan mikro organisme, mencegah terjadinya perpecahan dari gula sakarosa. Sebelum nira mentah dialirkan ke stasiun sulfitasi, nira tersebut dialirkan terlebih dahulu ke pemanas pendahuluan I dengan menggunakan pompa centrifugal, pada pemanasan pendahuluan I nira dipanaskan sampai mencapai suhu 70 o C. Nira mentah direaksikan dengan susu kapur apabila telah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mencapai pH 10,2 sedangkan pengontrolan pH nira dapat dilakukan dengan mengambil 2-4 ml nira melalui tetes penuaan nira. Kemudian contoh tersebut ditetesi dengan indikator Thymoll Pthalein 0,05, warna hasilnya dicocokan dengan standar yang telah disiapkan biasanya berwarna hijau agak gelap. Dalam proses pencampuran susu kapur dan nira, pH nira yang dihasilkan tidak lebih tinggi dari ketentuan sebab pH yang tinggi akan dapat merusak gula reduksi. 3 Pemanasan nira kasar II, tujuan dari pemanasan ini adalah penyempurnaan reaksi sulfitasi, memperbanyak dan mempercepat terbentuknya endapan CaSO 3 merubah zat- zat organik yang ada dalam nira. Nira mentah tersulfitasi sebelum diendapkan, dilakukan pemanasan dengan uap panas yang mencapai temperatur 100-105 o C. 4 Pengendapan, tujuan dari pengendapan adalah untuk memisahkan nira kotor dengan nira jernih. Alat yang digunakan berupa pengaduk yang berfungsi agar endapan yang ada dalam Door Clarifier tidak memadat, sehingga tidak menutup jalan keluar nira. Beberapa hal yang menyebabkan pengendapan tidak berjalan lancar yaitu : a Pemanasan pendahuluan kurang sempurna, sehingga gas- gas tidak dapat keluar dengan sempurna dan endapan yang terjadi akan ikut larut lagi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b pH terjadi kurang dari yang ditentukan sehingga pembentukan CaSO 3 tidak mendapatkan hasil yang baik. 5 Saringan vakum, tujuannya adalah untuk memisahkan nira kotor dari Door Clarifier di mana blotong endapan padat diambil, sedangkan filtrat yang disirkulasikan ke penampungan nira sulfitasi. Nira kotor dari penampungan dihisap oleh silinder yang diputar, untuk kondisi vakum rendah didapat filtrat kotor, sedangkan untuk vakum tinggi didapat filtrat bersih. 6 Nira jernih yang keluar dari Door Clarifier dipanaskan sampai mencapai temperatur 100-105 o C, maksud dari pemanasan tersebut untuk mendekati titik didih nira supaya beban evakurator tidak terlalu berat. Nira kotor dari pengendapan disaring dengan rotary vacuum filter dengan endapan padatnya blotong dikirim ke lahan tebu sebagai pupuk organik. Nira jernih dari pengendapan lazim disebut nira encer yang dikirim ke stasiun penguapan dan filter juice dari saringan vakum dimurnikan lagi bersama dengan nira mentah. c. Penguapan Nira Tujuan dari penguapan nira adalah untuk menguapkan sejumlah besar air yang terkandung dalam nira encer 10 brix sehingga diperoleh nira kental 62 brix. Nira jernih ini diuapkan agar dapat dibersihkan bergant ian. Bahan pemanas dimasukan ke badan I, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sedangkan badan lainnya hanya diuapkan dengan nira sehingga ada penghematan panas. Nira encer dengan kepadatan terlarut 16 dapat naik menjadi 62 disebut nira kental, siap dikristalkan di masakan. Air embun dari badan-badan penguapan sebagian dipakai untuk air pengisi ketel, sisanya untuk air cucian dari stasiun pemasukan dan putaran gula. Nira kental yang berwarna gelap karamelisasi akibat suhu tinggi di penguapan, maka perlu diberi gas SO 2 sebagai bleaching, sehingga pHnya turun menjadi 5,5 dan nira kental siap untuk dikristalkan. d. Kristalisasi Nira Tujuan dari kristalisasi nira adalah mengubah sakarosa dalam bentuk larutan menjadi kristal, untuk memudahkan pengambilan gula setinggi-tingginya dan sisa gula dalam larutan akhir tetes serendah- rendahnya serta memudahkan pemisahan gula kotornya di bagian pemutaran sehingga didapat gula kristal dengan kemurnian tinggi. Nira kental dari penguapan kemudian diuapkan lagi di pan kristalisasi sampai lewat jenuh hingga timbul kristal gula. Untuk mendapatkan output yang setinggi-tingginya maka pengkristalan dilakukan tiga kali atau yang sering disebut sistem ACD, dimana gula A sebagai gula produk karena kristalnya cukup putih atau kasar, gula C dan D dipakai sebagai bibit seed, serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak lagi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan di bawah atmosfer dengan vacuum sebesar 65 cmHg, sehingga titik didih selama pengkristalan akan turun antara 60-70, jadi sarakosa tidak rusak akibat terkena panas tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal gula dan larutan stroop yang belum mengkristal, sebelum dipisahkan dari puteran gula, didinginkan dahulu di dalam palung pendingin kultrog. Secara periodik masakan tersebut dikirim ke puteran gula centrifugal untuk dipisahkan antara gula dan larutannya. Larutan tersebut dimasak kembali sedangkan gula diproses sesuai dengan jenisnya. e. Puteran Gula Pesawat centrifugal adalah suatu alat menggunakan gaya centrifugal yang bertugas memisahkan gula dan larutannya. Agar gulanya lebih putih, maka masakan ini diputar dua kali, sedangkan filtratnya sisa larutannya terakhir yang sudah tidak bisa dikristalkan lagi disebut tetes final molases, dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan spiritus dan alkohol. f. Penyelesaian dan Gudang Gula Tahap penyelesaian bertujuan untuk menyelesaikan hasil gula produk SHS dari pengeringan sampai penyimpanan di gudang. Gula dikeringkan dengan alat grashopper conveyor yang berguna untuk mengangkat gula produksi dari bawah ke atas. Gula SHS dari putaran gula dipisahkan antara gula halus, gula kasar dan gula normal dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI penyaring gula. Gula normal dikirim ke gudang dan dikemas dalam karung plastik polypropilene, kapasitas tiap karungnya adalah 50 kg netto . Gudang tempat untuk penyimpan gula harus memenuhi berbagai persyaratan agar gula yang disimpan mempunyai kualitas yang baik hingga sampai pada tangan konsumen. PG Madukismo mempunyai dua gudang dimana keduanya mempunyai fentilasi yang cukup, sekeliling gudang banyak terdapat parit kecil. Alas lantai gudang terdiri dari lapisan paling bawah adalah lapisan pasir kering, lapisan tengah adalah anyaman bambu kasar dan plastik, lapisan paling atas adalah anyaman bambu halus. Suhu di gudang berkisar antara 10-40 o C dan kelembaban antara 50-75. Untuk mempermudah dalam memahami proses produksi maka dapat dilihat pada gambar 4.1 skema proses produksi gula PT Madu Baru. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI TEBU GILINGAN Nira Mentah PEMURNIAN Nira Jernih PENGUAPAN Nira Kental KRISTALISASI Massecuite PUTARAN GULA SHS 1 Ampas Air hilang Blotong Air menguap Air menguap Tetes tebu Kehilangan gula-gula Air imbibisi Susu kapur Air cucian Vac. Filter Belerang Air cucian kristal Stroop Air siraman gula Gambar 4.6 Proses Produksi Gula PT Madu Baru

F. Pemasaran

Dokumen yang terkait

Analisis Efisiensi Produksi Gula di PG. Madukismo, Yogyakarta

0 5 256

ANALISIS HUMAN ERROR DI STASIUN GILINGAN PABRIK GULA MADUKISMO BANTUL ANALISIS HUMAN ERROR DI STASIUN GILINGAN PABRIK GULA MADUKISMO BANTUL.

0 3 11

ANALISIS PENGGUNAAN ENERGI DI PT. MADU BARU(PG. MADUKISMO) ANALISIS PENGGUNAAN ENERGI DI PT. MADU BARU (PG. MADUKISMO) YOGYAKARTA.

0 3 15

Analisis penyusunan anggaran biaya produksi : studi kasus pada Pabrik Gula Madukismo Yogyakarta.

6 59 93

Analisis fungsi produksi COBB Douglas pada pabrik gula : studi kasus pada PT. Madubaru di Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

8 102 107

Hubungan antara motivasi kerja karyawan dan disiplin kerja karyawan dengan produktivitas kerja karyawan: studi kasus pada karyawan pabrik gula Madukismo `PT Madubaru` Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

3 34 162

Studi Kasus Pada Pabrik Gula Madukismo Yogyakarta Padokan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

0 0 129

ANALISIS EFISIENSI LAYOUT PROSES PRODUKSI Studi Kasus pada PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo Kasihan Bantul Yogyakarta Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

0 0 112

ANALISIS EFISIENSI LAYOUT PROSES PRODUKSI Studi Kasus pada PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo Kasihan Bantul Yogyakarta Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

0 0 112

Pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap produktivitas kerja karyawan : studi kasus pada karyawan Bagian Produksi Pabrik Gula Madukismo PT Madu Baru, Padokan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta - USD Repository

0 0 117