regresi
β
3
dari interaksi variabel variabel kultur lingkungan kerja uncertainty avoidance dengan jiwa kewirausahaan
adalah 0,120. Nilai signifikansi koefisien regresi
β
3
dari interaksi kultur lingkungan kerja uncertainty avoidance
dengan jiwa kewirausahaan terhadap efektivitas mengelola usaha menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang
digunakan dalam penelitian ini
ρ
= 0,417 α
= 0,05, yang artinya hasil analisis ini tidak dapat digeneralisasikan pada
populasi lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja uncertainty
avoidance terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan
dengan efektivitas mengelola usaha. Ho gagal ditolak.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha,
Pada penelitian ini untuk menguji ada tidaknya pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan
efektivitas mengelola usaha dilakukan analisis regresi dengan variabel dummy modal diperoleh persamaan sebagai berikut::
Y = 17,428 + 0,500 X
1
+ 9,255X
2
a – 0,0533 X
1
X
2
a Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
efektivitas mengelola usaha. Hal ini didukung analisis yang menunjukkan koefisien regresi variabel permodalan D dan jiwa kewirausahaan X
ternyata tid ak signifikan
ρ
= 0,597 α
= 0,05 Diduga permodalan berpengaruh terhadap hubungan antara jiwa
kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Di dalam pencapaian efektivitas mengelola usaha diduga tidak cukup denga n dimilikinya jiwa
kewirausahaan saja. Efektivitas mengelola usaha hanya akan dapat tercapai jika kondisi lingkungan kerja kondusif. Untuk mencapai kondisi
tersebut diperlukan pendanaan untuk pembiayaan setiap aspek kegiatan usaha seperti pemasaran, kegiatan manajerial, teknologi dan lain
sebagainya. Untuk membiayai kegiatan-kegiatan tersebut maka diperlukan modal sebagai sumber pendanaan. Modal dapat berasal dari modal sendiri
maupun modal asing. Dengan menambahkan modal asing terhadap modal sendiri menjadikan modal bertambah besar, dapat diduga bahwa dengan
dimilikinya modal sendiri ditambah modal asing dengan jiwa kewirausahaan yang sama, akan menghasilkan efektivitas mengelola usaha
yang lebih tinggi dari pada hanya menggunakan modal sendiri. Dari hasil uji hipotesis didapat kesimpulan bahwa tidak ada
pengaruh perrmodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivias mengelola usaha. Hal ini berarti derajat hubungan pada
kelompok responden yang hanya menggunakan modal sendiri tidak berbeda dengan kelompok responden yang menggunakan modal sendiri
dan modal asing. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hal ini bisa saja terjadi karena industri genteng merupakan usaha home industri
sehingga kurang adanya kebutuhan untuk pendanaan kegiatan usaha pada awal memulai usahanya. Kalaupun ada kebutuhan
pendanaan untuk mengembangkan usahanya akan dibiayai dengan akumulasi laba usaha yang ditambahkan pada modal.
2. Pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha,
Pada penelitian ini untuk menguji ada tidaknya pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan
efektivitas mengelola usaha dilakukan analisis regresi dengan variabel dummy pendidikan diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 15,446 + 0,516 X
1
+ 11,457X
2
a – 0,0795 X
1
X
2
a Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Hal ini didukung analisis yang menunjukkan
koefisien regresi variabel pendidikan D dan jiwa kewirausahaan X ternyata tidak signifikan
ρ
= 0,462 α
= 0,05 Diduga semakin tinggi jenjang pendidikan memperkuat derajat
hubungan jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Daya dalam jiwa kewirausahaan yang berefek pada kemampuan menciptakan
efektivitas mengelola usaha tersebut, akan lebih efektif jika didukung dengan pendidikan yang tinggi. Pendidikan mampu merangsang perasaan
intelektual dan keterampilan seseorang melalui usaha belajar dan pengalaman-pengalamannya yang didapat dari usaha belajar tersebut.
Dari hasil uji hipotesis ternyata didapat suatu kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh pend idikan terhadap hubungan antara jiwa
kewirausahaan dengan efektivias mengelola usah hal ini berarti pada kelompok responden yang berpendidikan rendah derajat hubungan antara
jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha tidak berbeda dengan kelompok responden yang berpendidikan tinggi.
Hal ini bisa saja terjadi karena usaha genteng sebagian besar pengelolanya merupakan usaha yang diwariskan turun temurun sehingga
tanpa pendidikan yang tinggi formal namun diimbangi dengan pengalaman-pengalaman belajar diluar akademik atau secara otodidak,
tetap mampu menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan meningkatkan efektivitas mengelola usaha.
3. Pengaruh kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha,
Pada penelitian ini untuk menguji ada tidaknya pengaruh kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan
efektivitas mengelola usaha dilakukan analisis regresi dengan variabel dummy kultur lingkungan kerja diperoleh persamaan sebagai berikut.
1 Power distance
Y = 27,972 + 0,412X
1
+ 0,887X
3
a + 0,03035 X
α
X
2
a Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh kultur lingkungan kerja power distance terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Hal ini
didukung analisis yang menunjukkan koefisien regresi variabel kultur lingkungan kerja power distance D dan jiwa kewirausahaan X
ternyata tidak signifikan
ρ
= 0,769 α
= 0,05 Diduga semakin rendah power distance derajat hubungan
antara jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha semakin tinggi begitu pula sebaliknya. Power distance yang rendah terdapat
hubungan antara atasan dan bawahan tanpa memandang status namun tetap dapat saling menghargai dengan peran dan tanggung jawab
masing- masing. Atasan dapat berkonsultasi kepada bawahan dan bawahan berani menyampaikan ide atau kreativitasnya sehingga
secara tidak langsung hubungan tersebut mampu menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan mampu meningkatkan efektifitas mengelo la usaha.
Dari hasil uji hipotesis ternyata didapat suatu kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja power distance
terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha, yang berarti pada kelompok responden power
distance rendah derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan
efektivitas mengelola usaha tidak berbeda dengan kelompok responden yang power distancenya tinggi.
Kemungkinan hal ini terjadi pada para responden di sentra industri genteng karena usaha dikerjakan sendiri oleh anggota
keluarga dan karyawan biasanya saudara dekat atau tetangga terdekat yang sudah akrab, sehingga jarak kekuasaan antara atasan dan
bawahannya terkadang tinggi, karena atasan selaku orang tua berusaha bersikap tegas dengan anakmya. Dan terkadang jarak kekuasaannya
rendah karena ada kedekatan antara atasan dan bawahan, karena ada hubungan kekeluargaan di dalamnya.
2 Individualism - collectivism
Y = 24,646 + 0,452X β
- 5,565X
ρ
b + 0,03844 X
2
X
2
b Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh kultur lingkungan kerja individualism - collectivism terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas
mengelola usaha. Hal ini didukung analisis yang menunjukkan koefisien regresi variabel kultur lingkungan kerja individualism vs
collectivism D dan jiwa kewirausahaan X ternyata tidak signifikan
ρ
= 0,767 α
= 0,05 Diduga adanya pengaruh budaya collectivsm dengan budaya
individualism memperkuat derajat hubungan jiwa kewirausahaan dan
efektivitas mengelola usaha. Pada kultur lingkungan kerja yang berdimensi collectivism lebih mengutamakan hak-hak dan kepentingan
perusahaan sehingga memperkuat hubungan jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha. Dalam budaya individualism lebih
mengarah pada kepentingan pribadi, cenderung menganggap perbedaan yang jelas antara kepentingan pribadi dan perusahaan,
mendorong anggota-anggotanya agar mandiri, menekankan tanggung jawab dan hak-hak pribadinya. mampu menumbuhkan kemandirian
emosional pada instansi tempat seseorang bekerja, kurang adanya kebersamaan untuk kepentingan perusahaan
Dari hasil uji hipotesis ternyata didapat suatu kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja individualism vs
collectivism terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan
efektivias mengelola usaha. hal ini berarti pada kelompok responden yang individualism derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan
dengan efektivitas mengelola usaha tidak berbeda dengan kelompok responden yang collectivism.
Para pengusaha di sentra industri genteng merupakan home industry
. Para karyawannya biasanya anggota keluarga sendiri atau tetangga dekat sehingga konflik jarang terjadi antara atasan dan
bawahan. Tempat bekerja bagi karyawannya pun seadanya. Jadi, pada prinsipnya mereka menekankan kebersamaan, namun ketika ada
anggota keluarga yang sedang tidak dapat membantu bekerja karena seuatu hal, anggota yang lainnya tetap bekerja dengan
kemandiriannya. 3
Masculinity – femininity Y = 28,500 + 0,415X
1
- 17,443X
2
c – 0,143 X
1
X
2
c Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh kultur lingkungan kerja masculinity – femininity terhadap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Hal ini didukung analisis yang menunjukkan koefisien regresi
variabrl kultur lingkungan kerja masculinity vs femininity D dan jiwa kewirausahaan X ternyata tidak signifikan
ρ
= 0,318 α
= 0,05.
Diduga adanya pengaruh kultur lingkungan kerja masculinity vs femininity
memperkuat derajat hubungan jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha. Budaya masculinity mengarah pada
asertifitas, kompensasi, prestasi dan performansi sehingga pendapatan, pengakuan, kemajuan dan tantangan dianggap penting, sehingga
mampu menciptakan daya kreativitas dan inovasi seseorang dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan untuk meningkatkan efektivitas
mengelola usahanya. Pada responden yang berasal dari kultur lingkungan kerja yang berdimensi
femininity akan
lebih mengutamakan hubungan interpersonal, keharmonisan dalam
pekerjaan sehingga membuat karyawan lebih tergantung pada kelompoknya kurang mandiri.
Dari hasil uji hipotesis ternyata didapat suatu kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja masculinity vs
femininity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan
efektivias mengelola usaha. Hal ini berarti pada kelompok responden yang masculin derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan
efektivitas mengelola usaha tidak berbeda dengan kelompok PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
responden yang feminin. Sentra industri genteng yang merupakan home industri, yang
terjadi di lapangan mereka memproduksi barang yang jenis dan kualitasnya sama, yang kemudian akan disetorkan pada pengusaha
tertentu, yang produk gentengnya sudah mempunyai “nama”. Sehingga kreativitas dan inovasi yang memimbulkan tantangan serta
keharmonisan tidak terlalu diperhatikan. 4
Uncertainty avoidance Y = 38,272 + 0,350
1
+ 16,582X
2
d + 0,120 X
1
X
2
d Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh kultur lingkungan kerja uncertainty avoidance terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola
usaha. Hal ini didukung analisis yang menunjukkan koefisien regresi variabel kultur lingkungan kerja uncertainly avoidance D dan jiwa
kewirausahaan X ternyata tidak signifikan
ρ
= 0,417 α
= 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kultur
lingkungan kerja uncertainty avoidance terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Hal ini
didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
β
3
dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel kultur lingkungan kerja uncertainty avoidance
terhadap efektivitas mengelola usaha adala h -0,0533 dan nilai probabilitas
ρ
= 0,597 lebih besar dari alpa α
= 0,05. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Diduga adanya pengaruh kultur lingkungan kerja uncertainty avoidance
memperkuat derajat hubungan jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha. Di dalam lingkungan kerja yang
uncertainly avoidance rendah cenderung jarang keluar masuk
karyawan yang biasanya disertai aturan yang jelas juga adanya ambisi karyawan di dalam bekerja untuk meningkatkan efektivitas mengelola
usahanya. Begitu pula sebaliknya. Dari hasil uji hipotesis ternyata didapat suatu kesimpulan
bahwa tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja uncertainly avoidance
terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivias mengelola usaha. Hal ini berarti pada kelompok responden
yang uncertainty avoidancenya rendah derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha tidak berbeda
dengan kelompok responden yang uncertainty avoidance tinggi. Kemungkinan yang terjadi pada responden sentra industri
genteng adalah tidak atau jarang terjadi keluar masuk karyawan karena karyawan anggota keluarga sendiri dan atasan tidak terlalu
peduli dengan kebosanan karyawan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan dengan membagikan kuesioner kepada responden, yang merupakan pengelola industri
genteng di desa Berjo Godean Yogyakarta, maka dari data tersebut dapat diambil kesimpulan secara umum adalah sebagai berikut :
1. Tidak ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan efektivitas mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil
perhitungan koefisien regresi
3
β sebesar - 0,0533. dengan signifikansi
koefisien regresi
ρ
= 0,597. 2. Tidak ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa
kewirausahaan efektivitas mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan koefisien regresi
3
β sebesar - 0,0795. dengan signifikansi
koefisien regresi
ρ
= 0,462. 3. Kultur lingkungan kerja
a Power distance
Tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja power distance terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan efektivitas mengelola usaha. Hal
ini didukung oleh hasil perhitungan koefisien regresi
3
β sebesar
0,03035. dengan signifikansi koefisien regresi
ρ
= 0,769. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI