Gaya manajemen konflik pada kepala ruangan Rumah Sakit.

terhadap orang lain. Compromising merupakan titik temu antara kedua dimensi, yaitu posisi tengah dimana suatu pihak memiliki fokus pada level menengah pada diri sendiri dan orang lain. Dimensi problem solving merupakan dimensi yang tepat digunakan untuk menangani konflik yang strategis dalam rangkan peningkatan pembelajaran dan efektifitas organisasi. Dimensi bargaining merupakan dimensi yang tepat untuk menangani konflik yang bersifat taktis atau konflik yang rutin terjadi setiap hari.

2.1.4. Gaya manajemen konflik pada kepala ruangan Rumah Sakit.

Gaya manajemen konflik dapat didefinisikan menjadi beberapa sinonim sesuai dengan penulisnya, akan tetapi konsep yang mendasarinya tetap sama. Kelima gaya manajemen konflik bersama sinonimnya antara lain integrating collaborating, obliging accommodating, dominating competing, avoiding dan compromising Rahim, 2002; Thomas Kilmann, 2001. Penelitian yang dilakukan pada para dekan pendidikan tinggi keperawatan di negara bagian Amerika Serikat 43 dari 45 negara bagian menunjukkan bahwa gaya manajemen konflik pada rentang skor 0-12 yang paling sering digunakan adalah compromising dengan rata-rata 7,7, kemudian secara berturut-turut colaborating 6,8, avoiding 6,5, accommodating 4,7, dan competing 3,6. Menurut hasil penelitian ini para dekan tidak memiliki Universitas Sumatera Utara persepsi yang berbeda dalam menggunakan gaya manajemen konflik dalam menghadapi berbagai jenis konflik Woodtli, 1987. Gaya manajemen konflik yang paling sering dilakukan oleh perawat profesional registered nurse di Thailand secara berturut-turut adalah accommodating 41,2, compromising 29,2, avoiding 19,5, collaborating 6,9, dan competing 3,2. Secara umum, konflik yang dialami oleh para perawat profesional ini berada pada level moderat Kunaviktikul, Nuntasupawat, Srisuphan, 2000. Perawat manajer di Oman lebih banyak memilih gaya integrating dalam penanganan konflik, kemudian disusul oleh gaya compromising, obliging, dominating, dan avoiding. Hasil penelitian ini menemukan bahwa beberapa karakteristik demografi seperti kewarganegaraan, level manajer, senioritas, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan gaya manajemen konflik Al-Hamdan et al., 2011. Hasil penelitian pada perawat manajer di Israel ditemukan bahwa gaya manajemen konflik yang paling sering digunakan pada rentang skor 0-12 adalah compromising dengan rata-rata 7,30. Selanjutnya diikuti oleh collaborating 6,04, competing 5,80, avoiding 5,70, dan accommodating 4,00. Pada penelitian ini kebanyakan karaktersitik demografi seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, ukuran bangsal, jenis ruang rawat, dan kewarganegaraan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan gaya manajemen konflik. Karakteristik demografi yang Universitas Sumatera Utara berpengaruh secara signifikan adalah lamanya menduduki jabatan, makin lama menduduki suatu jabatan maka makin sering dia menggunakan gaya collaborating Hendel et al., 2005. Hasil penelitian di salah satu rumah sakit Amerika Serikat menunjukkan bahwa pemilihan gaya manajemen konflik antara perawat pelaksana dengan perawat manajer tidak berbeda secara signifikan. Gaya manajemen konflik pada perawat manajer secara berturut-turut pada rentang skor 0-12 adalah avoiding dengan rata-rata 7,24, dan selanjutnya secara berurutan adalah compromising 7,23, accommodating 6,13, collaborating 6,00, dan competing 3,30. Sedangkan gaya penangan konflik yang dilakukan oleh perawat pelaksana adalah avoiding 8,17, compromising 6,75, accommodating 6,78, collaborating 5,05, dan competing dengan rata-rata 3,17 Cavanagh, 1991. Hasil penelitian yang dilakukan pada 97 perawat profesional wanita pada fasilitas pelayanan kesehatan di Mississippi Amerika Serikat didapatkan data bahwa gaya manajemen konflik yang paling sering digunakan pada rentang skor 0-12 secara berturut-turut adalah compromising dengan rata-rata 6,94, avoiding 6,84, accommodating 6,80, collaborating 5,39, dan competing 4,02 Whitworth, 2008. Penelitian di Siprus menemukan bahwa perawat di Rumah Sakit lebih sering menggunakan gaya avoiding Pavlakis et al., 2011. Universitas Sumatera Utara

2.1.5. Teori keperawatan terkait gaya manajemen konflik