Teori keperawatan terkait gaya manajemen konflik

2.1.5. Teori keperawatan terkait gaya manajemen konflik

Behavioral System Model dikembangkan oleh Dorothy E. Jhonson dengan cara memanfaatkan hasil kerja ilmuan psikologi, sosiologi dan etnologi. Johnson menyatakan, ”A system is a whole that functions as a whole by virtue of the interpedence of it’s part” sistem merupakan keseluruhan yang berfungsi atas dasar ketergantungan diantara bagian-bagiannya Brown, Conner, Harbour, Magers, Watt, 1998. Model sistem perilaku mencakup pola, perulangan dan cara-cara bersikap dengan maksud tertentu. Cara-cara bersikap ini membentuk unit fungsi menjadi teroraganisasi dan terintegrasi antara seseorang dengan lingkunganya serta menciptakan hubungan seseorang dengan objek, peristiwa dan situasi dengan lingkunganya. Manusia sebagai sistem perilaku berusaha untuk mencapai stabilitas dan keseimbangan dengan cara mengatur dan beradaptasi Brown et al., 1998. Karena sistem perilaku memiliki banyak tugas untuk dikerjakan, bagian- bagian sistem berubah menjadi subsistem-subsistem dengan tugas tertentu. Suatu subsistem merupakan sistem kecil dengan tujuan khusus sendiri. Ada tujuh subsistem yang diidentifikasi oleh Johnson bersifat terbuka, terhubung dan saling berkaitan interealated. Subsistem-subsistem ini akan berubah secara terus- menerus karena adanya pengaruh faktor kedewasaan, pengalaman dan pembelajaran. Subsistem ini dikontrol oleh faktor biologis, psikologi dan sosiologi. Ketujuh subsistem yang terdapat dalam Behavioral System Model serta Universitas Sumatera Utara penjelasannya adalah attachment-affiliative, dependency, ingestive, eliminative, sexual, achievement dan aggressive Brown et al., 1998: 1. Subsitem attachment-affiliative Subsistem attachement-afiliative mungkin merupakan yang paling kritis, karena subsistem ini membentuk landasan untuk semua organisasi sosial. Pada tingkatan umum, hal itu memberikan kelangsungan survival dan keamanan security. Sebagai konsekuensinya adalah inklusi sosial, kedekatan intimacy dan susunan serta pemeliharaan ikatan sosial yang kuat. 2. Subsistem dependency Dalam hal paling luas, subsistem dependency meningkatkan perilaku menolong untuk pengasuhan. Konsukuensinya adalah bantuan persetujuan, bantuan perhatian, dan bantuan fisik. 3. Subsistem ingestive Subsistem ingestion berkaitan dengan kapan, bagaimana, apa, berapa banyak dan dengan kondisi apa kita makan. Respon-respon ini ada hubungannya dengan pertimbangan sosial, psikologis, dan biologis. 4. Subsistem eliminative Subsistem eliminative berkaitan dengan kapan, bagaimana, apa, berapa banyak dan dengan kondisi apa kita melakukan eliminasi. Respon-respon ini ada hubungannya dengan pertimbangan sosial, psikologis, dan biologis. 5. Subsistem sexual Subsistem seksual memiliki fungsi ganda yakni hasil procreation dan kepuasan gratification. Termasuk juga courting dan mating, sistem respon ini dimulai Universitas Sumatera Utara dengan perkembangan identitas jenis kelamin dan termasuk dalam cakupan yang luas perilaku-perilaku berdasarkan prinsip jenis kelamin. 6. Subsistem aggressive Subsistem agresif berfungsi sebagai perlindungan protection dan pemeliharaan preservation. Subsistem ini menyatakan bahwa perilaku agresif tidak hanya didapat dari pembelajaran tapi merupakan suatu tujuan. 7. Subsistem achievement Subsistem achievement berusaha memanipulasi lingkungan. Fungsinya mengontrol atau menguasai aspek pribadi atau lingkungan pada standar tertentu. Area perilaku achievement antara lain keterampilan intelektual, fisik, kreatifitas, mekanik, dan sosial. Berdasarkan subsistem tersebut di atas, maka akan terbentuk sebuah sistem perilaku individu, sehingga Johnson memiliki pandangan bahwa keperawatan dalam mengatasi suatu permasalahan harus dapat berfungsi sebagai pengatur agar dapat menyeimbangkan sistem perilaku tersebut Brown et al., 1998. 2.2. Karakteristik Demografi 2.2.1. Umur