4.4. Pembahasan 4.3.1 Evaluasi Human Capital, Structural Capital, dan Relational Capital
terhadap Intellectual Capital Statement.
Dari frekuensi jawaban setuju dan hasil uji validitas pada table 4.9 diatas, dapat dilihat bahwa angka frekuensi menunjukkan persepsi responden saat
penelitian dan angka faktor loading menunjukkan apa yang seharusnya dilakukan kedepan. Jika angka frekuansi sama besarnya dengan faktor loading berarti
kedepan indikator angka terbesar lebih diintesifkan. Apabila sebaliknya maka ke depan indikator faktor loading terbesar menjadi tumpuan perubahan kebijakan
organisasi.
Tabel 4.14. Frekuensi Faktor Loading Human Capital
Indikator Frekuensi
Faktor loading
X
11
Knowledge 54
0,526 X
12
Skill
43 0,404
X
13
Motivasi
34
0,722
Sumber : Data diolah
Dari tabel dapat diketahui bahwa indicator dari Human Capital yang memiliki frekuensi dominan adalah X
1.1
Knowledge sebesar 54, sedangkan bila dilihat dari hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa factor loading tertinggi
berada pada X
1.3
sebesar 0,722. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat penelitian persepsi responden lebih memperhatikan knowledge atau pengetahuan daripada
indikator yang lain dalam proses evaluasi Intellectual Capital Statement Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya, sedangkan kedepan motivasi dalam
mengevaluasi Intellectual Capital Statement perlu Lebih ditingkatkan agar tujuan dari universitas dapat tercapai secara optimal
.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 4.15. Frekuensi Faktor Loading Structural Capital
Indikator Frekuensi
Faktor loading
X
2.1
Kebebasan Akademis
45
0,517 X
2.2
Sistem Pengajaran
30
0,704 X
2.3
Research
38 0,696
Sumber : Data diolah
Dari tabel dapat diketahui bahwa indicator dari Structural Capital yang memiliki frekuensi dominan adalah X
2.1
Kebebasan Akademis sebesar 45, sedangkan bila dilihat dari hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa factor
loading tertinggi berada pada X
2.2
sebesar 0,704. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat penelitian persepsi responden lebih memperhatikan kebebasan akademis
daripada indikator yang lain dalam proses evaluasi Intellectual Capital Statement Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya.
Sedangkan kedepan sistem pengajaran dalam mengevaluasi Intellectual Capital Statement perlu Lebih ditingkatkan agar tujuan dari universitas dapat
tercapai secara optimal. Tabel 4.16. Frekuensi Faktor Loading Relational Capital
Indikator Frekuensi
Faktor loading
X
3.1
Relasi dengan konsumen
33
0,704 X
3.2
Relasi dengan rekan kerja
44 0,581
X
3.3
Relasi antar konsumen
49
0,451
Sumber : Data diolah
Dari tabel dapat diketahui bahwa indicator dari Relational Capital yang memiliki frekuensi dominan adalah X
3.3
Relasi Antar Konsumen dalam hal ini adalah hubungan antar mahasiswa sebesar 49, sedangkan bila dilihat dari hasil
pengolahan data dapat diketahui bahwa factor loading tertinggi berada pada X
3.1
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
sebesar 0,704. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat penelitian persepsi responden lebih memperhatikan Relasi antar konsumen dari pada indikator yang
lain dalam proses evaluasi Intellectual Capital Statement Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya, sedangkan kedepan Relasi dengan konsumen dalam mengevaluasi
Intellectual Capital Statement perlu Lebih ditingkatkan agar tujuan dari universitas dapat tercapai secara optimal.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa Human Capital, Structural Capital, dan Relational Capital dapat mengevaluasi
Intellectual Capital Statement, dapat diterima karena Probabilitasnya 0,000 ≤ 0,10
[signifikan [positif].
Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini sesuai dengan teori-teori dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh
Henny kusuma dewi, Fitria Meicelin Soplanot tahun 2009 dengan judul Analisis Intellectual Capital Statement Dari Perguruan Tinggi. Analisis Intellectual Capital
Statement ICS adalah untuk mengetahui kekayaan intelektual sebuah organisasi dalam hal ini yaitu universitas.
Hal ini dilakukan agar universitas dapat tetap mempertahankan eksistensinya. Pada penelitian ini dilakukan analisis untuk mengetahui variabel
kritis ICS universitas antara lain yaitu Human Capital, Structural Capital, Relational Capital.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Intellectual Capital merupakan aset maya suatu organisasi yang dapat digunakan untuk menciptakan nilai bagi organisasi melalui kombinasi antara
human capital, structural capital, dan relational capital. Konsep Intellectual capital dari Ulrich, Tjakraatmadja, dan Stewart hanya berfokus pada dimensi
human capital dan belum memasukkan dimensi structural capital. Kompetensi dan komitmen pada konsep intellectual capital dari Ulriach dan Burr Girardi
masuk dalam human capital karena kompetensi dan komitmen itu ada dan melekat pada dosen itu sendiri.
Menurut konsep intellectual capital dari Burr and Girardi 2002: 77 karena kompetensi dan komitmen yang ada pada dosen akan mampu menciptakan nilai
bagi organisasi apabila didukung dengan pemberian pengendalian pekerjaan atau otonomi kerja yang memadai kepada pegawai.
Human Capital Theory dikembangkan oleh Becker 1964 yang mengemukakan bahwa investasi dalam pelatihan dan untuk meningkatkan human
capital adalah penting sebagai suatu investasi dari bentuk-bentuk modal lainnya. Tindakan strategis membutuhkan seperangkat sumber daya fisik, keuangan,
human atau organisasional khusus, sehingga keunggulan kompetitif ditentukan oleh kemampuannya untuk memperoleh dan mempertahankan sumber daya
Wernerfelt, 1984. Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah
sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Human capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-
orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan
pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Brinker 2000 memberikan beberapa karakteristik dasar yang dapat diukur dari modal ini, yaitu training
programs, credential, experience, competence, recruitment, mentoring, learning programs, individual potential and personality.
Menurut Bontis 2004 human capital adalah kombinasi dari pengetahuan, skill, kemampuan melakukan inovasi dan kemampuan menyelesaikan tugas,
meliputi nilai perusahaan, kultur dan filsafatnya. Jika perusahaan atau organisasi berhasil dalam mengelola pengetahuan karyawannya, maka hal itu dapat
meningkatkan human capital. Sehingga human capital merupakan kekayaan yang dimiliki oleh suatu organisasi yang terdapat dalam tiap individu yang ada di
dalamnya. Human capital ini yang nantinya akan mendukung modal intelektual yang ada di dalam perusahaan atau organisasi.
Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung
usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan.
Menurut Nashih 2005, structural capital atau organizational capital adalah kekayaan potensial perusahaan yang tersimpan dalam organisasi dan
manajemen perusahaan. Structural capital merupakan infrastruktur pendukung dari human capital sebagai sarana dan prasarana pendukung kinerja karyawan.
Sehingga walaupun karyawan memiliki pengetahuan yang tinggi namun bila tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, maka kemampuan karyawan
tersebut tidak akan menghasilkan modal intelektual. Dengan kata lain modal intelektual juga harus didukung akan adanya sarana dan prasarana yang termasuk
bagian dari structural capital agar tercapai tujuan organisasi secara optimal.
Relational capital merupakan asset tidak berwujut yang membangun dan mengatur hubungan baik dengan customer, karyawan, pemerintah, stakeholder, dan
competitor lainnya serta dengan mitra kerja yang dapat muncul dari bagian di luar universitas untuk mendukung universitas
Menurut Sawarjuwono dan Agustine 2003 elemen customer capital atau Relational Capital merupakan komponen modal intelektual yang memberikan
nilai secara nyata. Relational Capital membahas mengenai hubungan perusahaan dengan pihak di luar perusahaan seperti pemerintah, pasar, pemasok dan
pelanggan, bagaimana loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Relational Capital juga dapat diartikan kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi
kebutuhan dan keinginan pasar sehingga menghasilkan hubungan baik dengan pihak luar.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dalam Perguruan Tinggi relational capital sangat dibutuhkan baik dengan pihak luar seperti dengan Perguruan Tinggi lain atau dengan perusahaan untuk
menampung output dari perguruan tinggi tersebut. Selain dengan pihak luar Relational Capital di perguruan tinggi juga dapat digambarkan dengan hubungan
antar dosen yang ada di dalam perguruan tinggi, hubungan antar mahasiswa dalam perguruan tinggi sehingga dapat menghasilkan suatu kerja sama yang akhirnya
dapat meningkatkan modal intelektual perguruan tinggi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis SEM untuk mengevaluasi dimensi-dimensi dari Intellectual Capital Statement pada Perguruan
Tinggi Negeri di Surabaya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Human Capital, Structural Capital, dan Relational Capital dapat mengevaluasi Intellectaul
Capital Statement pada Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya. Berarti setiap dimensi yang ada di dalam Intellectual Capital Statement mempunyai tugas dan
peranan masing-masing yang sangat berarti untuk mengevaluasi Intellectual Capital Statement sehingga dapat meningkatkan kualitas secara umum dan tujuan
dari Universitas dapat tercapai dengan optimal.
5.2 Saran
Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan atau dimanfaatkan sebagai bahan dalam
mengembangkan Intellectual Capital Statement yang ada di Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya, antara lain adalah :
1. Motivasi, Dalam meningkatkan kinerja suatu organisasi motivasi
sangat perlu diperhatikan, begitu juga dalam mengembangkan dan mengevaluasi Intellectual Capital Statement motivasi sangat
diperlukan. Dalam Intellectual capital Statement motivasi seorang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.