ANALISIS INTELLECTUAL CAPITAL STATEMENT PADA PERGURUAN TINGGI NEGERI DI SURABAYA.

(1)

SKRIPSI

ANALISIS INTELLECTUAL CAPITAL

STATEMENT PADA PERGURUAN TINGGI

NEGERI DI SURABAYA

(Studi pada mahasiswa perguruan tinggi negeri di Surabaya)

Yang diajukan

Indra Wirawan 0812010189 / FE /EM

Dsetujui untuk ujian skripsi oleh :

Pembimbing Utama

Drs.Ec.Gendut Sukarno,Ms Tanggal : ………..

NIP. 195907011987031001

Mengetahui

Wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

Drs. Rahman Amrullah Suwaidi, Ms


(2)

ANALISIS INTELLECTUAL CAPITAL

STATEMENT PADA PERGURUAN TINGGI

NEGERI DI SURABAYA

(Studi pada mahasiswa perguruan tinggi negeri di Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Oleh: Indra Wirawan 0812010189 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(3)

Kata Pengantar

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta HidayahNya , sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Intellectual capital Statement Pada Perguruan Tinggi Negeri Di Surabaya”.

Menyadari bahwa sepenuhnya penelitian ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bpk Prof.Dr.Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bpk Dr. Dhani Ichsanuddin N, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi UPN “Veteran”Jatim

3. Bpk Dr.Muhadjir Anwar,MM selaku ketua program jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jatim.

4. Bpk Drs.Ec. Gendut Sukarno,Ms selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan meluangkan waktu guna membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh dosen di Fakultas Ekonomi UPN “Veteran “ Jatim yang telah memberikan

ilmunya.

6. Bapak, ibu, dan keluarga serta teman-teman yang telah ikhlas memberikan doa dan restunya kepada penulis.

7. Seluruh keluarga besar kosagrah setiawan yang selalu memberi dukungan dan semangat kepada penulis.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempuna , oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati demi kesempurnaan skripsi ini.

Surabaya,20 maret 2012


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 15

1.3 Tujuan Penelitian ... 16

1.4 Manfaat Penelitian ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 17

2.2 Landasan Teori... 20

2.2.1 Pengertian Manajemen Sumberdaya manusia ... 20

2.2.6 Intellectual Capital ... ... 28

2.2.7 Human Capital ... 31

2.2.7.1. Knowledge ... 34

2.2.7.2. Slill ... 35

2..2.7.3 Motivasi ... 37

2.2.8 Structural Capital ... 39

2.2.8.1. kebebasan akademik ... 40

2.2.8.2 Sistim Pengajaran... 44


(5)

2.3 Hubungan Antar Variabel ... 50

2.3.1. Human Capitala sebagai pembentuk ICS... 50

2.3.2. Structural Capital sebagai pembentuk ICS ... 51

2.3.3 Relational Capital sebagai pembentuk ICS... 52

2.4. Kerangka Konseptual ... 53

2.5. Hipotesis... 55

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 56

3.1.2. Pengukuran Variabel... 59

3.2 Populasi dan Sampel ... 60

3.3 Jenis dan Sumber data... 61

3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 62

3.5.1 Teknik Analisis ... ... 62

3.5.2. Outliers ... 63

3.5.3. Evaluasi atas Outlier... 64

3.5.4. Uji Hipotesis ... 64

3.5.5. Uji validitas... 65

3.5.6. Uji reliabilitas ... 65

3.5.7. Uji normalitas... 65

3.5.8. Uji Multicolliniery dan Singularity ... 66

3.5.9. Pengujian Model denagan Two Step Approach ... 66

3.5.10. Evaluasi Model ... 67

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Objek Penelitian ... 72

4.1.1 Profil Universitas Negeri Surabaya ... 72

4.1.2 Profil Universitas Airlangga ... 74

4.1.3 Profil IAIN Sunan Ampel... 76


(6)

4.2. Analisis Karakteristik Responden ... 79

4.2.2 Deskripsi Human Capital... 81

4.2.3 Deskripsi Structural Capital... 83

4.2.4 Deskripsi Relational Capital ... ... 84

4.3 Analisis Data ... 85

4.3.1 Evaluasi Outlier ... 85

4.3.2 Evaluasi Reliabilitas ... 87

4.3.3 Evaluasi Validitas ... 88

4.3.4 Evaluasi Construct Reliability Dan Variance Extracted ... 89

4.3.5 Evaluasi Normalitas ... 90

4.3.6 Analisis Model SEM ... 91

4.4 Pembahasan... 95

4.4.1 Evaluasi Human Capital, Structural Capital, Relational Capital terhadap Intellectual Capital Statement ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 102

5.2 Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Data Jumlah Staff Pengajar Berdasar Pendidikan ... 13

Tabel 1.2 Data Jumlah Penelitian Dosen ... 14

Tabel 1.3 Top Brand Index PT.sari Ayu Martha Tilaar Tahun 2011 ... 6

Tabel 3.1 Goodness of Fit Indices ... 68

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan Perguruan Tinggi ... 80

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan jenis kelamin ... 80

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan usia ... 81

Tabel 4.4 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Human Capital ... 81

Tabel 4.5 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Structural Capital ... 83

Tabel 4.6 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Relational capital ... 84

Tabel 4.7 Outlier Data ... 86

Tabel 4.8 Reliabilitas Data ... 87

Tabel 4.9 Validitas Data ... 88

Tabel 4.10 Construct Reliability dan Variance Extracted ... 89

Tabel 4.11 Normalitas Data ... 90

Tabel 4.12 Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices Model One-Step Approach - Base Model ... 92

Tabel 4.13 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step Approach – Modifikasi ... 93

Tabel 4.14 Frekuensi dan faktor loading Human Capital ... 95

Tabel 4.15 Frekuensi dan faktor loading structural capital ... 96


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Structural modal ICS... 8 Gambat 2 Structural modal ICS... 30


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner

Lampiran 2 : Tabulasi Jawaban Responden Lampiran 3 : Hasil Uji Outlier

Lampiran 4 : Hasil Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas Lampiran 5 : Hasil Uji Structural Equation Modelling (SEM)


(10)

ANALISIS INTELLECTUAL CAPITAL

STATEMENT PADA PERGURUAN TINGGI

NEGERI DI SURABAYA

(Studi pada mahasiswa perguruan tinggi negeri di Surabaya)

Oleh : Indra Wirawan

ABSTRAKSI

Persaingan global tidak saja terjadi di dunia industri dan perdagangan, tapi juga berlaku bagi dunia pendidikan. Tantangan bagi Perguruan Tinggi di Indonesia adalah tingkat persaingan yang makin tinggi baik antar Perguruan Tinggi lokal maupun Perguruan Tinggi Asing. Para penyelenggara Pendidikan dan pemakai lulusan yang tidak hanya menuntut lulusan berpengetahuan tetapi juga berketrampilan berkompetensi. Sebuah perguruan tinggi tidak lepas dari pemberlakuan dan penyempurnaan parangkat-perangkat intern.

Perguruan tinggi adalah tempat yang diharapkan dapat mencetak kader-kader pemimpin bangsa di masa mendatang sehingga dianggap dapat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan negara itu sendiri. Alumni perguruan tinggi yang baik diharapkan tanggap akan permasalahan yang terjadi di masyarakat atau lingkungannya dan diharapkan dapat berani tampil untuk memberi solusinya.

Surabaya memiliki Lebih dari 80 perguruan tinggi, Dari sekian banyak perguruan tinggi yang ada di Surabaya hanya terdapat empat perguruan tinggi yeng berstatus negeri, yaitu Universitas Airlangga, Universitas Negeri Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel. Keempat perguruan Tinggi negeri tersebet mempunyai spesifikasi dan kelebihan tersendiri, seperti Universitas Negeri Surabaya, Perguruan Tinggi ini ini merupakan Perguruan Tinggi yang mengutamakan program kependidikan, meskipun ada program lain non kependidikan. IAIN Sunan Ampel mempunyai karakteristik yang di dalam program pendidikannya mengutamakan program Islamic Studies,dan kriteria-kriteria lain pada perguruan tinggi negeri disurabaya.

Tujuan dari dari analisis Intellectual Capital Statement (ICS) adalah untuk mengetahui kekayaan intellectual sebuah organisasi, dalam hal ini adalah universitas. Hal ini dilakukan agar universitas tetap dapat mempertahankan eksistensinya. Pada penelitian ini dilakukan analisis untuk mengetahui variabel kritis ICS Universitas, yaitu Human Capital¸Streuctural Capital dan Relational Capital dapat mengevaluasi Intellectual Capital Statement pada perguruan tinggi negeri yang ada di Surabaya.

Penentuan sampel dilakukan berdasarkan konsep nonprobability sampling yaitu dengan purposive sampling. Pada konsep ini penulis menentukan kriteria responden yaitu anggota Himpunan mahasiswa, BEM atau organisasi mahasiswa yang ada di dalam setiap perguruan tinggi negeri di Surabaya.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa faktor Human Capital, Structural Capital, Relational capital Unidimensi dapat mengevaluasi Intellectual Capital Statement atau signifikan positif.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses Globalisasi yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, menuntut dihormatinya norma dan nilai yang secara universal diterima oleh masyarakat dunia. Hanya dengan menerima dan menghormati nilai dan norma universal tersebut kita akan menjadi masyarakat madani dan dapat diterima sebagai anggaran masyarakat global.

Persaingan global tidak saja terjadi di dunia industri dan perdagangan, tapi juga berlaku bagi dunia pendidikan. Tantangan bagi Perguruan Tinggi di Indonesia adalah tingkat persaingan yang makin tinggi baik antar Perguruan Tinggi lokal maupun Perguruan Tinggi Asing. Para penyelenggara Pendidikan dan pemakai lulusan yang tidak hanya menuntut lulusan berpengetahuan tetapi juga berketrampilan berkompetensi. Sebuah perguruan tinggi tidak lepas dari pemberlakuan dan penyempurnaan parangkat-perangkat intern.

Sistem manajemen perguruan tinggi yang diperlukan juga harus memperhatikan perkembangan globalisasi di atas, sehingga tuntutan akan standar mutu proses yang bersifat internasional harus menjadi perhatian pimpinan perguruan tinggi.

Kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan perguruan tinggi sudah dirasakan perlu menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang modern dan berorientasi pada mutu untuk memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan


(12)

pendidikan dan sekaligus sebagai antisipasi perkembangan lembaga. yang semakin besar, antisipasi perkembangan globalisasi, dan menyiapkan diri ke gerbang persaingan internasional. Dengan demikian keunggulan untuk mendapatkan sebuah pengakuan internasional terhadap mutu proses sebuah perguruan tinggi menjadi penting. Untuk menghadapi pembaharuan dan transforrnasi global, semua pihak yang terkait dalam pendidikan harus berubah menuju "Learning organization" melalui dukungan dua faktor mendasar yaitu (1) pimpinan pendidikan (Educational Leaders) sebagai pemegang komando dan pengendali, perannya berubah dari macho menjadi maestro dan dari autorruts menjadi coaches dan (2) kemampuan melaksanakan "Self Adjusting Participa-tion" yang harus dikuasai oleh semua anggota organisasi. Masih Banyak anggota sebuah organisasi perguruan tinggi yang belum menyadari fungí keberadaan masing-masing.

Dosen merupakan aset utama suatu institusi pendidikan tinggi, oleh karena itu pentingnya pemahaman modal intelektual: kompetensi, komitmen dan pengendalian pekerjaan bagi para dosen sehingga terbentuk kesiner-gisan, yang pada akhirnya dapat menciptakan kualitas lulusan yang mampu bersaing di pasar tenaga kerja sesuai harapan user.

Menyadari akan kelemahan di bidang mutu pendidikan, pemerintah melakukan berbagai upaya, antara lain menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Ditetapkannya Peraturan Pemerintah tersebut, bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam


(13)

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Untuk menjamin mutu tersebut, ditetapkan lingkup Standar Nasional Pendidikan yang meliputi: (1) Standar isi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kom-petensi mata pelajaran, dan silabus pem-belajaran yang harus dipenuhi oleh pe-serta didik pada jenjang dan jenis pendidi-kan tertentu. (2) standar proses terkait dengan pelaksanaan pembelajaran pada suatu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Dalam netapkan standar ini perlu diperhatikan iklim kelas, kondisi peserta didik dan me-todologi yang tepat. (3) Standar kompe-tensi lulusan yang berkualitas serta mampu menghadapi tuntutan perubahan dan tantangan masa depan. Kompetensi lulusan ini disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional (4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan, terkait dengan kriteria pendidikan prajabatan dan kelaya-kan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Dalam standar ini diper-hatikan pula kualitas dan kualifikasi tenaga. (5) Standar sarana dan prasarana yang terkait dengan kriteria minimal ten-tang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, labora-torium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, terma-suk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. (6) Standar pengelolaan, ter-kait dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabu-paten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penye-lenggaraan pendidikan. (7)


(14)

Standar pem-biayaan pendidikan yang mengatur kom-ponen dan besarnya biaya opersi satuan pendidikan yang berlaku selama satu ta-hun. (8) Standar penilaian pendidikan yang terkait dengan standar mekanisme, prosedur dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik.

Perguruan tinggi adalah tempat yang diharapkan dapat mencetak kader-kader pemimpin bangsa di masa mendatang sehingga dianggap dapat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan negara itu sendiri. Alumni perguruan tinggi yang baik diharapkan tanggap akan permasalahan yang terjadi di masyarakat atau lingkungannya dan diharapkan dapat berani tampil untuk memberi solusinya.

Adanya suatu perguruan tinggi yang baik di suatu tempat (negara / daerah) bahkan kadang-kadang dapat dijadikan indikasi bahwa masyarakat di daerah tersebut juga baik adanya. Lihat saja kota-kota di Indonesia yang mempunyai perguruan tinggi yang terkenal maka masyarakat disekitarnya juga relatif akan dipengaruhi. Lihat saja kota-kota berikut Depok (Universitas Indonesia), Bandung (Institut Teknologi Bandung atau Unpad), Yogyakarta (Universitas Gadjahmada), Surabaya (ITS, Unair) dan lain sebagainya.

Tetapi berbicara tentang perguruan tinggi, maka keberadaannya tidak bisa dilepaskan dari keberadaan dan peran dosen-dosen di dalamnya. Karena bagaimanapun juga kepada merekalah maka kinerja perguruan tinggi dapat diharapkan.


(15)

Berbeda dengan sekolah dasar dan menengah yang lebih banyak difokuskan kepada proses belajar dan mengajar, dan mempersiapkan murid untuk bisa naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Maka di perguruan tinggi karena dianggap sebagai jenjang tertinggi suatu proses pendidikan, maka selain diutamakan pada proses belajar – mengajar dan menyemaikan ilmu, tetapi juga kepada pencarian dan pengembangan ilmu sendiri, yang mana dengan bekal ilmu dan pengetahuan tersebut diharapkan dapat dijadikan alat untuk mendapatkan solusi permasalahan bagi masyarakat.

Dalam proses pencarian dan pengembangan ilmu sendiri, maka dosen juga dituntut untuk melakukan penelitian dan mempublikasikan hasil penelitiannya, kecuali itu juga mampu berinteraksi dengan masyarakat dengan kompetensi yang dimilikinya. Itulah esensi tri dharma perguruan tinggi.

Pemahaman seperti yang diuraikan di atas, saat ini juga telah disepakati oleh pemerintah, yaitu memandang penting profesi dosen sehingga bahkan diberikan suatu pengakuan khusus dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomer 37 Tahun 2009 tentang Dosen. Lihat pasal 1 ayat 1:Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.


(16)

Sebagaimana profesi lain yang diakui keberadaannya, misalnya profesi dokter, maka agar dapat disebut pendidik profesional maka diperlukan proses sertifikasi. Ini bahkan telah menjadi persyaratan utama yang diminta pemerintah sebagaimana tercantum pada pasal 2. Dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Jadi di jaman sekarang ini, memiliki gelar akademik saja tidak mencukupi agar dapat disebut dosen profesional.

Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Selain itu Surabaya juga merupakan kota yang dipenuhi oleh mahasiswa, yang artinya di Kota Surabaya ini memiliki banyak sekali perguruan Tinggi. Perguruan tinggi tersebut ada yang berstatus negeri dan ada pula yang berstatus Swasta. Ada beberapa perguruan Tinggi baik swasta maupun negeri di Surabaya yang menempati peringkat 10 besar Perguruan Tinggi terbaik di Indonesia,seperti Universitas Airlangga, UK Petra, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Ketiga perguruan Tinggi tersebut merupuakan Perguruan Tinggi unggulan, tidak hanya di tingkat nasional tapi juga ditingkat Internasional. Meskipun demikian, bukan berarti perguruan tinggi lain yang ada di Surabaya tidak baik, banyak Perguruan Tinggi yang ada di Surabaya yang memiliki kualiatas yang tidak kalah baik dengan Perguruan Tinggi di atas.


(17)

Seperti contoh Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Perguruan Tinggi yang satu ini tidak kalah dengan Perguruan Tinggi lain yang menjadi Perguruan Tinggi unggulan karena UPN “Veteran “ Jawa timur mempunyai banyak fasilitas yang sangat memadai dan baru-baru ini mendapat penghargaan sebagai 5 besar Perguruan Tinggi Swasta terbaik Jawa Timur.

Surabaya memiliki Lebih dari 80 perguruan tinggi, Dari sekian banyak perguruan tinggi yang ada di Surabaya hanya terdapat empat perguruan tinggi yeng berstatus negeri, yaitu Universitas Airlangga, Universitas Negeri Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel. Keempat perguruan Tinggi negeri tersebet mempunyai spesifikasi dan kelebihan tersendiri, seperti Universitas Negeri Surabaya, Perguruan Tinggi ini ini merupakan Perguruan Tinggi yang mengutamakan program kependidikan, meskipun ada program lain non kependidikan. IAIN Sunan Ampel mempunyai karakteristik yang di dalam program pendidikannya mengutamakan program Islamic Studies,dan kriteria-kriteria lain pada perguruan tinggi negeri disurabaya.

Dari beberapa perguruan tinggi yang ada di Surabaya, empat perguruan tinggi negeri itu yang akan menjadi obyek penelitian dengan mengangkat tema “Analisis Intellectual Capital Statement Terhadap perguruan Tinggi Negeri di Surabaya”.

Pada InCas (2008), diketahui bahwa ICS merupakan strategi manajemen yang digunakan untuk menilai dan mengembangkan Intelectual capital (IC) yang ada dalam sebuah organisasi ,di dalam hal ini adalah universitas. ICS merupakan bagian


(18)

dari rangkaian bisnis prosesyang ada di universitas guna mencapai tujuan dari universitas.

Gambar 1 Structural modal ICS

Sumber : InCas (2008) Intellectual Capital Statement made in Europe.

Pada gambar 1 terlihat bahwa Bisnis Proses (BP) merupakan rantai kegiatan dalam organisasi . BP menggambarkan interaksi dari Human Capital, Structural

capital, Relational Capital. Sedangkan Business Succes (BS) merupakan hasil atau


(19)

ICS terdiri dari 3 elemen utama yaitu Human Capital (HC) , Structural Capital

(SC), Relational Capital (RC) (dalam Tjiptohadi,2003).

Human Capital merupakan kemampuan seseorang (dalam hal ini adalah

dosen) yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dalam pekerjaan.

Structural Capital merupakan kemampuan universitas dalam memenuhi

proses yang ada di dalamnya dan struktur yang mendukung dalam menghasilkan kinerja Intellectual yang optimal.

Relational capital merupakan asset intangible yang membangun dan mengatur

hubungan baik dengan customer,karyawan, pemerintah, stakeholder, dan competitor lainnya serta dengan mitra kerja yang dapat muncul dari bagian di luar universitas untuk mendukung universitas.

Intellectual Capital merupakan aset maya suatu organisasi yang dapat digunakan untuk menciptakan nilai bagi organisasi melalui kombinasi antara human capital, structural capital, dan relational capital. Konsep Intellectual capital dari Ulrich, Tjakraatmadja, dan Stewart hanya berfokus pada dimensi human capital dan belum memasukkan dimensi structural capital. Kompetensi dan komitmen pada konsep intellectual capital dari Ulriach dan Burr & Girardi masuk dalam human capital karena kompetensi dan komitmen itu ada dan melekat pada dosen itu sendiri. Menurut konsep intellectual capital dari Burr and Girardi (2002: 77) karena kompetensi dan komitmen yang ada pada dosen akan mampu menciptakan nilai bagi


(20)

organisasi apabila didukung dengan pemberian pengendalian pekerjaan atau otonomi kerja yang memadai kepada pegawai.

Tujuan dari dari analisis Intellectual Capital Statement (ICS) adalah untuk mengetahui kekayaan intellectual sebuah organisasi, dalam hal ini adalah universitas. Hal ini dilakukan agar universitas tetap dapat mempertahankan eksistensinya. Pada penelitian ini dilakukan analisis untuk mengetahui variabel kritis ICS Universitas, yaitu Human Capital¸Streuctural Capital dan Relational Capital dapat mengevaluasi Intellectual Capital Statement pada perguruan tinggi negeri yang ada di Surabaya. Namun pada penelitian ini ada beberapa batasan penelitian yang digunakan yaitu penelitian hanya dilakukan pada ruang lingkup perguruan tinggi negeri yang ada di Surabaya, dan pengukurannya hanya berdasarkan indikator dari ICS universitas.

Perguruan tinggi adalah tempat yang diharapkan dapat mencetak kader-kader pemimpin bangsa di masa mendatang sehingga dianggap dapat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan negara itu sendiri. Alumni perguruan tinggi yang baik diharapkan tanggap akan permasalahan yang terjadi di masyarakat atau lingkungannya dan diharapkan dapat berani tampil untuk memberi solusinya.

Tetapi berbicara tentang perguruan tinggi, maka keberadaannya tidak bisa dilepaskan dari keberadaan dan peran dosen-dosen di dalamnya. Karena bagaimanapun juga kepada merekalah maka kinerja perguruan tinggi dapat diharapkan. Hal ini merupakan fungsi dari Human Capital yaitu kemampuan


(21)

seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dalam pekerjaan

Berbeda dengan sekolah dasar dan menengah yang lebih banyak difokuskan kepada proses belajar dan mengajar, dan mempersiapkan murid untuk bisa naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Maka di perguruan tinggi karena dianggap sebagai jenjang tertinggi suatu proses pendidikan, maka selain diutamakan pada proses belajar – mengajar dan menyemaikan ilmu, tetapi juga kepada pencarian dan pengembangan ilmu sendiri, yang mana dengan bekal ilmu dan pengetahuan tersebut diharapkan dapat dijadikan alat untuk mendapatkan solusi permasalahan bagi masyarakat.

Structural Capital merupakan kemampuan universitas dalam memenuhi proses

yang ada di dalamnya dan struktur yang mendukung dalam menghasilkan kinerja Intellectual yang optimal. Struktural capital dipengaruhi oleh budaya akademik, system pengajaran, dan penelitian (Andrew kok,2007), dan penelitian (Marr, Schiuma dan Neely , 2004 ).

Sudah menjadi sesuatu yang sifatnya taken for granted bahwa struktur manajemen lembaga pendidikan, khususnya perguruan tinggi (baik negeri maupun swasta) ditata dengan pola seorang rektor, ketua, atau direktur, dibantu (pada lapis berikutnya) oleh (umumnya) tiga orang dengan sebutan pembantu rektor, direktur atau ketua, yang masing-masing(secara berturut turut) membidangi akademik, keuangan dan


(22)

administrasi umum, serta kemahasiswaan.Entah kebetulan atau tidak, hampir tidak pemah terdengar evaluasi kritis tentang pola manajemen seperti ini. Sebaliknya desain ini justru dikembangkan terus ke bawah. Baik dalam konteks sebuah fakultas (Dekan, Pembantu Dekan I,II, dan III), bahkan konon di tingkat pendidikan yang lebih rendah, seperti Sekolah Menengah umum (SMU).

Selama ini dikenal apa yang disebut dengan Tri Dharma Pergaruan Tinggi, yang meliputi pendidikan atau pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Tri Dharma ini lazim dipahami sebagai fungsi utama Perguruan Tinggi. Atas dasar ini, mestinya secara organisatoris, manajemen Perguruan Tinggi dipola atas dasar dharma tersebut. Sehingga kalau seseorang diangkat sebagai rektor, yang bersangkutan patut dibantu oleh beberapa orang yang basis orientasi fungsinya pencapaian ketiga dharma itu. Kongkritnya, para pembantu rektor, direktur atau ketua, seharusnya berfungsi untuk pendidikan dan pengajaran(bidang 1), penelitian(bidang 2), dan pengabdian pada masyarakat (bidang 3).

Relational capital merupakan asset intangible yang membangun dan mengatur

hubungan baik dengan customer, karyawan, pemerintah, stakeholder, dan competitor lainnya serta dengan mitra kerja yang dapat muncul dari bagian di luar universitas untuk mendukung universitas. Relational Capital dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu relasi dengan konsumen, relasi dengan rekan kerja, dan relasi antar konsumen.


(23)

Relational capital sangat erat hubungannya dengan kompetensi sosial, dimana

dijelaskan bahwa kompetensi sosial adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan kemampuan untuk membangun simpul-simpul kerja sama dengan orang lain yang relatif bersifat stabil ketika menghadapi permasalahan di tempat kerja yang terbentuk melalui sinergi antara watak, konsep diri, motivasi internal serta kapasitas pengeta-huan sosial (Spencer & Spencer, 2003).

Pada pembahasan ini mencoba menganalisis Intellectual capital Statement pada Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya diukur dengan berbagai indikator yang ada. Berikut ini merupakan data jumlah Staff Pengajar dan data jumlah penelitian dosen di setiap Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya yang merupakan cerminan dari tinggi rendah Intellectual Capital Statement (ICS).

Tabel 1. Data jumlah staff pengajar berdasar pendidikan Perguruan

Tinggi

S1 S2 S3 PROF

UNAIR 347 885 410 26

IAIN 42 303 61 24

ITS 417 434 133 28

UNESA 116 619 142 48


(24)

Tabel 2. Data jumlah penelitian dosen

Perguruan Tinggi 2007 2008 2009

UNAIR 65 122 128

IAIN 81 156 197 ITS 87 147 189

UNESA 71 110 359

Sumber : data perguruan tinggi negeri di Surabaya 2011

Dari data diatas dapat dijelaskan, pada tabel 1 jumlah staff pengajar yang merupakan bagian dari human capital, didominasi oleh pengajar atau dosen yang berpendidikan S2. Dari keempat perguruan tinggi negeri yang ada di Surabaya hampir 50 % staff pengajar masih berpendidikan S2,sedangkan jumlah staff pengajar yang berpendidikan S3 atau doktor dan juga guru besar atau profesor jauh berada dibawahnya. Hal lain yang dapat kita lihat,bahwa disini kita masih menemui beberapa staff pengajar yang masih berpendidikan S1 atau sarjana, padahal menurut aturan dari Dikti seorang staff pengajar minimal harus berpendidikan S2.

Pada tabel yang 2 adalah gambaran bagian dari structural capital, kita bisa lihat jumlah penelitian yang dilakukan oleh dosen dari setiap Perguruan Tinggi yang ada di Surabaya. Data disini mulai tahun 2007-2009,dari data diatas dapat kita lihat setiap tahun jumlah penelitian yang dilakukan oleh dosen mengalami peningkatan, akan tetapi jumlah penelitian yang meningkat itu tidak diikuti dengan jumlah


(25)

peningkatannya, karena hampir semua perguruan tinggi pada tahun 2008-2009 peningkatan jumlah penelitiannya menurun dari pada tahun 2007-2008.

Dari sedikit penjelasan tentang dimensi-dimensi yang berhubungan dengan

Intellectual Capital Statement yakni Human Capital, Structural Capital, dan Relational Capital dapat diharapkan bila Human Capital, Structural Capital, dan Relational Capital dapat mengevaluasi Intellectual Capital Statement pada

perguruan tinggi negeri yang ada di Surabaya.

Bertolak dari pemikiran bahwa Intellectual Capital Statement mutlak harus diupayakan agar tetap tinggi maka diperlukan upaya-upaya untuk membangkitkan potensi dari Human Capital serta membangun Structural Capital dan juga Relational

Capital. Keadaan di ataslah yang melatarbelakangi penulis untuk mengadakan

penelitian. Judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah “ANALISIS INTELLECTUAL CAPITAL STATEMENT PADA PERGURUAN TINGGI NEGERI DI SURABAYA.

1.2 Rumusan Masalah :

Berdasarkan uraian dan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

Apakah Human Capital (HC), Structural Capital (SC), dan Relational Capital (RC) dapat mengevaluasi Intellectual Capital Statement (ICS) pada Perguruan Tinggi negeri yang ada di Surabaya?


(26)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Intellectual Capital Statement pada Perguruan Tinggi negeri yang ada di Surabaya dari aspek Human Capital (HC), Structural Capital (SC), dan Relational Capital (RC).

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat baik secara empiris, praktis (policy), maupun teoritis. Secara empiris, penelitian ini memberikan kontribusi terhadap literature manajemen mengenai pengembangan teori yang berkaitan dengan peranan Human

Capital, Structural Capital, dan relational Capital dalam mengevaluasi Intellectual Capital Statement. Secara praktis (policy), penelitian ini menyediakan informasi bagi

penelitian selanjutnya yaitu mengenai informasi apakah Human Capital, Structural

Capital, dan relational Capitaldapat mengevaluasi Intellectual Capital Statement

dalam ruang lingkup perguruan tinggi. Secara teoritis, penelitian ini menjelaskan peran Intellectual Capital Statement dalam sebuah organisasi yaitu Universitas Negeri yang ada di Surabaya. Hal ini dilakukan agar universitas dapat mempertahankan eksistensinya.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca diantaranya :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Umi Narimawati tahun 2006 dengan judul

Peranan Modal Intelektual Dosen Dalam Menciptakan Kualitas Lulusan

Menurutnya adalah Kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan perguruan tinggi sudah dirasakan perlu menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang modern dan berorientasi pada mutu untuk memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan pendidikan dan sekaligus sebagai antisipasi perkembangan lembaga. yang semakin besar, antisipasi perkembangan globalisasi, dan menyiapkan diri ke gerbang persaingan internasional. Dengan demikian keunggulan untuk mendapatkan sebuah pengakuan internasional terhadap mutu proses sebuah pergu-ruan tinggi menjadi penting. Untuk menghadapi pembaharuan dan transforrnasi global, semua pihak yang

terkait dalam pendidikan harus berubah menuju "Learning organization" melalui

dukungan dua faktor mendasar yaitu (1) pimpinan pendidikan (Educational Leaders) sebagai pemegang komando dan pengendali, perannya berubah dari macho menjadi maestro dan dari autorruts menjadi coaches dan (2) kemampuan melaksanakan "Self Adjusting Participa-tion" yang harus dikuasai oleh semua anggota organisasi.


(28)

Masih Banyak anggota sebuah organisasi perguruan tinggi yang belum menyadari fungí keberadaan masing-masing. Dosen merupakan aset utama suatu institusi pendidikan tinggi, oleh karena itu pentingnya pemahaman modal intelektual: kompetensi, komitmen dan pengendalian pekerjaan bagi para dosen sehingga terbentuk kesiner-gisan, yang pada akhirnya dapat menciptakan kualitas lulusan yang mampu bersaing di pasar tenaga kerja, sesuai harapan user.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Engkos Achmad Kuncoro tahun 2007 dengan

judul Analisis Pengaruh Lingkungan Terhadap Modal Intelektual Organisasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis seberapa jauh pengaruh lingkungan (eksternal dan iklim organisasi) sebagai variabel independen pada proses transformasi, kompetensi intelektual individu menjadi modal intektual organisasi sebagai variabel dependen. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif . Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan dimensi lingkungan eksternal organisasi Perguruan Tinggi swasta, khususnya uninersitas Bina Nusantara; Untuk mengetahui seberapa signifikan pengaruh kompetensi intelektual individu dosen terhadap modal intelektual organisasi; untuk menguji secara empirik seberapa signifikan pengaruh lingkungan eksternal persaingan terhadap kompetensi intelektual individu menjadi modal intelektual organisasi; untuk mengetahui adakah perbedaan pengaruh jabatan akademik dosen,tingkat pendidikan dosen,dan pengalaman kerja dosen terhadap kompetensi intelektual dosen menjadi modal intelektual organisasi.


(29)

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel eksogen Lingkungan Eksternal (LE) memiliki pengaruh sebesar 56,5 % terhadap variabel intervening Kompetensi Intelektual (KII), variabel eksogen Iklim Organisasi (IKO) sebesar 66,1% terhadap variabel intervening (KII), dan variabel intervening (KII) memiliki pengaruh sebesar 60,9 % terhadap variabel endogen Modal intelektual Idividu.dari hasil penelitian didapat simpulan yang dapat dijadikan referensi dari penelitian ini sebagai berikut. Pertama model yang diajukan tidak FIT namun kemudian dikoreksi menuju model yang paling FIT (>0,8).Kedua terdapat 2 modifikasi untuk memperoleh model yang paling fit . Ketiga hipotesis diterima namun terdapat hubungan kualitas (pengaruh dan positip), signifikan reliabel antara lingkungan eksternal dan iklim organisasi terhadap intelektual individu dan modal intelektual organisasi. Keempat terbentuknya beberapa hubungan korelasi positip[ terhadap beberapa indikator sebagai nilai yang tersembunyi untuk menjaelaskan tercapainya modem yang FIT.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Henny kusuma dewi, Fitria Meicelin Soplanot

tahun 2009 dengan judul Analisis Intellectual Capital Statement Dari Perguruan Tinggi.

Tujuan dari Analisis Intellectual Capital Statement (ICS) adalah untuk mengetahui kekayaan intelektual sebuah organisasi dalam hal ini yaitu universitas. Hal ini dilakukan agar universitas dapat tetap mempertahankan eksistensinya. Pada penelitian ini dilakukan analisis untuk mengetahui variabel kritis ICS universitas antara lain yaitu Human Capital, Structural Capital, Relational Capital.


(30)

Human Capital terdiri dari kompetensi, skill dan motivasi. Structural capital terdiri dari kebebasan akademik, sistem pengajaran, dan research. Relational Capital terdiri dari Relasi dengan konsumen, relasi dengan rekan kerja, dan relasi dengan media.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah berdasarkan analisis SEM terhadap data sampel yang ada maka dapat diketahui bahwa hasil penelitian menunjukkan tidak semua indikator yang ada memberi pengaruh signifikan terhadap variabel ICS

universitas pada batas λ = 0,5 variabel yang paling kritis adalah kemampuan dosen

dalam bekerja sama dengan dosen di jurusan berbeda sedangkan pada batas λ = 0,4

variabel yang paling kritis adalah jumlah pelatihan yang diikuti dosen. 2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari ilmu manajemen, yang berarti merupakan suatu usaha untuk mengarahkan dan mengelola sumber daya manusia di dalam suatu organisasi agar mampu berfikir dan bertindak sebagaimana yang diharapkan organisasi. Organisasi yang maju tentu dihasilkan oleh personil/pegawai yang dapat mengelola organisasi tersebut ke arah kemajuan yang diinginkan organisasi, sebaliknya tidak sedikit organisasi yang hancur dan gagal karena ketidakmampuannya dalam mengelola sumber daya manusia.


(31)

Menurut Hasibuan (2001 :10) manajemen sumber daya manusia adalah “ Ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien, membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat “. Sedangkan menurut Simamora (2004 : 4) manajemen sumber daya manusia adalah ,” pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok karyawan, juga menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karir, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik.

Menurut Henry Simamora (1997 : 3), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok pekerja. Manajemen sumber daya manusia juga mencakup desain dan implementasi system perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan perburuhan yang mulus.

2.2.2 Teori Motivasi dalam Manajemen Sumber Daya Manusia

Salah satu aspek memanfaatkan pegawai ialah pemberian motivasi (daya perangsang) kepada pegawai, dengan istilah populer sekarang pemberian kegairahan bekerja kepada pegawai. Telah dibatasi bahwa memanfaatkan pegawai yang memberi manfaat kepada perusahaan. Ini juga berarti bahwa setiap pegawai yang memberi


(32)

kemungkinan bermanfaat ke dalam perusahaan, diusahakan oleh pimimpin agar kemungkinan itu menjadi kenyataan. Usaha untuk merealisasi kemungkinan tersebut ialah dengan jalan memberikan motivasi. Motivasi ini dimaksudkan untuk memberikan daya perangsang kepada pegawai yang bersangkutan agar pegawai tersebut bekerja dengan segala daya dan upayanya (Manulang , 2002).

Menurut The Liang Gie Cs. (Matutina dkk ,1993) bahwa pekerjaan yang dialakukan oleh seseorang manajer dalam memberikan inspirasi, semangat, dan dorongan kepada orang lain (pegawai) untuk mengambil tindakan-tindakan. Pemberian dorongan ini dimaksudkan untuk mengingatkan orang-orang atau pegawai agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki dari orang tersebut. Oleh karena itu seorang manajer dituntut pengenalan atau pemahaman akan sifat dan karateristik pegawainya, suatu kebutuhan yang dilandasi oleh motiv dengan penguasaan manajer terhadap perilaku dan tindakan yang dibatasi oleh motiv, maka manajer dapat mempengaruhi bawahannya untuk bertindak sesuai dengan keinginan organisasi.

Menurut Martoyo (2000) motivasi pada dasarnya adalah proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan yang kita inginkan. Dengan kata lain adalah dorongan dari luar terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu. Dengan dorongan (driving force) disini dimaksudkan desakan yang alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup, dan kecendrungan untuk mempertahankan


(33)

hidup. Kunci yang terpenting untuk itu tak lain adalah pengertian yang mendalam tentang manusia.

Motivasi berasal dari motive atau dengan prakata bahasa latinnya, yaitu movere, yang berarti “mengerahkan”. Seperti yang dikatakan Liang Gie dalam bukunya Martoyo (2000) motive atau dorongan adalah suatu dorongan yang menjadi pangkal seseorang melakukan sesuatu atau bekerja. Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu orang yang melaksanakan upaya substansial, guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana ia bekerja. Seseorang yang tidak termotivasi, hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja.

Konsep motivasi, merupakan sebuah konsep penting studi tentang kinerja individual. Dengan demikian motivasi atau motivation berarti pemberian motiv, penimbulan motiv atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Dapat juga dikatakan bahwa motivation adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu (Martoyo , 2000).

Manusia dalam aktivitas kebiasaannya memiliki semangat untuk mengerjakan sesuatu asalkan dapat menghasilkan sesuatu yang dianggap oleh dirinya memiliki suatu nilai yang sangat berharga, yang tujuannya jelas pasti untuk melangsungkan kehidupannya, rasa tentram, rasa aman dan sebagainya.


(34)

Menurut Martoyo (2000) motivasi kinerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja. Menurut Gitosudarmo dan Mulyono (1999) motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang manusia pasti memiliki sesuatu faktor yang mendorong perbuatan tersebut. Motivasi atau dorongan untuk bekerja ini sangat penting bagi tinggi rendahnya produktivitas perusahaan. Tanpa adanya motivasi dari para karyawan atau pekerja untuk bekerja sama bagi kepentingan perusahaan maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Sebaliknya apabila terdapat motivasi yang besar dari para karyawan maka hal tersebut merupakan suatu jaminan atas keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya.

2.2.3 Knowledge Based View (KBV)

Pandangan berbasis pengetahuan perusahaan/Knowledge Based View (KBV)

adalah ekstensi baru dari pandangan berbasis sumber daya perusahaan

/Resource-Based View (RBV) dari perusahaan dan memberikan teoritis yang kuat dalam

mendukung modal intelektual. KBV berasal dari RBV dan menunjukkan bahwa

pengetahuan dalam berbagai bentuknya adalah kepentingan sumber daya (Grant,


(35)

Asumsi dasar teori berbasis pengetahuan perusahaan atau organisasi berasal dari

pandangan berbasis sumber daya perusahaan. Namun, pandangan berbasis sumber

daya perusahaan tidak memberikan pengakuan akan pengetahuan yang memadai.

Teori berbasis pengetahuan perusahaan atau organisasi menguraikan karakteristik

khas sebagai berikut:

 Pengetahuan memegang makna yang paling strategis di organisasi.

 Kegiatan dan proses produksi di perusahaan atau organisasi melibatkan

penerapan pengetahuan.

 Individu-individu dalam organisasi tersebut yang bertanggung jawab

untukmembuat, memegang, dan berbagi pengetahuan

Pendekatan KBV membentuk dasar untuk membangun keterlibatan modal manusia dalam kegiatan rutin perusahaan. Hal ini dicapai melalui peningkatan keterlibatan karyawan dalam perumusan tujuan operasional dan jangka panjang perusahaan atau organisasi. Dalam pandangan berbasis pengetahuan, perusahaan atau organisasi mengembangkan pengetahuan baru yang penting untuk keuntungan kompetitif dari kombinasi unik yang ada pada pengetahuan (Fleming 2001, Nelson dan Winter 1982). Dalam era persaingan yang ada saat ini, perusahaan atau organisasi sering bersaing dengan mengembangkan pengetahuan baru yang lebih cepat daripada pesaing mereka.


(36)

2.2.4 Knowledge-Based Theory

Mengidentifikasi dalam pengetahuan yang ditandai oleh kelangkaan dan sulit untuk mentransfer dan mereplikasi, merupakan sebuah sumber daya penting untuk mencapai keunggulan kompetitif (Nonaka I.,1995; I. Nonaka dan Takeuchi H., 1995). Kapasitas dan keefektifan perusahaan dalam menghasilkan, berbagi dan menyampaikan pengetahuan dan informasi menentukan nilai yang dihasilkan perusahaan sebagai dasar keunggulan kompetitif perusahaan berkelanjutan dalam jangka panjang. (Nonaka dan Takeuchi, 1995; Edvinsson dan Malone, 1997; Bontis, 2002; Choo dan Bontis, 2002).

2.2.5 Resources Based Theory / Resources Based View (RBV)

Belakangan ini muncul aliran baru dalam analisis keunggulan bersaing yang

dikenal dengan pendekatan berbasis sumber daya (resource-based view of the

firm/RBV). Ini dicirikan oleh keunggulan pengetahuan (knowledge/learningeconomy)

atau perekonomian yang mengandalkan aset-aset tak berwujud (intangible assets).

Resources Based Theory dipelopori oleh Penrose (1959) yang mengemukakan bahwa sumber daya organisasi / perusahaan adalah heterogen, tidak homogen, jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya organisasi yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap organisasi/ perusahaan. Teori RBV memandang organisasi sebagai kumpulan sumber daya dan kemampuan (Penrose 1959; Wernerfelt, 1984). Perbedaan sumber daya dan kemampuan organisasi dengan perusahaan atau organisasi pesaing akan memberikan


(37)

keuntungan kompetitif (Peteraf, 1993). Asumsi RBV yaitu bagaimana organisasi dapat bersaing dengan organisasi lain untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dengan mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kemampuan organisasi. Sumber daya perusahaan atau organisasi dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu berwujud, tidak berwujud dan sumber daya manusia (Grant, 2002). Kemampuan menunjukkan apa yang dapat dilakukan organisasi dengan sumber dayanya (Amit dan Schoemaker, 1993).

Pendekatan RBV menyatakan bahwa organisasi dapat mencapai keunggulan bersaing yang berkesinambungan dan memperoleh keuntungan superior dengan memiliki atau mengendalikan aset-aset strategis baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Empat kriteria sumber daya sebuah organisasi mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, yaitu: (a) sumber daya harus menambah nilai positif bagi organisasi, (b) sumber daya harus bersifat unik atau langka diantara calon pesaing dan pesaing yang ada sekarang ini, (c) sumber daya harus sukar ditiru, dan (d) sumber daya tidak dapat digantikan dengan sumber lainnya oleh perusahaan atau organisasi pesaing (Barney 1991, 2001, 2007; Lewin and Phelan 1999; Wright, McMahan, dan McWilliams 1992). Barney (1991) menyatakan bahwa dalam RBV, organisasi tidak dapat berharap untuk membeli atau mengambil keunggulan kompetitif berkelanjutan yang dimiliki oleh suatu organisasi lain, karena keunggulan tersebut merupakan sumber daya yang langka, sukar ditiru, dan tidak tergantikan.


(38)

2.2.6 Pengertian Intellectual Capital

Ada banyak definisi berbeda mengenai Intellectual Capital. Intellectual Capital adalah informasi dan pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai (Williams, 2001 dalam Purnomosidhi, 2006). Intellectual Capital dapat dipandang sebagai pengetahuan, dalam pembentukan, kekayaan intelektual dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan (Stewart, 1997). Intellectual Capital mencakup semua pengetahuan karyawan, organisasi dan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai tambah dan menyebabkan keunggulan kompetitif berkelanjutan. Intellectual Capital telah diidentifikasi sebagai seperangkat tak berwujud (sumber daya, kemampuan dan kompetensi) yang menggerakkan kinerja organisasi dan penciptaan nilai (Bontis, 1998).

Pengertian lain Intellectual Capital atau modal intelektual adalah perangkat yang

diperlukan untuk menemukaan peluang dan mengelola ancaman dalam kehidupan. Banyak pakar yang mengatakan bahwa modal intelektual sangat besar peranannya di dalam menambah nilai suatu kegiatan. Berbagai perusahaan yang unggul dan meraih banyak keuntungan adalah perusahaan yang terus menerus mengembangkan sumberdaya manusianya (Ross, dkk, 1997). Manusia harus memiliki sifat proaktif dan inovatif untuk mengelola perubahan lingkungan kehidupan (ekonomi, sosial, politik, teknologi, hukum dll) yang sangat tinggi kecepatannya.

Mereka yang tidak beradaptasi pada perubahan yang super cepat ini akan dilanda kesulitan. Ibaratnya sebuah perjalanan sebuah perahu, pada saat ini sebuah organisasi


(39)

dengan tepat. Kini sungai yang dilayari adalah sebuah arung jeram yang ketidakpastian jalannya perahu semakin tidak bisa diprediksi karena begitu banyaknya rintangan yang tidak terduga. Dalam kondisi yang ditandai oleh perubahan yang super cepat manusia harus terus memperluas dan mempertajam pengetahuannya. dan mengembangkaan kretifitasnya untuk berinovasi.

Pada awal tahun 1920 psikolog banyak membicarakan konsep IQ (intelligence Quotient) dengan asumsi bahwa mereka yang memiliki IQ yang tinggi akan memiliki kemampuan untuk memecahkan permasalahan kehidupan. Orang yang memiliki IQ yang tingi diduga akan cepat menguasai pengetahuan karena kecepatan daya pikir yang dimilikinya. Namun selain memiliki angka kecerdasan yang tinggi, seseorang baru akan memiliki pengetahuan yang luas apabila dia memiliki kebiasaan untuk merenung tentang kejadian alam semesta ini dan mencari makna dari setiap fenomena yang terjadi tersebut. Kebiasaan merenung dan merefleksikan sebuah fenomena inilah yang membuat orang menjadi cerdas.

Intellectual Capital merupakan aset maya suatu organisasi yang dapat digunakan

untuk menciptakan nilai bagi organisasi melalui kombinasi antara human capital,

structural capital, dan relational capital. Konsep Intellectual capital dari Ulrich,

Tjakraatmadja, dan Stewart hanya berfokus pada dimensi human capital dan belum

memasukkan dimensi structural capital. Kompetensi dan komitmen pada konsep

intellectual capital dari Ulriach dan Burr & Girardi masuk dalam human capital


(40)

Menurut konsep intellectual capital dari Burr and Girardi (2002: 77) karena kompetensi dan komitmen yang ada pada dosen akan mampu menciptakan nilai bagi organisasi apabila didukung dengan pemberian pengendalian pekerjaan atau otonomi kerja yang memadai kepada pegawai.

Pada InCas (2008), diketahui bahwa ICS merupakan strategi manajemen yang

digunakan untuk menilai dan mengembangkan Intelectual capital (IC) yang ada

dalam sebuah organisasi ,di dalam hal ini adalah universitas. ICS merupakan bagian dari rangkaian bisnis proses yang ada di universitas guna mencapai tujuan dari universitas.

Gambar 2 Structural modal ICS


(41)

Pada gambar 2 terlihat bahwa Bisnis Proses (BP) merupakan rantai kegiatan

dalam organisasi . BP menggambarkan interaksi dari Human Capital, Structural

capital, Relational Capital. Sedangkan Business Succes (BS) merupakan hasil atau goal yang dicapai universitas (dalam InCas, 2008).

ICS terdiri dari 3 elemen utama yaitu Human Capital (HC) , Structural Capital

(SC), Relational Capital (RC) (dalam Tjiptohadi,2003). Adapun definisi dari 3

elemen utama tersebut adalah sebagai berikut :

Human Capital merupakan kemampuan seseorang (dalam hal ini adalah dosen) yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dalam pekerjaan.  Structural Capital merupakan kemampuan universitas dalam memenuhi

proses yang ada di dalamnya dan struktur yang mendukung dalam menghasilkan kinerja Intellectual yang optimal.

Relational capital merupakan asset intangible yang membangun dan mengatur hubungan baik dengan customer,karyawan, pemerintah, stakeholder, dan competitor lainnya serta dengan mitra kerja yang dapat muncul dari bagian di luar universitas untuk mendukung universitas.

2.2.7 Pengertian Human Capital

Human Capital adalah kemampuan seseorang (dalam hal ini adalah dosen) yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dalam pekerjaan.


(42)

Manusia merupakan komponen yang sangat penting di dalam proses inovasi. Manusia dengan segala kemampuannya bila dikerahkan keseluruhannya akan menghasilkan kinerja yang luar biasa. Banyak pakar yang membicarakan masalah inovasi. Pada umumnya para pakar sependapat bahwa proses inovasi itu memerlukan adanya akumulasi pengetahuan.

Dalam konteks sebuah organisasi baru yang berbasis pada pengetahuan, ada tiga komponen modal yang sangat menentukan kinerja organisasi. Modal ini adalah sesuatu yang akhirnya memunculkan berbagai inovasi yang mendukung kinerja organisasi.

Human Capital Theory dikembangkan oleh Becker (1964) yang

mengemukakan bahwa investasi dalam pelatihan dan untuk meningkatkan human

capital adalah penting sebagai suatu investasi dari bentuk-bentuk modal lainnya.

Tindakan strategis membutuhkan seperangkat sumber daya fisik, keuangan, human

atau organisasional khusus, sehingga keunggulan kompetitif ditentukan oleh kemampuannya untuk memperoleh dan mempertahankan sumber daya (Wernerfelt, 1984).

Human Capital disini yang dimaksud adalah dosen, jika berbicara tentang perguruan tinggi, maka keberadaannya tidak bisa dilepaskan dari keberadaan dan peran dosen-dosen di dalamnya. Karena bagaimanapun juga kepada merekalah maka kinerja perguruan tinggi dapat diharapkan.


(43)

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Berbeda dengan sekolah dasar dan menengah yang lebih banyak difokuskan kepada proses belajar dan mengajar, dan mempersiapkan murid untuk bisa naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Maka di perguruan tinggi karena dianggap sebagai jenjang tertinggi suatu proses pendidikan, maka selain diutamakan pada proses belajar – mengajar dan menyemaikan ilmu, tetapi juga kepada pencarian dan pengembangan ilmu sendiri, yang mana dengan bekal ilmu dan pengetahuan tersebut diharapkan dapat dijadikan alat untuk mendapatkan solusi permasalahan bagi masyarakat.

Sebagaimana profesi lain yang diakui keberadaannya, misalnya profesi dokter, maka agar dapat disebut pendidik profesional maka diperlukan proses sertifikasi. Ini bahkan telah menjadi persyaratan utama yang diminta pemerintah sebagaimana tercantum pada pasal 2. Dalam proses pencarian dan pengembangan ilmu sendiri, maka dosen juga dituntut untuk melakukan penelitian dan mempublikasikan hasil penelitiannya, kecuali itu juga mampu berinteraksi dengan masyarakat dengan kompetensi yang dimilikinya. Itulah esensi tri dharma perguruan tinggi.


(44)

2.2.7.1 Knowledge

Knowledge bisa diartikan sebagai pengetahuan yang kita peroleh karena masuknya informasi ke otak kita. Pengetahuan dapat disimpan sebagai memori. Knowledge merupakan apa saja yang kita ketahui. Secara garis besar ada dua macam kenowledge atau pengetahuan yaitu menurut Leksana TH (2003) 1.pengetauan fakta merupakan pengetahuan berupa informasi yang kita terima sebagai kenyataan dan 2.pengetahuan eksperensial pemahaman yang kita peroleh berasal dari pengalaman kita. Pengetahuan faktual bagi seorang akuntan misalnya berkaitan dengan double entri pada book keeping. Pengetahuan eksperensial karakternya berbeda, lebih sulit diajarkan karena sumbernya berasal dari pengalaman dan praktek. Contoh pengetahuan eksperensial dari seorang akuntan adalah melewati masa kerja selama puluhan tahun adalah pengetahuan untuk melindungi perusahaan agar bisa memperoleh keringanan membayar pajak secara legal.

Dalam perguruan tinggi knowledge atau pengetahuan sangat mutlak dibutuhkan, knowledge tidak hanya disalurkan tetapi juga dikembangkan melalui adanya research atau penelitian yang terus dilakukan oleh civitas akademika. karena dengan adanya knwledge seorang dosen mampu mengembangkan dan menyalurkan ilmu yang dimilikinya kepada masyarakat. Kita sering mendengar istilah knowledge is power, sebenarnya hal itu kurang tepat karena mereka yang memiliki knowledge belum tentu memiliki power jika saja tidak ada action atau tindakan yang merupakan realisasi dari knowledge tersebut


(45)

2.2.7.2 Skill

Skill bisa diartikan sebagai keterampilan (how to) atau cara untuk melakukan

sesuatu. Landasan dari skill adalah pengalaman dan pembelajaran secara praktek lapangan. Contoh seorang tukang las memiliki pengetahuan teknik mengelas (teori mengelas) belum tentu menjadi tukang las yang jago.Skill memiliki karakter bisa ditransfer dari individu ke individu lain dengan melalui proses pembelajaran yang bertahap. Bagi seorang sekretaris misalnya penguasaanterhadap program aplikasi word dan excel juga merupakan skill. Cara yang paling efektif untuk mentransfer skill adalah dengan mengikut sertakan si pembelajar melakukan tahapan pekerjaan dan membuatnya mempraktekkan tahapan pekerjaan tersebut dalam konteks pelatihan lapangan dan melakukan pengulangan. Praktek dan pengulangan merupakan dua kunci utama bagi seseorang untuk mengakuisisi skill yang baru.

Disamping skill juga ada beberapa istilah yang terdapat di dalam diri seseorang yang masih dapat dibina atau ditingkatkan kemampuannya yaitu:

Habit biasa diterjemahkan sebagai kebiasaan, Habit juga sering dinyatakan

sebagai pembawaan asal diri kita. Ada ungkapan bahwa kita bisa mengubah habit

lama dan habit baru,anggapan ini mungkin memiliki maksud yang baik tetapi

sebenarnya kurang tepat. Sebagian besar habit kita muncul berasal dari kondisi

alamiah pembawaan kita. Sebagian besar habit bisa dikatakan sebagai talenta.Jika

anda memiliki habit seorang yang gigih atau mudah berempati atau kompetitif,maka anda akan merasa kesulitan untuk mengubah habit itu.


(46)

Habit mengendap dalam diri kita dan menjadi jati diri kita, habit itulah ynag

menjadikan diri kita apa adanya seperti sekarang ini. Habit muncul karena tempaan

pengalaman hidup,lingkungan dan karakter asal. Habit ini bisa diartikan sebagai pola kecenderungan untuk berfikir, berperasaan dan bersikap.

Pengertian habit dengan behaviour (perilaku) sering diartikan sama padahal

dua kata ini memiliki pengertian yang berbeda. Behaviour muncul dari perwujudan

habit, Behaviour kita dilihat oleh orang lain sebagai ucapan dan perilaku kita.

Behaviour lebih merupakan tindak tanduk yang nampak di permukaaan. Secara

umum lebih susah merubah habit daripada behaviour, mengubah habit hanya bisa

dilakukan dengan dorongan diri dalam diri yangsangat kuat, dan atau karena adanya suatu peristiwa atau kejadian penting dalam hidupnya sehingga membuat seseorang ingin merubah nilai-nilai dirinya.

Attitude,Banyak manajer yang mempertimbangkan attitude untuk merekrut

karyawan baru. Attitude memiliki arti kecenderungan sikap. Attitude seseorang akan

sangat mempengaruhi cocok atau tidak peran seseorang dalam suatu pekerjaan.

Dalam suatu kepemimpinan, attitude para pemimpin memberi pengaruh yang

signifikan dalam mewujudkan atmosfir kerja yang kondusif. Attitud yang positif

memiliki kekuatan radiasi seperti medan magnet yang mampu mempengaruhi

lingkungan sekitarnya untuk berubah. Attitude dapat dibentuk dari proses pembinaan

yang kontinu atau terus menerus, pembinaan attitude akan lebih efektif jika dilakukan melalui proses penanaman nilai-nilai diri, proses ini merupakan fase pertumbuhan


(47)

2.2.7.3 Motivasi

Winardi (2002:1) menjelaskan istilah motivasi (motivation) berasal dari

perkataan bahasa Latin, yakni movere yang berarti menggerakkan (to move).

Diserap dalam bahasa Inggris menjadi motivation berarti pemberian motif,

penimbulan motif atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Selanjutnya Winardi (2002:33) mengemukakan, motivasi seseorang tergantung kepada kekuatan motifnya. Berdasarkan hal tersebut diskusi mengenai motivasi tidak bisa lepas dari konsep motif. Pada intinya dapat dikatakan bahwa motif merupakan penyebab terjadinya tindakan. Steiner sebagaimana dikutip Hasibuan (2003:95) mengemukakan motif adalah “suatu pendorong dari dalam untuk beraktivitas atau bergerak dan secara langsung atau mengarah kepada sasaran akhir”. Ali sebagaimana dikutip Arep dan Tanjung 2004:12) mendefinisikan motif sebagai “sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang”.

Winardi (2002:33) menjelaskan, motif kadang-kadang dinyatakan orang sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan yang muncul dalam diri seseorang. Motif diarahkan ke arah tujuan-tujuan yang dapat muncul dalam kondisi sadar atau dalam kondisi di bawah sadar. Motif-motif merupakan “mengapa” dari perilaku. Mereka muncul dan mempertahankan aktivitas, dan mendeterminasi arah umum perilaku seorang individu.

Motivasi telah dirumuskan dalam sejumlah definisi yang berlainan. Walaupun begitu, tentang substansinya tidak banyak berbeda. Istilah motivasi, menurut Sumantri (2001:53), biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu pengertian yang


(48)

melibatkan tiga komponen utama, yaitu (1) pemberi daya pada perilaku manusia (energizing); (2) pemberi arah pada perilaku manusia (directing); (3) bagaimana

perilaku itu dipertahankan (sustaining). Campbell dalam Winardi (2002:4)

menyatakan bahwa motivasi berhubungan dengan (1) pengarahan perilaku, (2) kekuatan reaksi setelah seseorang karyawan telah memutuskan arah tindakan-tindakan tertentu, dan (3) persistensi perilaku, atau berapa lama orang yang bersangkutan melanjutkan pelaksanaan perilaku dengan cara tertentu.

Menurut Mc. Donald, yang dikutip Oemar Hamalik (2003:158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini, dapat dikatakan

bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan

terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.

Menurut Siti Sumarni (2005), Thomas L. Good dan Jere B. Braphy (1986) mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung motivasi yang mendasarinya.


(49)

Motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. Masih dalam artikel Siti Sumarni (2005), motivasi secara harafiah yaitu sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. (KBBI, 2001:756).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.

2.2.8 Pengertian Structural Capital

Structural Capital merupakan kemampuan universitas dalam memenuhi proses yang ada di dalamnya dan struktur yang mendukung dalam menghasilkan kinerja Intellectual yang optimal.Struktural capital dipengaruhi oleh budaya akademik,system pengajaran,dan penelitian (Andrew kok,2007), dan penelitian (Marr, Schiuma dan Neely , 2004 ). Structural Capital terdiri dari beberapa indikator yang di dalamnya bertujuan untuk meningkatkan kinerja dari pada organisasi itu sendiri (dalam hal ini universitas).


(50)

2.2.8.1 Kebebasan Akademik

Menurut PP No. 60 Tahun 1999, kebebasan akadernik merupakan kebebasan yang dimiliki oleh anggota sivitas akademika untuk melaksanakan kegiatan yang terkait dengan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara bertanggungjawab dan mandiri.Menurut Arthur Lovejoy yang dikutip oleh Haryasetyaka (2004), kebebasan akademik adalah kebebasan seseorang atau seorang peneliti di lembaga 11mu. pengetahuan untuk mengkaji persoalan serta mengutarakan kesimpulannya baik melalui penerbitan atau perkuliahan tanpa campur tangan dari penguasa politik atau keagamaan atau dan lembaga yang memperkerjakannya kecuali apabila metode yang digunakannya tidak memadai atau bertentangan dengan etika professional atau lembaga yang berwenang dalam bidang keilmuannya.

Menurut Nymeyer (1956) kebebasan akademik adalah kebebasan anggota fakultas untuk mengajar pada suatu sekolah dengan pikirannya sendiri dan mempromosikan spekulasi dan kesimpulan yang dibuat secara independen atau. bebas dari apa yang mungkin institusi kehendaki. Dari definisi tersebut dapat dibaca bahwa kebebasan akademik dilaksanakan olch lembaga ilmu pengetahuan. Jika kedua definisi tersebut digabung maka lembaga pelaksana kebebasan akademik adalah Perguruan Tinggi. Kebebasan akademik yang dilaksanakan oleh sivitas akademik tidak bersifat mutlak atau absolut. Kebebasan tersebut harus memperhatikan etika professional, etika yang berlaku dalam masyarakat.


(51)

Jika kita mengacu kepada UU No. 39 Talum 1999 tentang HAM, maka kebebasan akademik tidak dibenarkan bertentangan dengan nilai nilai agama, kesusilaan, keterbitan, kepentingan umum dan keutuhan bangsa. Pelaksanaan kebebasan akademik dapat dilakukan melalui berbagai media seperti melalui media cetak, media elektronik, tatap muka atau bentuk media lainnya. Kebebasan akdemik harus dipahami sebagai seperangkat hak dan kewajiban dengan tetap bertanggung jawab dan akuntabel penuh kepada masyarakat. Mandiri, dapat diartikan marnpu berbicara dengan bebas tentang masalah masalah etika, budaya, social, ekonomi dan lain-lain secara mandiri.

Ada tiga konsep dasar bagi kebebasan akademik. Pertama, sebagai peneliti, dosen harus bebas. Bagaimana mungkin penelitian dapat dilakukan tanpa kebebasan. Kedua, sebagai pemikir asli, dosen harus bebas. Bagaimana mungkin seseorang dapat menjadi pemikir asli, jika ia harus mematuhi hal hal yang telah berlaku di masa yang lalu. Ketiga, sebagai penyebar gagasan kedua, dosen dalam beberapa hal mungkin bebas, dan dalam beberapa hal mungkin tidak bebas. Oleh karena itu, dosen sebagai guru/pengajar dijamin bebas dalam kelas jika mereka membahas tentang kajian ilmu yang diajarkan dan menghindari materi materi yang tidak berkaitan dengan materi pembelajaran.

Kebebasan akademik terdiri dari proteksi terhadap independensi intelektual professor, peneliti dan mahasiswa dalam mencari atau menggali pengetahuan dan mengekspresikan gagasan gagasan yang bebas darii turut campur legislator atau pihak yang berwenang dalam instutisinya sendiri.


(52)

Ini berarti tidak ada kekolotan politik, ideology atau agama yang dibebankan kepada professor, peneliti dan mahasiswa melalui bebagai cara. Juga pimpinan tidak memasukkan kekolotan tersebut melalul pengontrolan budget universitas.

Dalam kondisi tertentu, kebebasan akademik bagi dosen sebagai pengajar (untuk membedakan dosen sebagai peneliti dan pemikir asli) diperlukan tanpa memperhatikan apa yang orangtua atau mahasiswa inginkan. Hal ini berlaku pada sekolah negeri. Mahasiswa bebas belajar, mengambil, menyimpan data atau pandangan yang diberikan dalam perkuliahan dan bebas menilai materi atau pendapat tersebut. Mahasiswa mendapat perlakuan yang sama dalam pembelajaran serta tidak boleh dipaksa dalam kelas maupun di lingkungan akademik untuk menerima pendapat atau gagasan tentang filosofi, politik dan isu isu lain. Berikut ini adalah beberapa aspek yang terkait dengan kebebasan akademik, antara lain adalah :

a. Budaya akademik

Budaya akademik berarti apa yang dipelajari oleh mahasiswa selama periode waktu tertentu dari Universitas, Fakultas atau Jurusannya. Pengembangan budaya akademik ini didasarkan atas dua tantangan yang selalu dihadapi oleh pendidikan tinggi dalam penyelenggaraan pendidikannya yaitu tantangan yang bersifat internal dan eksternal.

Budaya menulis dalam ruang lingkup budaya akademik perguruan tinggi berkaian dengan aktivitas-akativitas seluruh stakeholder perguruan tinggi, yakni dosen sebagai staf pengajar, guru besar, mahasiswa sebagai pelajar yang siap mempelajari berbagai


(53)

ilmu pengetahuan dan terakhir adalah karyawan sebagai penunjang dari kegiatan perguruan tinggi. Melihat budaya menulis diperguruan tinggi dapat diukur dengan beberapa variable yang saling mempengaruhi satu sama lain. Budaya menulis dalam budaya akademik dipengaruhi oleh berbagai variabel utama.

b. Budaya Membaca

Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa bangsa Indonesia berada jauh di bawah jepang, amerika dan inggris tingkat membaca buku. Taufik Ismail pernah menyampaikan sebuah kalimat yang menggambarkan kegeliasauan beliau tentang budaya membaca bangsa Indonesia, khusus pelajar, mahasiswa, dosen dengan istilah Bangsa rabun membaca dan buta menulis. Hal ini bisa dilihat secara kasat mata dalam lingkungan kampus jarang dilihat mahasiswa, atau dosen melakukan membaca buku, berdiskusi tentang suatu topik. Namun lebih banyak melakukan aktivitas berkumpul untuk bercirita dan mengobrol.

c. Sistem Penghargaan

Setelah budaya membaca sebagai variabel utama mempengaruhi budaya akademik. Maka system penghargaan sebagai bentuk apresiasi atas prestasi dari dunia tulis menulis tidak ada. Keberadaan jurnal internal kampus kehilangan penulis yang diisi oleh para staf pengajar. Koran kampus hanya terbit sekali setahun dan aktivitas lainnya.


(54)

Sistem penghargaan memberikan daya dorong untuk dosen, karyawan dan mahasiswa untuk melahirkan ide, pikiran dalam bentuk tulis menulis. Sistem penghargaan memberikan dampak kuat bagi motivasi. Mengacu pada hiriearki kebutuhan maslow salah satunya adalah penghargaan atas hasil kerja. Begitu juga dengan menciptakan budaya menulis dalam lingkungan akademik.

2.2.8.2 Sistim Pengajaran

Dimulai dari pengaruh yang datang dari lingkungan sistem akademik melalui input baik berupa tuntutan maupun dukungan. Input inilah sebagal energi bagi system akademik untuk melaksanakan tugas. Tuntutan mengacu kepada kelangkaan sumber sumber dan keterbatasan kemampuan sistem akademik dalam rangka memenuhi dan mengalokasikan sumber sumber yang langka tesebut secara memuaskan kepada masyarakat akademik. Dukungan mengacu pada energi yang dibutuhkan oleh sistem akademik tersebut dalam rangka memenuhi tuntutan-tuntutan yang muncul. Ketika sistem menghadapi tuntutan, maka ia memerlukan dukungan yang merupakan energi untuk mengubah tuntutan menjadi output yang mampu memenuhi tuntutan sebagian besar masyarakat akademis.

Pada dasamya keberhasilan sistem adalah keberhasilan memenuhi tuntutan, mengendalikan dan mengatasi masalah yang timbul. Masalah atau tuntutan terjadi karena kebutuhan manusia cenderung tidak terbatas dan tidak selalu tersedia dengan sendirinya pada saat dibutuhkan. Tanpa dukungan yang cukup dari lingkungan sukar bagi sistem itu untuk dapat melaksanakan tuagsnya. Input oleh sistem akademik


(55)

diubah menjadi output berupa keputusan dan kebijakan yang mengikat bagi masyarakat akademik sebagai jawaban terhadap pengaruh lingkungan.

Selanjutnya output yang dihasilkan dikembalikan lagi ke dalam lingkungan, yang melalui proses umpan balik, pada akhimya akan mempengaruhi atau menjadi input baru bagi sistem akadernik. Sistem akademik tersebut kembali akan bekerja dengan cara yang sama melalui input input baru yang muncul.Bentuk sistem akademik yang diharapkan adalah sistem akademik yang demokratis. Dalam bentuk sistem akademik yang demokratis cenderung untuk menggunakan komunikasi terbuka dalam arti setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan tuntutan tersebut ke dalam sistem.

Proses belajar mengajar antara dosen dengan mahasiswa merupakan faktor utama yang mempengaruhi budaya menulis di perguruan tinggi. Metode pembelajaran dosen lebih banyak menekankan kepada penyampaian ceramah tentang mata kuliah, sedangkan mahasiswa adalah pendengar ceramah dari apa yang disampaikan oleh dosen. Untuk beberapa mata kuliah efektif untuk menjelaskan beberapa mata kuliah, namun tidak efektif untuk beberapa mata kuliah dan program studi. Beban mahasiswa untuk menulis dari satu mata kuliah dengan mengikuti kaidah ilmiah jarang ada.

Perguruan tinggi harus mampu menggunakan secara efektif dan maksimal data, informasi dan pengetahuan dosen, karyawan dan mahasiswa untuk menguatkan budaya menulis untuk menunjuang budaya akademik unggul.


(56)

Perguruan tinggi sebagai institusi berbasis pengetahuan bergerak atas ilmu pengetahuan yang dapat menghasilkan karya tulisan terbaik yang memiliki manfaat dalam proses belajar mengajar. Pengetahuan menjadi penggerak utama dari dosen, karyawan dan mahasiswa yang ditopang system penghargaan. Ketika pengetahuan tidak menjadi penggerak untuk melakukan transformasi akan tercipta konflik yang pada akhirnya merusak proses transformasi budaya menulis.

2.2.8.3 Penelitian Dosen

Penelitian ilmiah adalah pengkajian dan penyelidikan yang hati-hati, sistematis, dan sungguh-sungguh dalam bidang ilmu tertentu. Penelitian ilmiah adalah investigasi yang sistematis, kritis dan intensif ke arah terbentuknya pengetahuan baru atau yang lebih lengkap tentang subyek yang diteliti. Kedua definisi di atas berkaitan dengan ilmu pengetahuan, definisi pertama menunjuk adanya kegiatan atau proses dan yang kedua menunjuk perlunya pembentukan atau pengembangan pengetahuan (baru).

Alasan dosen melakukan penelitian adalah karena tugas utama dosen selalu berkaitan dengan ilmu pangatahuan seperti dalam perkuliahan, praktikum, penelitian, pengabdian masyarakat, seminar, dan sebagainya. Untuk dapat melakukan penelitian ilmiah dengan baik perlu mengetahui apa itu ilmu pengetahuan dan bagaimana ilmu pengetahuan diperoleh atau dikembangkan.

Dosen perlu selalu sadar tentang apa itu ilmu pengetahuan (scientific


(57)

lingkungannya. Adapun hubungan penelitian dengan pendidikan dan pengabdian pada masyarakat antara lain adalah:

 Kegiatan penelitian itu akan meningkatkan kompetensi dosen dalam kegiatan

pembelajaran. Dosen akan lebih yakin tentang materi yang diba-has di kelas. Makin banyak penelitian yang su-dah dilakukan, makin meningkatlah kompetensi dosen dalam mengajar.

 Pengabdian pada masyarakat adalah pengamal-an ilmu pengetahuan dan

teknologi. Kalau IPTEK itu hasil penelitiannya sendiri akan lebih baik atau lebih meyakinkan.

 Hasil penelitian dosen perlu dipublikasikan, dan itu berguna sebagai

kontribusi pengembangan ilmu pengetahuan, sebagai bahan pengajaran, dan sebagai bahan promosi dosen penelitinya. Semua itu akan meningkatkan reputasi dan “mutu” perguruan tingginya.

 Perguruan tinggi bertujuan mempersiapkan ma-hasiswa menjadi

lulusan/sarjana yang mampu menerapkan dan mengembangkan ilmu penge-tahuan dan teknologi. Agar mahasiswa mampu mengembangkan IPTEK, mereka perlu diberi contoh tentang kegiatan penelitian dosennya.

Berikut ini adalah beberapa pengaruh penelitian dalam kampus

 Kegiatan-kegiatan penelitian yang dilakukan dosen dalam kampus akan ikut

menciptakan dan mengembangkan iklim akademik dalam kampus. Dan iklim semacam itu sangat dibutuhkan untuk mendorong peningkatan mutu perguruan tinggi.


(58)

 Hasil-hasil penelitian dosen akan merupakan modal yang sangat penting untuk terjadi dan berkembangnya hubungan Perguruan Tinggi yang bersang-kutan dengan dunia industri / bisnis, pemerin-tah daerah atau pusat, dan lembaga ilmiah lain. Sebab kerjasama Perguruan Tinggi dengan pihak-pihak lain itu memerlukan modal agar kerja-sama itu bisa saling menguntungkan.

 Penelitian dosen juga akan meningkatkan reputasi Perguruan Tinggi melalui

publikasi-publikasi yang akan mengiringinya. Publikasi hasil-hasil penelitian itu adalah bahan promosi bagi Perguruan Tinggi yang bersangkutan. Dan promosi itu sangat perlu untuk melacarkan “bisnis” Perguruan Tinggi.

 Hasil penelitian dosen yang dapat memecahkan berbagai masalah masyarakat,

daerah, bangsa dan negara jelas akan melambungkan nama Perguruan Tinggi. 2.2.9 Pengertian Relational Capital

Relational capital merupakan asset tidak berwujut yang membangun dan mengatur hubungan baik dengan customer, karyawan, pemerintah, stakeholder, dan competitor lainnya serta dengan mitra kerja yang dapat muncul dari bagian di luar universitas untuk mendukung universitas. Salah satu upaya mengembangkan daya saing perguruan tinggi di Indonesia adalah melalui kolaborasi yang kuat antar perguruan tinggi untuk menghadapi tantangan bersama. Peningkatan mutu perguruan tinggi melalui kerjasama saling menguntungkan diharapkan akan meningkatkan kapasitas dan daya saing bangsa yang pada gilirannya akan memperkuat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.


(59)

Di lingkungan nasional beberapa perguruan tinggi di Indonesia saat ini sebernarnya telah mempunyai dan menyelenggarakan program kerjasama pendidikan, baik antara perguruan tinggi nasional maupun bermitra dengan perguruan tinggi dari luar negeri. Kerjasama pendidikan yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi tersebut mempunyai bentuk dana mekanisme yang beragam, mulai dari bentuk program kembaran, dual degree, hingga mekamisme feeder. Namun demikian sejauh ini kerjasama pendidikan antara perguruan tinggi tersebut belum berlandaskan suatu kebijakan atau ketentuan baku yang mampu memberikan jaminan kualitas layanan pendidikan bagi masyarakat.

Pemerataan dan perluasan akses merupakan tanggapan terhadap kebutuhan masifikasi pendidikan tinggi. Meskipun perguruan tinggi didorong untuk memobilisasi partisipasi swasta dan masyarakat dalam pendanaan pendidikan tinggi, akses masyarakat khususnya dari kelompok kurang mampu untuk masuk ke perguruan tinggi berkualitas harus dilindungi dan dijamin. Agar lulusan perguruan tinggi dapat berkontribusi positif terhadap peningkatan daya saing bangsa, maka mutu dan relevansi pendidikan tinggi haruslah baik.

Peningkatan mutu didorong melalui berbagai bentuk pendanaan kompetisi baik untuk pengembangan institusi maupun penelitian. Namun demikian, dengan semakin ketat dan kuatnya persaingan antar perguruan tinggi baik di dalam negeri terlebih dengan luar negeri, maka kerjasama antar perguruan tinggi harus pula didorong dan difasilitasi agar terjadi akselerasi peningkatan kualitas dan daya saing secara nasional.


(60)

Di sisi lain, berbagai masalah yang berkaitan dengan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia antara lain terjadi karena disparitas kualitas pendidikan di antara perguruan tinggi masih sangat tajam, sementara pola pembinaan yang melibatkan perguran tinggi yang kuat terhadap yang lebih lemah belum berjalan dengan baik. Hingga saat ini belum terciptanya pola kerjasama antar perguruan tinggi di Indonesia yang dapat memperkuat daya saing dalam era globalisasi pendidikan tinggi tersebut di atas.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya program-program kerjasama antara perguruan tinggi dapat dilaksanakan di antara perguruan tinggi nasional. Bentuk-bentuk kerjasama pendidikan tersebut akan memberikan peluang bagi pendidikan tinggi nasional untuk meningkatkan mutu pendidikan, memperluas akses dan memperkuat jejaring antar perguran tinggi nasional.

2.3 Hubungan Antar Variabel

2.3.1 Human Capital sebagai pembentuk Intellectual Capital Statement

Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah

sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk

diukur. Human capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang

sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau

perusahaan. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk

menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orangorang yang ada dalam perusahaan tersebut.


(1)

Dalam Perguruan Tinggi relational capital sangat dibutuhkan baik dengan pihak luar seperti dengan Perguruan Tinggi lain atau dengan perusahaan untuk menampung output dari perguruan tinggi tersebut. Selain dengan pihak luar

Relational Capital di perguruan tinggi juga dapat digambarkan dengan hubungan

antar dosen yang ada di dalam perguruan tinggi, hubungan antar mahasiswa dalam perguruan tinggi sehingga dapat menghasilkan suatu kerja sama yang akhirnya dapat meningkatkan modal intelektual perguruan tinggi.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis SEM untuk mengevaluasi dimensi-dimensi dari Intellectual Capital Statement pada Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Human Capital, Structural Capital, dan Relational Capital dapat mengevaluasi Intellectaul Capital Statement pada Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya. Berarti setiap dimensi yang ada di dalam Intellectual Capital Statement mempunyai tugas dan peranan masing-masing yang sangat berarti untuk mengevaluasi Intellectual Capital Statement sehingga dapat meningkatkan kualitas secara umum dan tujuan dari Universitas dapat tercapai dengan optimal.

5.2 Saran

Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan atau dimanfaatkan sebagai bahan dalam mengembangkan Intellectual Capital Statement yang ada di Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya, antara lain adalah :

1. Motivasi, Dalam meningkatkan kinerja suatu organisasi motivasi sangat perlu diperhatikan, begitu juga dalam mengembangkan dan mengevaluasi Intellectual Capital Statement motivasi sangat diperlukan. Dalam Intellectual capital Statement motivasi seorang


(3)

dosen kepada mahasiswa sangat perlu dikembangkan, hal ini sangat dibutuhkan agar dapat mendorong aktivitas atau kegiatan belajar mengajar dan bisa memberi energi yang mengarah kepada pencapaian tujuan universitas secara optimal.

2. Sistem pengajaran, Proses belajar mengajar antara dosen dengan mahasiswa merupakan faktor utama yang mendukung naik atau turunnya modal Intelektual yang ada di perguruan tinggi. Perguruan tinggi harus mampu menggunakan secara efektif dan maksimal data, informasi dan pengetahuan dosen, karyawan dan mahasiswa untuk menguatkan kemampuan sistem pengajaran guna menunjuang budaya akademik unggul sehingga dapat membantu meningkatkan Intellectual Capital Statement Perguruan Tinggi.

3. Hubungan Perguruan Tinggi dengan mahasiswa, Salah satu upaya untuk meningkatkan Intellectual Capital Statement Perguruan Tinggi adalah dengan cara meningkatkan hubungan antara Perguruan Tinggi dengan mahasiswa. Sudah semestinya perguruan tinggi memberi pelayanan yang baik kepada mahasiswa agar kedepan nama baik dan reputasi perguruan tinggi bisa terangkat dan berkembang lebih baik. Tidak hanya karena itu, jika perguruan tinggi dan mahasiswa mampu menjaga hubungan dengan baik kegiatan akademis di dalam perguruan tinggi akan bisa berjalan dengan baik sehingga dengan demikian Intellectual Capital Statement dapat meningkat dan berkembang lebih baik.


(4)

5.3 Keterbatasan Penelitian

Sebagai manusia biasa peneliti tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan, sebagaimana dijelaskan dari awal hingga kesimpulan penelitian ini hanya mengevaluasi Intellectual Capital Statement dengan beberapa dimensi ICS yaitu Human Capital, Structural Capital, dan Relational Capital. Sehingga dapat diketahui dimensi-dimensi tersebut dapat mengukur Intellectual Capital

Statement. Sebagai implikasi kedepan peneliti berharap penelitian ini bisa lebih

dikembangkan, apakah Intellectual Capital Statement ini berpengaruh terhadap minat calon mahasiswa baru untuk memilih perguruan tinggi tersebut. Sehingga bisa membantu calon mahasiswa baru dalam memilih perguruan tinggi yang kompeten.


(5)

Daftar Pustaka

Armstrong, Michael. 2003. Strategic Human Resource Management A Guide to Action. Kogan Page Limited. London.

Becker, Brian E., Mark A. Huselid, and Dave Ulrich. 2001. The Scorecard Linking People,

Strategy, and Performance. Har-vard Business School Press. Boston. Massachusetts.

Bontis et al. 2000. “Intellectual Capital and Business Performance in Malaysian Industries,”.

Journal of Intellectual Capital, 1(1): 85-100.

Bontis, N. 1998. “Intellectual capital: an exploratory study that develops measures and models”. Management Decision, Vol. 36 No. 2, pp. 63-76.

Bontis, N. 1998a. “Intellectual capital questionnaire”. Available online at: www.bontis.com. (accessed November 2006).

Bontis, N. 2004. IC What You See: Canada’s Intellectual Capital Performance. Working slides. http://www.business.mcmaster.ca/mktg/nbontis//ic/publications/CanadaI C.ppt, visited 10.8.2005.

Burr,Renu and Antonia Girardi. 2002. Intellectual Capital: More Than The Interaction of Competence x Commitment. Australian Journal of Management. Sydney. p. 77-78.

Chang, Shu-Lien. 2008. Valuing Intellectual Capital and Firms’ Performance- Modifyng

Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) in Taiwan Industry. Taiwan: Edward S.

Ageno School of Business, Golden Gate University.

Ghozali, I. 2006. Structural Equation Medeling; Metode Alternatif dengan PLS. Halim,Siana.(2008).Statistical Analysis on the Intellectual Capital Statement

InCas.(2008)Intellectual Capital Statement made in Europe. http : //www.incas-europe.org Kok,Andrew.(2007)International Capital management as part of Knowledge management initiatives at institution of higher

Kok,J.A. (2005).the Internationalization of Universitiestroughtthe management of their intellectuall Capital.


(6)

Nielsen, C., P.N. Bukh, J. Mouritsen, M.R. Johansen, and P. Gormsen. 2006. “Intellectual capital statements on their way to the stock exchange; Analyzing new reporting systems”.

Journal of Intellectual Capital. Vol. 7 No. 2. pp. 221- 240.

Parker, S. and T. Wall. 1998. Job and Work Design: Organising Work to Promote Well-

Being and Effectiveness. Sage Publications Inc. Thousand Oaks. California

Petty, P. and J. Guthrie. 2000. “Intellectual capital literature review: measurement, reporting and management”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 1 No. 2. pp. 155-75.

Spencer, L .M. and Spencer, S.M. 2003, Compe-tence at Work, New York, John Willey & Sons.

Ulrich, Dave. 1998. Human Resource Champi-ons: The Next Agenda for Adding Value and

Delivering Results. Harvard Business Press. Boston. Massachusetts

Ulum, Ihyaul. 2009. Intellectual Capital: Konsep dan Kajian Empiris. Yogyakarta: Graha Ilmu Badan Penerbit Undip. Semarang

Anderson, J.C. and D.W. Gerbing, 1988. Structural Equation Modeling in Practice : A Review and Recommended Two-Step Approach, Psycological Bulletin. 103 (3) : 411-23. Bentler, P.M. and C.P. Chou, 1987. Practical Issue in Structural Modeling, Sociological

Methods and Research. 16 (1) : 78-117

Ferdinand, Augusty [2002], Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen, Penerbit BP Undip, Semarang.

Hair, J.F. et. al. [1998], Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey.

Hartline, Michael D. and O.C. Ferrell [1996], “The Management of Customer-Contact Service Employees : An Empirical Investigation”, Journal of Marketing. 60 (4) : 52-70. Purwanto, BM, 2003. Does Gender Moderate the Effect of Role Stress on Salesperson's Internal States and Performance ? An Application of Multigroup Structural Equation Modeling [MSEM], Jurnal Manajemen, Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan, Buletin

Ekonomi FE UPN "Veteran" Yogyakarta. 6 (8) : 1-20

Tabachnick B.G. and Fidel, L.S., 1996, Using Multivariate Statistics, Third Edition, Harper Collins College Publisher, New York.


Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Intellectual Capital Terhadap Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia

2 34 124

Analisis Pengaruh Intellectual Capital dan Fundamental Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia

2 53 118

Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Di Perguruan Tinggi

1 103 18

Analisis Kinerja Intellectual Capital Terhadap Estimasi Ranking Bank Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 37 74

Analisis Kinerja Intellectual Capital Terhadap Estimasi Ranking Bank Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 33 90

ANALISIS PRAKTIK PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL OLEH PERGURUAN TINGGI MUHAMMADIYAH

2 28 17

ANALISIS PENGELOLAAN KOMPETENSI MELALUI INTELLECTUAL CAPITAL PADA PERGURUAN TINGGI DI PONTIANAK (Studi Kasus Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Pontianak) Abstrak - ANALISIS PENGELOLAAN KOMPETENSI MELALUI INTELLECTUAL CAPITAL PADA PERGURUAN TINGGI

0 0 9

PERBEDAAN PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI PADA PERGURUAN TINGGI NEGERI DAN PERGURUAN TINGGI SWASTA TERHADAP PROFESI AKUNTAN (Studi Kasus Pada Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta di Surabaya) - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

PERBEDAAN PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI PADA PERGURUAN TINGGI NEGERI DAN PERGURUAN TINGGI SWASTA TERHADAP PROFESI AKUNTAN (Studi Kasus Pada Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta di Surabaya) - Perbanas Institutional Repository

0 0 14

ANALISIS INTELLECTUAL CAPITAL STATEMENT PADA PERGURUAN TINGGI NEGERI DI SURABAYA

0 1 26