Metode maserasi digunakan karena kemampuannya dalam mengekstraksi komponen dari tanaman dengan konsentrasi yang besar. Berdasarkan
Handbook of Pharmaceutical Excipients , edisi ke 6, alkohol dapat digunakan
sebagai pelarut pada proses ekstraksi dengan konsentrasi hingga 80 vv. Selain itu, etanol 96 digunakan karena beberapa komposisi dari daun petai
cina larut dalam pelarut organik ini, antara lain tanin dan flavonoid, etanol juga memiliki aktivitas sebagai disinfektan, sehingga dapat membunuh
kontaminan jamur dan bakteri yang kemungkinan terdapat pada simplisia. Sementara aquadest digunakan untuk melarutkan saponin. Pelarut akan
masuk ke dalam sel, sehingga terjadi gradien konsentrasi senyawa di dalam sel yang lebih besar daripada konsentrasi di luar sel yang menyebabkan
senyawa tertarik ke luar sel. Maserasi dibantu dengan penggojogan selama 3 hari dan dilanjutkan dengan remaserasi menggunakan etanol saja untuk
mendapatkan hasil ekstraksi yang lebih optimal. Proses dilanjutkan dengan penguapan pelarut menggunakan vacuum rotary evaporator yang dengan
tekanan rendah mempercepat proses penguapan, yakni hingga didapat 250 mL ekstrak cair dari 1000 mL larutan yang dimaserasi. Hasil yang didapat
adalah ekstrak cair berwarna hijau kehitaman. Lampiran 1.
B. Pembuatan Gel
Hidrogel merupakan jaringan tiga dimensi dari polimer-polimer hidrofilik, terbuat dari bahan-bahan seperti gelatin, polisakarida dan polimer-
polimer sintetis yang membentuk cross-link, mengandung sejumlah besar air Winfield, et al, 2004. Hidrogel sesuai untuk pengobatan luka karena kandungan
lembabnya yang tinggi mampu mempertahankan kelembaban pada permukaan luka. Kelembaban lingkungan yang terjaga dapat mencegah dehidrasi jaringan dan
kematian sel, mempercepat angiogenesis dan meningkatkan pecahnya fibrin dan jaringan mati Mallefet dan Dweck, 2008. Sediaan untuk luka haruslah
memenuhi persyaratan sterilitas Heather dan Adam, 2012. Oleh karena itu pembuatan gel obat luka ini dilakukan secara aseptis, termasuk dengan melakukan
sterilisasi terhadap alat dan bahan yang digunakan serta proses mixing dilakukan di dalam LAF. Sterilisasi alat dan bahan dilakukan dengan autoklaf. Mengacu
pada Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi 6 2009, bahan-bahan yang digunakan dalam formula, antara lain, propilenglikol, TEA dan metil paraben
dapat disterilisasi dengan autoklaf. LAF digunakan karena dapat menyediakan aliran udara yang berkelanjutan, tetap dan satu arah dengan kecepatan aliran udara
yang rendah di dalam ruangan tersebut, sehingga udara akan mengaliri seluruh permukaan yang ada dengan demikian mencuci peralatan yang ada di dalamnya
dengan udara tersebut dan dikeluarkan melalui exhaust point. LAF dapat digunakan untuk proses pengerjaan yang aseptis, akan tetapi tidak dapat
digunakan untuk pengerjaan yang melibatkan mikroba maupun zat kimia yang berbahaya karena udara yang terpapar kepada operator dapat membahayakan
operator dan lingkungan di sekitarnya. Pada dasarnya setiap sediaan farmasi terdiri dari zat aktif dan eksipien-
eksipiennya. Zat aktif yang digunakan dalam formulasi gel obat luka pada penelitian ini adalah ekstrak daun Petai Cina. Secara empiris, daun Petai Cina
telah digunakan oleh masyarakat untuk mengobati luka, yakni dengan cara daun
diremas-remas atau dikunyah-kunyah lalu ditempelkan pada luka. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Perdhana 2011, tidak terdapat perbedaan waktu
penyembuhan luka insisi pada mencit antara tumbukkan daun petai cina Leucaena leucocephala dengan Betadin
®
Povidon iodin. Aktivitas penyembuhan luka oleh daun petai cina disebabkan berbagai kandungan yang ada
di dalamnya, seperti tanin, saponin, flavonoid dan alkaloid Chew, et al, 2011. Di samping itu, daun petai cina juga memiliki kandungan protein yang cukup besar,
yakni 25,9 NAS, 1977. Selain zat aktif, eksipien juga memegang posisi penting dalam suatu
formula. Eksipien yang digunakan dalam sediaan semisolid topikal harus memiliki kemampuan untuk: 1 meningkatkan kelarutan zat aktif; 2 mengatur
pelepasan dan permeasi obat; 3 meningkatkan aspek estetika sediaan; 4 meningkatkan stabilitas obat dan formulasi; serta 5 mencegah kontaminasi dan
pertumbuhan mikroba Heather, et al, 2012.
y = 156,4x + 83,40 R² = 0,980
100 200
300 400
500
0,5 1
1,5 2
V is
k os
it a
s d.
P a
.s
Konsentrasi Carbopol dalam formula
Pengaruh Konsentrasi Carbopol terhadap Viskositas Gel
Series1 Linear Series1
Gambar 3. Grafik Orientasi Pengaruh Konsentrasi Carbopol 940 terhadap Viskositas Gel
y = -1,011x + 5,262 R² = 0,816
1 2
3 4
5 6
0,5 1
1,5 2
da y
a s
e ba
r c
m
konsentrasi carbopol dalam formula
Pengaruh Konsentrasi Carbopol terhadap Daya Sebar Gel
dayasebar Linear dayasebar
Gambar 4. Grafik Orientasi Pengaruh Konsentrasi Carbopol 940 terhadap Daya Sebar Gel
Pada kedua grafik di atas dapat diketahui bahwa pada konsentrasi carbopol 0,5, 1 dan 1,5 memberikan efek yang besar terhadap viskositas gel
dan konsentrasi carbopol 1 dan 2 memberikan efek yang besar pada daya sebar gel. Oleh karena itu, didapat daerah irisan dari kedua grafik tersebut, yakni
antara konsentrasi carbopol 1 dan 1,5. Pada daerah tersebut juga sudah memenuhi viskositas yang diinginkan 200-300 d.Pa.s serta daya sebar yang
diinginkan 3-5cm, sehingga dipilih level rendah carbopol 1 dan level tingginya 1,5. Gel yang dibuat pada masing-masing formula sejumlah 200 gram, sehingga
carbopol yang digunakan sebanyak 2-3 gram. Gelling agent
yang digunakan dalam formula gel obat luka ini adalah Carbopol 940, biasanya digunakan sebagai gelling agent pada konsentrasi 0,5
– 2, akan tetapi pada formulasi ini digunakan Carbopol 940 dengan konsentrasi 1-
1,5 sesuai dengan hasil orientasi yang telah dilakukan Carbopol banyak digunakan dalam berbagai produk topikal karena memiliki beberapa kelebihan,
seperti aman dan efektif, non-sensitizing, tidak mempengaruhi efek biologis zat aktif, serta sifat thickening yang sangat baik Hosmani, Thorat, Kasture, 2006.
Pada dispersi cair dengan konsentrasi 1 bv carbopol memiliki pH yang sangat asam, yakni antara 2,5-3,0, sedangkan menurut Heather, dkk 2012, kulit
memiliki rentang pH antara 5 dan 6,5, dijelaskan pula bahwa pH sediaan tidak hanya mempengaruhi solubilitas dan stabilitas obat dalam sediaan, tetapi dapat
juga berpotensi menimbulkan iritasi, sehingga sediaan ini harus diformulasikan pada rentang pH tersebut. Oleh karena itu, perlu ditambahkan basa amin untuk
meningkatkan pH sediaan, yakni dengan penambahan trietanolamin TEA. Penambahan trietanolamin ini berpengaruh juga terhadap viskositas sediaan, hal
ini disebabkan keberadaan elektrolit yang bermuatan negatif yang kemudian akan menimbulkan gaya tolak-menolak dari ion-ion tersebut, sehingga meningkatkan
viskositas Bluher et al., 1995. Propilenglikol digunakan sebagai humektan dalam sediaan untuk
mempertahankan kelembaban gel, adanya gugus fenolik -OH pada strukturnya menyebabkan propilenglikol dapat berinteraksi dengan molekul-molekul air
membentuk ikatan hidrogen. Propilenglikol digunakan karena sifatnya yang mudah diabsorbsi oleh kulit yang rusak luka, relatif tidak toksik, sifat iritan yang
kecil, relatif stabil secara kimia dan stabil dalam proses sterilisasi dengan autoklaf Rowe et al, 2009.
y = 4,428x + 188,8 R² = 0,659
200 225
250 275
300
8 9
10 11
12 13
14 15
v is
k o
si ta
s d.
P a
.s
konsentrasi propilenglikol dalam formula
Pengaruh Konsentrasi Propilenglikol terhadap Viskositas Gel
Series1 Linear Series1
Gambar 5. Grafik Orientasi Pengaruh Konsentrasi Propilenglikol terhadap Viskositas Gel
y = -0,408x + 13,36 R² = 0,615
0,000 2,000
4,000 6,000
8,000 10,000
12,000
8 9
10 11
12 13
14 15
da y
a s
e ba
r c
m
konsentrasi propilenglikol dalam formula
Pengaruh Konsentrasi Propilenglikol terhadap Daya Sebar Gel
Series1 Linear Series1
Gambar 6. Grafik Orientasi Pengaruh Konsentrasi Propilenglikol terhadap Daya Sebar Gel
Pada kedua grafik di atas dapat diketahui bahwa pada konsentrasi propilenglikol 10, 11 dan 12 memberikan efek yang besar terhadap
viskositas gel dan konsentrasi propilenglikol 10-13 memberikan efek yang besar pada daya sebar gel. Oleh karena itu, didapat daerah irisan dari kedua grafik
tersebut, yakni antara konsentrasi carbopol 10 dan 12. Pada daerah tersebut
juga sudah memenuhi viskositas yang diinginkan 200-300 d.Pa.s serta daya sebar yang diinginkan 3-5cm, sehingga dipilih level rendah propilenglikol 10
dan level tingginya 12. Gel yang dibuat pada masing-masing formula sejumlah 200 gram, sehingga propilenglikol yang digunakan sebanyak 20-24 gram.
Propilenglikol sebagai humektan digunakan dalam konsentrasi kurang dari 15, berdasarkan hasil orientasi digunakan propilenglikol dengan konsentrasi 10-12.
Hidrogel dengan kandungan air yang cukup banyak menyebabkan besarnya kemungkinan untuk terjadi kontaminasi oleh mikroba. Penggunaan
antimikroba dalam sediaan gel bertujuan untuk mencegah kontaminasi dan pertumbuhan mikroorganisme. Bahan pengawet dapat melawan mikroorganisme
dengan spektrum yang luas Heather dan Adam, 2012. Pengawet yang digunakan dalam formula ini adalah metil paraben dengan konsentrasi 0,1. Metil paraben
dipilih karena memiliki spektrum yang luas, stabil pada sediaan berair dengan pH 3-6, stabil dalam proses sterilisasi dengan autoklaf, non-mutagenik, non-
karsinogenik dan non-teratogenik Rowe et al, 2009. Cara pembuatan yakni pertama-tama carbopol dikembangkan dengan
aquadest selama 24 jam, kemudian ke dalam carbopol ditambahkan TEA dan metil paraben yang dilarutkan dengan propilenglikol, kemudian dicampur
menggunakan mixer selama 1 menit. Basis gel tersebut disterilisasi dengan autoklaf dengan suhu 121°C selama 15 menit, metode sterilisasi ini terbukti tidak
berpengaruh terhadap stabilitas formula Mohanambal, Arun dan Abdul, 2010. Kemudian ekstrak daun petai cina dan sisa aquadest ditambahkan dan dicampur
selama 1 menit. Pada formula yang diacu Polyherbal Gel for Wound Healing
Patel A.N., 2011, terdapat juga penggunaan etanol, tetapi dalam formula yang dibuat dalam penelitian ini etanol tidak digunakan karena etanol diketahui dapat
mengeringkan luka, sehingga ditakutkan dapat mengaburkan efek penyembuhan luka dari gel yang dibuat. Ekstrak daun petai cina yang digunakan sebanyak 6
didapatkan berdasar hasil orientasi dosis Lampiran 3.
C. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Gel