F. Uji sterilitas gel ekstrak daun petai cina
Sediaan semisolid yang ditujukan untuk penyembuhan luka haruslah memenuhi kriteria sterilitas Heather dan Adam, 2012. Uji sterilitas dilakukan
terhadap formula gel yang dibuat setelah 48 jam pembuatan. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel XV. Uji Sterilitas Gel Ekstrak Daun Petai Cina
Replikasi Kontrol Media F1 Fa Fb Fab 1
- -
- -
-
2
- -
- -
-
3 -
- +
- +
- : tidak terdapat koloni bakteri + : terdapat koloni bakteri
Dari Tabel XV terlihat bahwa secara umum sediaan memenuhi syarat sterilitas, meskipun terdapat gel yang tidak steril, yakni formula a replikasi 3 dan
formula ab replikasi 3.
G. Uji aktivitas wound healing
Uji ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan gel ekstrak daun petai cina dalam menyembuhkan luka pada hewan uji tikus jantan galur Wistar. Uji ini
dilakukan dengan mengaplikasikan gel ekstrak daun petai cina pada punggung kelinci yang telah dilukai. Formula gel yang diujikan adalah formula 1, a, b dan
ab, karena tidak didapatkan area optimum untuk sifat fisik dan stabilitas gel. Tikus-tikus dibagi dalam 6 kelompok perlakuan, masing-masing 1 ekor tikus
untuk formula 1, a, b, ab, 1 kelompok perlakuan untuk kontrol negatif, yakni tikus dilukai tanpa diobati dan 1 kelompok perlakuan untuk kontrol positif, yakni gel
Bioplacenton
®
. Repetisi dilakukan tiga kali, yakni dengan memberikan 3 luka
pada masing-masing tikus. Setiap harinya diameter luka diukur dan diberi gel hingga luka tertutup sempurna. Kontraksi luka diukur sebagai persentase
pengurangan luka pada area luka untuk tiap harinya Charde et al, 2003; Sunilkumar et al, 1998.
Tabel XVI. Persentase Penutupan Luka Masing-masing Formula Hari
ke- Penutupan Luka
Kontrol +
kontrol -
formula 1
formula a
formula b
formula ab
1 2,011
8,303 4,125
2,887 1,516
1,870 3
20,341 16,98
28,785 22,404
17,378 12,217
5 29,766
24,677 34,309
32,818 31,639
27,768 7
42,816 38,208
48,638 42,887
41,731 40,494
9 67,955
44,068 68,141
63,030 58,476
60,878 11
83,295 49,124
95,611 82,206
88,536 100,000
Gambar 10. Kurva Persentase Penutupan Luka vs Waktu Perlakuan
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
Pen u
tu p
an Lu
ka
Waktu perlakuan hari
Kurva Persentase Penutupan Luka vs Waktu Perlakuan
kontrol + kontrol -
formula 1 formula a
formula b formula ab
Gambar 10 menunjukkan bahwa kontrol negatif memberikan persen penutupan luka paling kecil, yakni baru mencapai 49,124 pada hari ke-11,
sedangkan persen penutupan luka paling besar ditunjukkan oleh formula ab, yakni mencapai 100 pada hari ke-11. Di samping itu, formula 1, b dan ab memiliki
persen penutupan luka yang lebih baik daripada kontrol positif. Dilakukan uji statistik untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
signifikan nilai persen penutupan luka antar perlakuan. Uji normalitas dilakukan dengan uji Shapiro Wilk dengan data yang didapat sebagai berikut:
Tabel XVII. Uji normalitas aktivitas wound healing
Perlakuan Kontrol + Kontrol -
Formula 1
Formula a
Formula b
Formula ab
nilai p 0.344
0.4024 1.736x10
-8
0.1795 4.017x10
-8
-
Dari Tabel XVII diketahui bahwa terdapat data yang tidak normal p 0,05, yakni formula 1, b dan ab. Oleh karena itu, dilanjutkan dengan uji non
parametrik, yakni uji Kruskal Wallis. Uji ini bertujuan untuk melihat signifikansi antara kontrol negatif dengan formula. Hasil yang didapat adalah nilai p 0,05
Lampiran 5, sehingga dapat dikatakan bahwa setidaknya terdapat dua kelompok
yang memiliki perbedaan rerata bermakna. Uji dilanjutkan dengan uji Wilcoxon dengan 2 sampel dan didapat hasil sebagai berikut:
Tabel XVIII. Uji aktivitas gel ekstrak daun petai cina Perlakuan
nilai p
Formula 1 : kontrol - 0.0463
Formula a : kontrol - 0.04953
Formula b : kontrol - 0.1212
Formula ab : kontrol - 0.0369
Formula 1 : kontrol + 0.2683
Formula a : kontrol + 0.8273
Formula b : kontrol + 0.5066
Formula ab : kontrol + 0.0369
Tabel XVIII menunjukkan bahwa formula 1, a dan ab memiliki aktivitas wound healing
jika dibandingkan dengan kontrol negatif karena menghasilkan nilai p0,05, sedangkan formula b tidak memiliki aktivitas wound healing.
Perbandingan penutupan luka formula dan kontrol positif menunjukkan bahwa formula ab memiliki persen penutupan luka yang lebih baik, karena memiliki nilai
p 0,05, yakni 0,0369, sedangkan tiga formulal lainnya memiliki persen penutupan luka yang sama dengan kontrol positif nilai p 0,05. Berdasarkan
informasi yang didapat dari website Kalbe, sediaan Bioplacenton
®
memiliki mekanisme dalam penyembuhan luka dengan mempercepat regenerasi sel dan
juga sebagai antibiotik. Mekanisme ini sama dengan mekanisme penyembuhan luka oleh gel ekstrak daun petai cina, yakni tanin dan flavonoid sebagai antibiotik,
serta saponin dan protein membantu proses regenerasi sel yang rusak. Secara umum kulit manusia terbagi menjadi tiga bagian utama, yakni
epidermis, dermis dan hipodermis. Epidermis tersusun dari sel-sel epitel, pada bagian ini terdapat berbagai macam sel yang hidup maupun mati, akan tetapi pada
bagian ini tidak ditemukan adanya pembuluh darah Sherwood, 2007. Bagian epidermis dibagi lagi menjadi lima lapisan, antara lain stratum germinativum
lapisan basal, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lucidum dan stratum corneum.
Stratum corneum mengandung 70 protein, 15 lipid dan 15 air Nino, et al, 2010. Dermis tersusun dari banyak benang-benang elastin dan
kolagen yang mendukung sifat elastisitas kulit. Pada bagian ini terdapat banyak pembuluh darah serta saraf yang bertanggungjawab terhadap rasa sakit dan
tekanan Sherwood, 2007. Hipodermis merupakan bagian yang paling dalam dari
kulit, merupakan lapisan penghubung antara kulit dan jaringan lain di bawahnya, seperti otot dan tulang Noble, 1993. Gel ekstrak daun petai cina dapat
menyembuhkan luka karena adanya kandungan antibakteri, selain itu dapat juga mengurangi rasa sakit, yakni apabila kedalaman luka hingga bagian dermis,
memacu pembentukan protein dan kolagen yang juga terjadi pada bagian dermis serta reepitelisasi kulit pada bagian epidermis.
Kemudian dilakukan uji komparatif aktivitas wound healing antar formula yang memberikan hasil tidak berbeda bermakna p0,05, yakni nilai p 0,1809
Lampiran 5, sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah dari carbopol 940 dan
propilenglikol yang divariasi tidak memiliki efek terhadap aktivitas wound healing
gel ekstrak daun petai cina. Keterbatasan dari penelitian ini adalah tidak dilakukannya standarisasi
ekstrak daun petai cina yang digunakan serta tidak adanya uji extrudability, yakni terkait dengan kemampuan sediaan semisolid untuk mempertahankan bentuknya
saat dikeluarkan dari kemasan. Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak daun petai cina pada formula 1, a, b dan ab adalah 6,
sedangkan massa masing-masing formula berbeda, yakni formula 1=195 gram, formula a=196 gram, formula b=199 gram dan formula ab=200 gram, dengan
demikian kadar esktrak daun petai cina dalam masing-masing formula tidak sama.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Carbopol 940 merupakan faktor paling dominan dalam menentukan viskositas
dan daya sebar gel penyembuh luka ekstrak daun petai cina. 2.
Tidak ditemukan area komposisi optimum propilenglikol dan carbopol 940 dalam formula gel penyembuh luka ekstrak daun petai cina.
3. Sediaan gel penyembuh luka ekstrak daun petai cina dapat berefek
farmakologis untuk menyembuhkan luka.
B. SARAN
1. Perlu dilakukan standarisasi terhadap ekstrak daun petai cina untuk menjamin
kualitas sediaan. 2.
Perlu dilakukan uji extrudability terhadap gel penyembuh luka ekstrak daun petai cina.
3. Kadar ekstrak daun petai cina pada masing-masing formula perlu disamakan,
agar tidak membiaskan hasil percobaan.