berkurang. Kadar FSH dan testosteron yang rendah akan menyebabkan proses spermatogenesis terganggu, akibatnya jumlah spermatozoa yang dihasilkan menurun.
Menurut Nurhuda et al, 1995, bahwa penurunan jumlah spermatozoa terjadi karena adanya hambatan pada satu tahap perkembangan spermatogenesis. Apabila
terjadi hambatan maka akan berpengaruh pada perkembangan berikutnya. Gangguan yang terjadi pada perkembangan sel-sel spermatogenik disebabkan karena adanya
bahan aktif yang terdapat ekstrak biji blustru yakni alkaloid yang bersifat sitotoksik terhadap sel-sel yang sedang berkembang. Sel-sel yang sedang aktif membelah lebih
sensitif daripada sel yang kurang aktif membelah. Apabila efek bahan aktif ini terjadi pada sel-sel spermatogonium maka perkembangan selanjutnya akan terpengaruh,
sehingga spermatogonium yang berkembang menjadi spermatozoa berkurang.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Dixit et al, 1978, pemberian ekstrak buah pare dapat mempengaruhi sel-sel spermatogonium sedangkan sel Leydig tidak
mengalami perubahan. Selain itu penurunan jumlah spermatozoa disebabkan karena sifat sitotoksik dari bahan aktif yang terdapat dalam ekstrak biji blustru diduga bahwa
bahan aktif tersebut mempunyai respon yang tidak sama terhadap sel-sel dalam tubulus seminiferus.
4.4 Kualitas Spermatozoa
Secara keseluruhan kualitas spermatozoa mencit jantan dewasa meliputi motilitas spermatozoa, viabilitas dan morfologi spermatozoa mencit adalah sebagai berikut:
4.4.1 Motilitas Spermatozoa
Dari hasil konsentrasi motilitas spermatozoa mencit jantan yang dilakukan diperoleh data yang dapat dilihat pada Tabel konsentrasi motilitas spermatozoa mencit
Lampiran F, hal. 62. Sehingga dapat diperjelas dalam bentuk grafik hubungan antara konsentrasi motilitas spermatozoa mencit dengan waktu pemberian kombinasi
Testosteron Undekanoat TU dan ekstrak air biji blustru seperti ditunjukkan pada Gambar 4.4.1
Hasil pengamatan konsentrasi motilitas spermatozoa mencit diketahui terbagi dalam 3 kategori. Kategori a spermatozoa bergerak majucepat, kategori b
spermatozoa bergerak tetaplamban, kategori c spermatozoa tidak bergerakmati. Menurut Arsyad Hayati, 1994, kualitas spermatozoa meliputi beberapa aspek
yakni salah satunya motilitas spermatozoa dapat dibagi menjadi tiga kriteria motilitas baik, motilitas kurang baik, tidak motil.
Gambar 4.4.1 Konsentrasi Motilitas Spermatozoa Mencit Antara Kontrol dan Perlakuan di Setiap Minggu Perlakuan. Huruf yang sama pada
grafik berbeda adalah tidak berbeda nyata pada taraf 5. Kontrol vs perlakuan tn= p0,05;
= p0,05; = p0,01.
Motilitas kategori a. Dari Gambar 4.4.1 di atas, terlihat bahwa adanya pengaruh pemberian kombinasi TU dan ekstrak air biji blustru. Dengan lamanya waktu
pemberian kombinasi TU dan ekstrak air biji blustru menyebabkan penurunan konsentrasi motilitas spermatozoa yakni konsentrasi motilitas maju spermatozoa
mencit. Penurunan konsentrasi motilitas spermatozoa kategori a dapat dilihat pada Gambar 4.4.1 dan mengalami peningkatan konsentrasinya pada perlakuan 24 minggu.
Data motilitas spermatozoa mencit kategori a dapat dilihat pada Lampiran F. Hasil pengamatan konsentrasi motilitas spermatozoa mencit kategori a setelah dilakukan uji
normalitas dan homogenitas varians menunjukkan bahwa data degenerasi tidak berdistribusi normal p0,05 dan tidak bervarians homogen p0,05. Selanjutnya
data tersebut ditransformasi dengan X=1y uji normalitas terhadap motilitas spermatozoa kategori a yang telah ditransformasi tetap berdistribusi tidak normal
a b
b c
c a
b b
abc c
tn
a tn
tn tn
a tn
tn tn
a tn
tn a
tn tn
tn a
p0,05. Untuk itu dilanjutkan dengan uji nonparametrik Mann-Whitney dan Wilcoxon. Dari hasil tersebut perlakuan yang diberikan memberi pengaruh yang
bermakna p0,05 dan pengaruh yang lebih bermakna p0,01. Dimana konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-0 P0 berbeda sangat
nyata lebih tinggi terhadap konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-6, minggu ke-12, minggu ke-18 dan minggu ke-24 P1, P2, P3
dan P4. Konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-6 P1 berbeda sangat nyata lebih tinggi terhadap konsentrasi motilitas kategori
spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-18 dan minggu ke-24 P3 dan P4, dan konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-12 P2
berbeda sangat nyata lebih tinggi konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-18 dan minggu ke-24 P3 dan P4. Dengan kata lain lama waktu
pemberian kombinasi TU dan ekstrak air biji blustru memberikan pengaruh terhadap konsentrasi motilitas spermatozoa mencit kategori a. Hasil uji statistik juga
memperlihatkan bahwa konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit kontrol minggu ke-0 K0 tidak berbeda konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa
perlakuannya P0, konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit kontrol minggu ke-6 K1 tidak berbeda konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit
perlakuan minggu ke-6 P1, konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit kontrol minggu ke-12 K2 tidak berbeda konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa
mencit perlakuan P2. Konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit kontrol minggu ke-18 K3 berbeda sangat nyata lebih tinggi daripada konsentrasi motilitas
kategori a spermatozoa perlakuan P3 dan konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit kontrol minggu ke-24 K4 berbeda nyata lebih tinggi terhadap
konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-24 P4. Hubungan lama pemberian kombinasi TU dan ekstrak air biji blustru terhadap
konsentrasi motilitas spermatozoa mencit kategori a dapat dilihat pada Gambar 4.4.1. Pemberian kombinasi TU dan ekstrak air biji blustru yang terus-menerus dapat
menyebabkan gangguan motilitas maju spermatozoa mencit. Pemberian kombinasi TU dan ekstrak biji blustru menurunkan persentase motilitas maju spermatozoa mencit
dan meningkatkan motilitas mati spermatozoa mencit. Penurunan motilitas spermatozoa kemungkinan disebabkan oleh senyawa alkaloid yang terkandung pada
biji blustru. Menurut Alfaina 2002, bahwa dengan adanya senyawa alkaloid menyebabkan menurunnya motilitas dan viabilitas sperma.
Menurut Kong et al, 1985 dalam Nisa 2004, penurunan motilitas spermatozoa kemungkinan disebabkan oleh senyawa alkaloid yang diduga dapat
mengganggu aktifitas enzim ATP-ase pada membran sel spermatozoa dibagian tengah ekor. Enzim ATP-ase tersebut berfungsi mempertahankan homeostasis internal untuk
ion natrium dan kalium. Jika aktivitas enzim ATP-ase terganggu, maka homeostasis ion natrium dan kalium akan terganggu sehingga konsentrasi Na
+
intrasel meningkat, gradien Na
+
melintasi membran sel akan menurun sehingga pengeluaran Ca
2+
juga akan mengalami penurunan Ganong, 2001. Apabila ion Ca
2+
berkurang maka membran akan kehilangan kemampuannya untuk mengangkut bahan-bahan terlarut ke
dalam sitoplasma Salisbury Ross, 1985 dalam Haryati 2003. Dengan terganggunya permeabilitas membran sperma akan menyebabkan terganggunya
transpor nutrien yang diperlukan oleh spermatozoa untuk pergerakannya.
Menurut Nurhuda et al, 1995 motilitas spermatozoa dipengaruhi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi viskositas dan pH media. Sedangkan
faktor internal adalah sumber energi Santa Soehadi, 1982 dalam Nurhuda et al, 1995. Epididimis merupakan organ yang sangat penting dalam menunjang proses
pematangan spermatozoa secara fungsional. Di dalam epididimis ini disekresikan zat- zat yang penting dalam menunjang proses pematangan spermatozoa seperti protein.
Secara fungsional epididimis sangat bergantung pada hormon testosteron. Hal ini terbukti dengan banyaknya reseptor hormon ini di dalam sel epididimis baik pada
fraksi sitosol ataupun pada inti West et al, 1971 dalam Nurhuda et al, 1995. Akibat adanya gangguan kerja hormon testosteron akibat bahan aktif ini maka sekresi
protein di dalam lumen epididimis akan berkurang, sehingga proses pematangan spermatozoa dalam epididimis akan terganggu.
Motilitas kategori b. Dari Gambar 4.4.1, terlihat bahwa tidak ada pengaruh
pemberian kombinasi TU dan ekstrak air biji blustru. Artinya konsentrasi motilitas spermatozoa yang bergerak lamban pada perlakuan sama dengan konsentrasi motilitas
spermatozoa mencit kontrol dari minggu ke-0 sampai minggu ke-24. Menurut Aditya 2006, spermatozoa yang hidup berhubungan erat dengan motilitas sperma karena
spermatozoa hidup merupakan syarat mutlak bagi spermatozoa untuk dapat menghasilkan energi dan melakukan pergerakan. Semen mamalia yang mempunyai
fertilitas tinggi ditunjukkan dengan konsentrasi spermatozoa hidup yang tinggi dengan morfologi normal Martinez et al, 1996 dalam Aditya, 2006. Motilitas akan
berlangsung dengan baik jika ditopang oleh banyak hal diantaranya adalah morfologi dari spermatozoa itu sendiri.
Motilitas kategori c. Dari Gambar 4.4.1, terlihat bahwa adanya pengaruh pemberian
kombinasi TU dan ekstrak air biji blustru. Lamanya waktu pemberian kombinasi TU dan ekstrak air biji blustru menyebabkan peningkatan konsentrasi motilitas kategori c
spermatozoa yakni konsentrasi motilitas mati spermatozoa mencit sampai minggu ke- 18. Peningkatan konsentrasi motilitas spermatozoa kategori c dapat dilihat pada
Gambar 4.4.1 dan mengalami penurunan konsentrasinya pada perlakuan 24 minggu. Data motilitas spermatozoa mencit kategori c dapat dilihat pada Lampiran F. Hasil
pengamatan konsentrasi motilitas spermatozoa mencit kategori c setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas varians menunjukkan bahwa data degenerasi tidak
berdistribusi normal P0,05 dan tidak bervarians homogen p0,05. Selanjutnya data tersebut ditransformasi dengan X=1
√y. Uji normalitas terhadap motilitas spermatozoa kategori c yang telah ditransformasi tetap berdistribusi tidak normal
p0,05. Untuk itu dilanjutkan dengan uji nonparametrik Mann-Whitney dan Wilcoxon. Dari hasil uji statistik tersebut perlakuan kombinasi yang diberikan
memberi pengaruh yang sangat bermakna p0,01. Dimana konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-0 P0 berbeda sangat nyata lebih
rendah terhadap konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-6, minggu ke-12 dan minggu ke-18 P1, P2, dan P3. Konsentrasi motilitas
kategori c spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-6 P1 berbeda sangat nyata lebih rendah terhadap konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa mencit perlakuan
minggu ke-18 P3, dan konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-12 P2 berbeda sangat nyata lebih rendah terhadap konsentrasi
motilitas kategori c spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-18 P3. Dengan kata lain lama waktu pemberian kombinasi TU dan ekstrak air biji blustru memberikan
pengaruh terhadap konsentrasi motilitas spermatozoa mencit kategori c. Hasil uji statistik juga memperlihatkan konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa mencit
kontrol minggu ke-0 K0 tidak berbeda terhadap konsentrasi motilitas kategori c mencit perlakuan minggu ke-0 P0, konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa
mencit kontrol minggu ke-6 K1 tidak berbeda konsentrasi motilitas kategori c dengan perlakuan P1, konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa mencit kontrol
minggu ke-12 K2 tidak berbeda konsentrasi motilitas kategori c perlakuan P2, konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa mencit minggu ke-18 K3 berbeda
sangat nyata lebih rendah konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-18 P3 dan konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa mencit
kontrol minggu ke-24 K4 tidak berbeda konsentrasi motilitas kategori c perlakuan minggu ke-24 P4. Hubungan lama pemberian kombinasi TU dan ekstrak air biji
blustru terhadap konsentrasi motilitas spermatozoa mencit kategori c dapat dilihat pada Gambar 4.4.1.
Pemberian kombinasi TU dan ekstrak air biji blustru yang terus-menerus dapat menyebabkan motilitas mati spermatozoa mencit meningkat. Namun pada minggu ke
24 motilitas spermatozoa kategori c menurun konsentrasinya. Menurut Herrero Ganong 2001 dalam Tirta 2009, spermatozoa dipengaruhi oleh metabolisme
karbohidrat sebagai sumber utama energinya. Penghubung utama antara metabolisme karbohidrat dan motilitas spermatozoa adalah ATP, dimana kandungan ATP
spermatozoa berkorelasi positif dengan motilitasnya dan penyediaan ATP sangat tergantung pada metabolisme normal fruktosa. Apabila ATP rendah dan terjadi sejak
pembentukan spermatid maka spermatozoa yang terbentuk akan kekurangan energi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terjadinya peningkatan motilitas
spermatozoa disebabkan oleh peningkatan metabolisme karbohidrat oleh epitel epididimis yang berfungsi sebagai tempat pematangan spermatozoa sebelum proses
ejakulasi.
4.4.2 Viabilitas Spermatozoa