Tata Guna Lahan Pertanian Pengembangan Sumberdaya Lahan sebagai Pendukung

5 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tata Guna Lahan Pertanian

Selain sebagai penghasil tanaman pangan dalam hal ini padi, lahan pertanian juga memiliki banyak fungsi. Di antara fungsi tersebut adalah sebagai penopang ketahanan pangan, penyedia lapangan kerja, penjaga kelestarian budaya serta memberikan suasana khas perdesaan. Sumberdaya lahan dapat mengalami perubahan karena aktivitas manusia. Penggunaan lahan landuse adalah setiap bentuk campur tangan intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yaitu 1 pengunaan lahan pertanian dan 2 penggunaan lahan bukan pertanian. Menurut Sitorus 2004, sumberdaya lahan land recources adalah lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Dalam hal ini lahan juga mengandung pengertian ruang atau tempat. Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia. Penggunaan sumberdaya lahan khususnya untuk kegiatan pertanian pada umumnya ditentukan oleh kemampuan lahan dan kesesuaian lahan. Sumberdaya lahan akan menurun kontribusinya terhadap penyediaan pangan akibat terjadinya tekanan jumlah penduduk yang memperkecil kepemilikan lahan per-kapita dan kompetisi penggunaan lahan. Sesuai dengan teori Thomas Malthus Neo-Malthusian diacu dalam Baliwati 2008 bahwa penduduk cenderung bertambah menurut deret ukur dan berlipat ganda setiap 30- 40 tahun kecuali jika terjadi kelaparan. Di sisi lain, pertambahan hasil yang semakin berkurang dari faktor produksi lahan yang jumlahnya tetap memerlukan persediaan pangan yang meningkat menurut deret hitung, sehingga membutuhkan daya dukung sumberdaya alam dan lingkungan yang selaras.

2.2 Pengembangan Sumberdaya Lahan sebagai Pendukung

Ketahanan Pangan Lahan sawah yang berbahan induk volkan seperti tanah-tanah sawah di Jawa secara alami lebih subur bila dibandingkan dengan tanah-tanah sawah daerah yang berbahan induk tersier. Kesuburan alami tanah yang relatif lebih tinggi dan ditunjang oleh adopsi teknologi budidaya yang lebih maju mengakibatkan terjadinya kesenjangan produktivitas yang tinggi antara lahan sawah di Jawa dan di luar Jawa Subagjo et al. 2000. Lahan sawah memiliki fungsi strategis, karena merupakan penyedia bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia. Pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan akan lahan untuk berbagai sektor membuat konversi lahan sawah cenderung mengalami peningkatan, di lain pihak pencetakan lahan 6 sawah baru ekstensifikasi mengalami perlambatan Sudaryanto 2003; Irawan 2004; Agus et al. 2006. Lantarsih et al. 2011 menyatakan bahwa masalah beras di Indonesia tidak terlepas dari aspek distribusi akibat adanya kesenjangan produksi antar daerah dan antar waktu. Oleh karena itu, kemampuan daerah untuk memproduksi lahan sawahnya sendiri merupakan aspek penting dalam menciptakan kemandirian pangan. Untuk mempertahankan ketahanan pangan nasional, beberapa usaha yang perlu dilaksanakan secara stimultan antara lain: pengendalian konversi lahan pertanian, mencetak lahan pertanian baru dan intensifikasi sistem pertanian dengan menerapkan tekonologi yang dapat meningkatkan produktivitas dan sekaligus mempertahankan kualitas lingkungan Agus dan Mulyani 2006. Walaupun secara teoritis ketahanan pangan mengandung aspek yang sangat luas, termasuk kemampuang mengadakan bahan pangan yang baik bersumber dari dalam maupun dari luar negeri, namun dalam berbagai kebijakan pembangunan pertanian, usaha pencapaian ketahanan pangan sebagian besar difokuskan pada peningkatan kemandirian pangan terutama beras Agus et al. 2006. Wahyunto 2009 menyatakan bahwa untuk mempertahankan ketahanan pangan dan pengembangan bio-energi nasional diperlukan strategi dan kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya lahan yang komprehensif. Strategi tersebut adalah: 1 mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan eksisting agar lebih produktif dan lestari, baik secara kuantitas luasan maupun kualitas kesuburanproduktivitas, antara lain melalui intensifikasi dan peningkatan intensitas tanam IP200, IP300, IP400, pengembangan inovasi teknologi, perbaikan sistem pengelolaan DAS dan konservasi tanah dan air serta pengendalian konversi lahan, 2 perluasan areal pertaniansawah baru atau ekstensifikasi dengan beberapa upaya, seperti ekstensifikasi dengan memanfaatkan lahan potensial, pemanfaatan lahan basah untuk tanaman pangan berbasis padi, pengembangan varietas unggul yang adaptif pada lahan sub-optimal dan cekaman perubahan iklim.

2.3 Perlindungan Lahan Pertanian