Peta Satuan Lahan Lahan Potensial berdasarkan Kesesuaian Lahan

4.3 PenutupanPenggunaan Lahan Aktual

Informasi penutupanpenggunaan lahan diperoleh dari hasil interpretasi citra Landsat bulan Juni 2011 dan bulan Juni 2013. Citra Landsat tahun 2011 digunakan untuk mengetahui tutupan lahan yang tertutup awan pada citra landsat Tahun 2013. Untuk klasifikasi penutupan lahan referensi yang digunakan untuk sumber data sekunder adalah informasi resmi yang telah dipublikasikan oleh Departemen Kehutanan Badan Planologi Kehutanan. Citra Landsat diinterpretrasi secara visual dengan menggunakan berbagai kombinasi spektral, sehingga didapatkan beberapa kelas penggunaan lahan yaitu tubuh air, hutan, semakbelukar, tambang, belukar rawa, perkebunan, tanah terbuka, pertanian lahan kering, sawah, pemukiman, rawa, dan tambak Tabel 9 dan Lampiran 2. Peta tutupan lahan aktual Kab. Basel ditunjukkan pada Gambar 5. Tabel 9 Luasan dan persentase tutupan lahan aktual Kabupaten Bangka Selatan Tutupan lahan Semak Belukar Hutan Tambang Belukar Rawa Perkebunan Tanah Terbuka Luas ha 234.060 42.810 21.580 15.580 9.790 8.650 67,21 12,29 6,20 4,48 2,81 2,49 Tutupan lahan Lahan Kering Sawah Permukiman Rawa Tambak Tubuh Air Luas ha 4.940 4.620 3.760 2.440 50 10 1,42 1,33 1,08 0,7 0,013 0,003

4.4 Peta Satuan Lahan dan Peta Kesesuaian Lahan

Peta satuan lahan telah disusun oleh BPTP Prov. Kep. Babel bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Basel, yaitu peta satuan lahan yang disusun berdasarkan analisis terrain.

4.4.1 Peta Satuan Lahan

Karakteristik lahan yang disajikan pada legenda peta satuan lahan terdiri atas: satuan landform dan tingkat torehan, elevasi litologi atau bahan induk, relief dan lereng, subgrup tanah, jenis penggunaan lahan, dan luasan untuk setiap satuan lahan. Dari hasil penyusunan tersebut diperoleh sebanyak 25 satuan lahan dari grup landform aluvial, marin, fluvio-marin, gambut, volkanik, dan tektonik serta 2 satuan lahan dari grup aneka BPTP Kep. Babel 2006. Sebaran dari satuan lahan disajikan pada peta satuan lahan Gambar 6 dan legenda peta Lampiran 3. Landform aluvial terdapat pada unit satuan lahan 1 s.d 5 terbentuk dari hasil proses fluviasi, koluviasi, atau gabungan dari keduanya, dicirikan oleh endapan yang berlapis-lapis, berliat berpasir dan berkerikil. Terdapat pada lahan yang agak datar dan datar. Landform marin yang terdapat pada unit satuan lahan 6 s.d 8 terbentuk dari hasil pengendapan bahan yang dipengaruhi air laut. Landform fluvio-marin yang terdapat pada unit satuan lahan nomor 9 terbentuk dari bahan Gambar 5 Peta tutupan lahan aktual Kabupaten Bangka Selatan 28 alluviummarin dengan bentuk wilayah datar. Landform volkanik yang terdapat pada unit satuan lahan 11 s.d 17 terbentuk dari bahan induk granit. Landform tektonik yang terdapat pada unit satuan lahan 18 s.d 25 terbentuk dari hasil proses lipatan dan batuan sedimen yang telah mengalami proses erosi atau pengikisan sehingga dihasilkan kondisi landscape yang bervariasi BPTP Kep Babel 2006.

4.4.2 Lahan Potensial berdasarkan Kesesuaian Lahan

Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan pada kondisi aktual dengan asumsi kesesuaian lahan yang dianalisis dilakukan pada kondisi tanpa masukan perbaikan faktor-faktor pembatas. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan mensinkronkan antara kualitas lahan satuan lahan yang telah dianalisis sebelumnya dengan karakteristik lahan persyaratan penggunaan sebagai parameter dengan kriteria. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah Lampiran 4 dan padi ladang Lampiran 5 mengacu pada klasifikasi kesesuian lahan oleh Pusat Penelitian Tanah. Penilaian kesesuaian lahan bertujuan untuk menduga tingkat kesesuaian suatu lahan untuk berbagai kemungkinan penggunaan lahan. Penilaian ini berdasarkan beberapa sifat-sifat lahan yang dihubungkan dengan persyaratan yang akan dikembangkan. Evaluasi lahan oleh BPTP dilakukan dengan asumsi masukan input “sedang”, karena umumnya petani di wilayah tersebut telah menerapkan teknik pertanian dalam pengelolaan lahannya, walaupun pengelolaan lahan tersebut masih belum optimal. Oleh karena itu, penilaian kesesuaian lahan hanya mempertimbangkan kualitas lahan rejim temperatur udara tc, media perakaran rc dan bahaya erosi eh. Kualitas lahan retensi hara nr, ketersediaan hara ne, dan ketersediaan air wa tidak dilakukan penilaian. Faktor penghambat utama penggunaan lahan umumnya terdiri atas kondisi suhu, media perakaran, dan bahaya erosi. Unit lahan yang sangat sesuai untuk pengembangan padi ladang adalah unit lahan 1, 3, 5, 8, 11, 12, 13, 22 dan untuk pengembangan padi sawah unit lahan yang sangat sesuai adalah unit lahan 1, 2, 3, 4, 5, 8, 10, 11, 12, 13, 22 Tabel 10. Perbedaan antara padi ladang dengan padi sawah pada kesesuaian lahan S1 adalah unit lahan 2, 4 dan 10, dikarenakan pada unit lahan tersebut drainasenya terhambat sehingga sangat sesuai untuk sawah tetapi kurang sesuai untuk ladang. Unit lahan 23 merupakan unit lahan yang apabila dikembangkan untuk padi ladang akan mempunyai kelas kesesuaian S2 namun apabila akan dikembangkan untuk padi sawah kelas kesesuaiannya akan berubah menjadi kelas kesesuaian S2, dikarenakan pada unit lahan 23 bentuk wilayahnya berombak serta bahan induknya merupakan batu liat dan batu pasir sehingga kurang sesuai untuk padi sawah. Gambar 6 Peta satuan lahan Kabupaten Bangka Selatan berdasarkan analisis terrain 30 Tabel 10 Kesesuaian lahan untuk pertanian padi per-unit satuan lahan di Kabupaten Bangka Selatan Kesesuaian Lahan Padi Ladang satuan lahan Padi Sawah satuan lahan S1 1, 3, 5, 8, 11, 12, 13 dan 22 1, 2, 3, 4, 5, 8, 10, 12, 13 dan 22 S2 14, 15 dan 23 9, 14 dan 15 S3 2, 4, 7, 9, 10, 16, 19, 20, 21, 7, 20 dan 23 24 dan 25 N 6, 17 dan 18 6, 16, 17, 18, 19, 21, 24 dan 25 Sumber: BPTP Kep. Babel 2006 Sebaran dari potensi luas pengembangan pertanian berdasarkan kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah dan padi ladang disajikan pada peta potensi berdasarkan kesesuaian lahan Gambar 7 dan 8 dan tabel potensi luas pengembangan pertanian padi di Kab. Basel Tabel 11. Lahan yang termasuk kelas S1 sangat sesuai merupakan lahan yang berpotensi tinggi untuk dikembangkan, kelas S2 agak sesuai berpotensi sedang, kelas S3 sesuai marginal berpotensi rendah, N tidak sesuai berpotensi sangat rendah sampai tidak berpotensi sama sekali. Tabel 11 Potensi luas pengembangan pertanian padi di Kabupaten Bangka Selatan Komoditas Kelas Kesesuaian Lahan Luas ha S1 S2 S3 N td Padi Ladang 148.550 13.340 159.150 9.790 8.110 Padi Sawah 156.700 6.200 89.900 78.010 8.110 Ket: S1 = sangat sesuai, S2 = agak sesuai, S3 = sesuai marjinal, N = tidak sesuai, td = tidak dinilai wilayah galian tambang dan pemukiman

4.5 Kesesuaian Lahan Padi Eksisting dan Potensial dengan RTRWK