Estimasi nilai paparan BPA pada air

38 Rata-rata waktu kontak ASI jauh lebih lama daripada rata-rata waktu kontak air disebabkan oleh lamanya penyimpanan ASI didalam kulkas. ASI yang disimpan tersebut disebut ASI perah. Penyimpanan ASI perah ini biasanya disebabkan oleh kesibukan ibu sehingga tidak memiliki waktu untuk menyusui anaknya secara langsung, atau karena produksi ASI ibu yang melimpah sehingga ASI disimpan sebagai stok cadangan jika disaat darurat ibu tidak dapat menyusui anaknya. Menurut Sulistyoningsih 2011, keputusan ibu untuk menggunakan ASI perah adalah untuk memenuhi hak anak dalam mendapatkan ASI eksklusif. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan memperoleh semua kelebihan ASI serta terpenuhi kebutuhan gizinya secara maksimal sehingga akan lebih sehat, lebih tahan terhadap infeksi, tidak mudah terkena alergi, dan lebih jarang sakit. Sebagai hasilnya, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Pertumbuhan dapat dilihat dari penambahan berat badan, tinggi badan, ataupun lingkar kepala, sedangkan perkembangan yang optimal dapat dilihat dari adanya peningkatan kemampuan motorik, psikomotorik dan bahasa. Semakin lama waktu kontak antara botol polikarbonat dengan air dan ASI, semakin besar juga resikonya terhadap paparan BPA. Hal ini disebabkan semakin lama waktu kontak, semakin banyak pula residu BPA yang dapat mengkontaminasi pangan. Selain lama waktu kontak, faktor suhu, jenis pangan, besar volume botol, cara sterilisasi botol dan tempat penyimpanan botol juga berpengaruh terhadap besarnya paparan.

4.2. Estimasi Nilai Paparan BPA

Estimasi nilai paparan adalah nilai migrasi yang diperkirakan terjadi dari kemasan ke dalam pangan terkemas dan kemudian dikonsumsi oleh tubuh. BPA dikatakan terpapar ke dalam pangan apabila dalam pangan yang dikemas ditemukan kandungan BPA. BPA sendiri merupakan salah satu bahan tambahan dalam pembuatan plastik yang digunakan untuk menguatkan plastik polikarbonat. Botol susu yang dibuat dari plastik polikarbonat juga menggunakan BPA sebagai bahan baku pembentuknya. BPA dalam botol susu polikarbonat ini bukan tidak mungkin dapat terlepas dan mengkontaminasi pangan yang disimpan dalam botol susu. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terlepasnya BPA dari polikarbonat, seperti perlakuan pencucian botol, frekuensi pemakaian botol, dan perlakuan pemanasan pada botol. Kontaminasi BPA dari botol susu polikarbonat ini dapat dihitung melalu estimasi nilai paparan BPA. Beberapa hal yang mempengaruhi nilai paparan BPA, antara lain besarnya porsi dan frekuensi konsumsi dengan menggunakan botol polikarbonat, jenis pangan yang dikonsumsi dari botol, kadar residu BPA yang bermigrasi ke pangan, dan berat badan pengkonsumsi. Porsi dan frekuensi konsumsi berbanding lurus dengan nilai paparan. Artinya, semakin besar porsi dan frekuensi konsumsi terhadap penggunaan botol, maka nilai paparan BPA dari botol pun akan semakin tinggi dan sebaliknya, semakin kecil porsi dan semakin jarangnya frekuensi konsumsi, maka nilai paparan juga akan semakin rendah. Berat badan berbanding terbalik dengan nilai paparan, semakin besar berat badan pengkonsumsi air dan ASI dari botol susu polikarbonat, maka akan semakin rendah nilai paparan BPAnya. Estimasi nilai paparan BPA dari botol susu polikarbonat kemudian dihitung berdasarkan jenis pangan yang dikonsumsi.

4.2.1. Estimasi nilai paparan BPA pada air

Estimasi nilai paparan BPA pada air atau paparan diet harian dihitung dengan cara mengkalikan besar konsumsi pangan dengan batas residu BPA terhadap berat badan anak yang mengkonsumsi air dari botol susu polikarbonat. Besar konsumsi pangan didapat dari frekuensi minum anak dalam satu hari dan seberapa besar porsi sekali minum. Batas residu BPA untuk air yang 39 digunakan sebesar 0,1µgL atau setara dengan 0,1 ppb. Penentuan batas ini berdasarkan penelitian Brede 2003 yang berjudul Increased migration levels of bisphenol A from polycarbonate baby bottles after dishwashing, boiling and brushing dimana pengujian dilakukan dengan menggunakan GCMS terhadap botol susu yang diisi dengan air, menghasilkan nilai migrasi spesifik air pada BPA sebesar 0,1µgL atau sebesar 0,0001 ppm. Dalam estimasi nilai paparan ini, diasumsikan bahwa telah terjadi 100 migrasi BPA ke dalam pangan yang dikonsumsi untuk menunjukkan kemungkinan terburuk dari terlepasnya paparan BPA. Dari hasil survei yang dilakukan di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Bogor menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi pangan air adalah 0,232 liter dalam satu hari. Berat badan rata-rata anak yang mengkonsumsi air dari botol susu polikarbonat sebesar 10 kg. Dari informasi tersebut, kemudian dilakukan perhitungan nilai paparan diet sehingga didapat estimasi nilai paparan BPA dari botol susu polikarbonat ke dalam air sebesar 0,000002 ppm atau setara dengan 0,000002 mgkg berat badanhari. Berdasarkan peraturan Kepala Badan POM tahun 2012, batas toleransi BPA adalah 0,029 mgkg berat badanhari. Nilai paparan BPA pada air jauh lebih kecil dibandingkan standar toleransi atau Total Daily Intake TDI yang ditetapkan oleh BPOM RI. Menurut standar internasional yang dibuat oleh European Food Safety Authority EFSA pada tahun 2006, harga asupan harian yang dapat ditoleransi oleh tubuh atau tolerable daily intake TDI BPA sebesar 0,05 mgkg berat badanhari. Jika dibandingkan dengan standar EFSA, nilai estimasi paparan BPA pada air juga jauh lebih kecil. Artinya penggunaan botol susu polikarbonat untuk air masih aman digunakan Studi menunjukkan bahwa pada dosis yang sangat rendah, 6µgL atau setara dengan 6 ppb atau 0,006 ppm BPA dapat mengakibatkan pertumbuhan abnormal sel endometrium diluar rahim, yang dapat mengakibatkan kemandulan pada wanita. Pada Laki-laki, BPA dapat menyebabkan berkurangnya produksi sperma dan kanker testis. BPA sangat beresiko pada anak-anak yang kemampuan hormonnya masih belum seimbang. Ditambah lagi konsumen BPA terbesar adalah anak- anak, karena penggunaan BPA banyak terdapat pada botol susu anak. Batas migrasi BPA yang ditetapkan di uni eropa untuk botol susu bayi adalah 3 mgkg ppm pangan Sun, C.L., 2003.

4.2.2. Estimasi nilai paparan BPA pada ASI

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Ibu Memilih Pemberian Susu Formula Pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013

0 39 68

Kajian Paparan Bisfenol-A (BPA) Dari Botol Susu Polikarbonat Pada Bayi. Studi Kasus : Wilayah DKI Jakarta

1 5 178

STERILISATOR BOTOL SUSU BAYI BERBASIS MIKROKONTROLER

14 59 111

Pengaruh paparan radiasi sinar matahari terhadap kadar bisfenol A dalam botol plastik jenis polikarbonat yang ditetapkan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik.

2 10 165

Pengaruh paparan sinar matahari terhadap kadar bisfenol A dalam air yang berasal dari botol polikarbonat dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik dengan metode pengayaan.

0 0 141

Pengaruh paparan radiasi sinar matahari terhadap kadar bisfenol A dalam botol plastik jenis polikarbonat yang ditetapkan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik

1 2 163

HUBUNGAN POLA PEMBERIAN ASI DAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU ( MP – ASI ) DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI DI PUSKESMAS BANDARHARJO SEMARANG 2008 - UDiNus Repository

0 0 2

PDF ini Perbedaan Kadar Lisozim dalam Air Susu Ibu (ASI) pada Bayi Sehat dan Bayi Sakit yang Mendapat ASI Eksklusif | Irwandi | Sari Pediatri 4 PB

0 0 6

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Air Susu Ibu (ASI) 1. Air Susu Ibu (ASI) - BAB II pdf

0 0 28

Pengaruh paparan sinar matahari terhadap kadar bisfenol A dalam air yang berasal dari botol polikarbonat dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik dengan metode pengayaan - USD Repository

0 0 139