Rasio Sumber Daya Hasil Penjadwalan

82 Tanggal pembuatan digunakan untuk memanggil database tentang data persediaan produk di dalam gudang dan dapat melihat persediaan bahan baku di gudang. Sedangkan masukan minggu pembuatan dimaksudkan untuk memanggil seluruh data pesanan yang masuk dari KPW di dalam minggu tersebut dan akan dijadikan sebagai acuan untuk pembuatan jadwal produksi. Setelah data persediaan produk dan jumlah pesanan ditampilkan, maka proses penjadwalan produksi dapat dioperasikan dan menghasilkan jadwal rencana produksi untuk satu minggu ke depan. Proses akan dimulai dari penentuan nilai CR dan jumlah rencana produksi pada setiap produk. Selanjutnya akan disusun berdasarkan nilai CR yang terkecil hingga terbesar kemudian disusun kembali berdasarkan lini produksi yang akan digunakan. Penentuan jumlah hari kerja berdasarkan kebijaksanaan perusahaan dan memperhatikan tingkat permintaan pasar juga. Jumlah hari kerja normalnya adalah enam hari kerja, yakni hari Senin sampai Sabtu dengan penerapan tiga shift kerja. Namun jumlah hari kerja ini dapat berkurang jika ada kebijakan libur nasional atau kebijakan lain dari perusahaan. Jumlah hari kerja juga dapat bertambah jika permintaan produksi sedang meningkat tajam untuk mencukupi kebutuhan produksi. Data tentang jumlah hari kerja akan digunakan untuk menentukan kapasitas produksi maksimal yang dapat dilakukan oleh perusahaan pada minggu tersebut. Penentuan kapasitas produksi ini digunakan untuk membatasi jumlah produk yang dapat diproduksi dalam minggu tersebut dengan melihat rencana waktu produksi yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu produk sesuai dengan jumlah rencana produksi yang direncanakan. Tahapan selanjutnya adalah melihat jumlah stok persediaan bahan baku yang akan digunakan. Adanya jadwal rencana produksi beserta jumlah produksi yang akan dilaksanakan, maka dengan otomatis akan diketahui jumlah pemakaian bahan yang akan dilakukan. Pada saat proses produksi akan dilakukan maka pihak produksi akan melakukan permintaan bahan baku kepada pihak logistik untuk kegiatan produksi sesuai dengan rencana produksi. Ketika jadwal rencana produksi telah tersusun, maka kebutuhan bahan baku juga dapat diketahui data bahan baku yang tidak mencukupi untuk proses produksi atau bahan baku yang stoknya sudah menipis. Jika jumlah diketahui bahan baku yang tidak mencukupi atau persediaannya sudah menipis maka pihak logistik dapat melakukan purchase order permintaan pembelian untuk memenuhi kebutuhan produksi. Pemesanan akan dilakukan sehingga pada saat proses produksi akan dilaksanakan, kebutuhan bahan baku untuk produksi tersebut dapat terpenuhi.

5.5 Rasio Sumber Daya Hasil Penjadwalan

Proses penjadwalan produksi yang dilakukan akan menghasilkan nilai rasio penggunaan sumber daya produksi setelah proses penjadwalan. Nilai rasio penggunaan yang dihitung adalah sesuai dengan jadwal produksi yang dibuat oleh perusahaan sebelum dilakukan pengembangan jadwal produksi. Nilai rasio penggunaan sumber daya produksi setelah penjadwalan akan dibandingkan dengan nilai rasio penggunaan sumber daya produksi sebelum dilakukan penjadwalan. Apabila nilai rasio penggunaan sumber daya produksi setelah proses penjadwalan lebih kecil nilainya daripada nilai rasio penggunaan sumber daya produksi sebelum penjadwalan, maka proses penjadwalan yang dilakukan lebih optimal dibandingkan sebelum dilakukan proses penjadwalan. Hal ini dikarenakan pemakaian sumber daya produksi lebih optimal, lebih efisien, dan dapat menekan waktu menganggur di lantai produksi khususnya karena antrian mesin pengemasan. Perbandingan nilai rasio penggunaan sumber daya produksi sebelum dan setelah dilakukan penjadwalan dapat dilihat pada tabel 5.20. 83 Tabel 5.24 Perbandingan nilai rasio penggunaan sumber daya produksi Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata nilai rasio penggunaan sumber daya untuk unit kerja pengolahan dari minggu ke-9 sampai minggu ke-12 tahun 2011 sebelum dilakukan penjadwalan adalah 47,29, 47,51, 45,65, dan 35,15. Setelah dilakukan penjadwalan produksi rata-rata nilai rasio penggunaan sumber daya untuk unit kerja pengolahan dari minggu ke-9 sampai minggu ke-11 tahun 2011 adalah 41,85, 42,26, 40,28, dan 31,47. Penurunan nilai rasio penggunaan sumber daya sebelum dilakukan penjadwalan dan setelah penjadwalan terjadi karena proses penjadwalan produksi menurunkan waktu menganggur yang terjadi di unit kerja pengolahan sehingga mengoptimalkan dan mengefisienkan penggunaan sumber daya produksi. Selain itu, penjadwalan produksi yang dilakukan juga mengurangi timbulnya waktu antrian pada alat PHE karena jadwal penggunaan PHE diketahui secara terperinci sehingga dapat meminimalisir terjadinya antrian. Rata-rata nilai rasio penggunaan untuk mesin sterilisasi sebelum dilakukan penjadwalan dari minggu ke-9 sampai minggu ke-12 tahun 2011 adalah 31,18, 44,93, 41,02, dan 47,46. Setelah dilakukan penjadwalan nilai rasio penggunaan mesin sterilisasi dari minggu ke-9 sampai minggu ke- 12 turun menjadi 24,71, 32,54, 29,55, dan 35,07. Penurunan nilai rasio penggunaan sumber daya ini disebabkan penggunaan mesin sterilisasi lebih kecil jika dibandingkan dengan sebelum dilakukan penjadwalan produksi. Penurunan penggunaan mesin sterilisasi disebabkan awal pengoperasian mesin dapat diatur dan disesuaikan dengan jadwal harian yang dibuat sehingga proses persiapan mesin dapat dilakukan sesuai dengan jadwal penggunaannya. Adanya jadwal harian ini akan memberi informasi waktu pengoperasian mesin sterilisasi sehingga mengurangi waktu menunggu bahan baku dari unit pengolahan pada mesin sterilisasi. Rata-rata nilai rasio penggunaan untuk mesin pengemasan sebelum penjadwalan pada minggu ke-9 sampai minggu ke-12 tahun 2011 adalah 27,53, 34,45, 36,58, dan 36,27. Setelah dilakukan penjadwalan, rata-rata nilai rasio penggunaan mesin pengemasan pada minggu ke-9 sampai 84 minggu ke-12 tahun 2011 adalah 22,55, 27,54, 29,10, dan 31,12. Penurunan nilai rasio penggunaan sumber daya disebabkan waktu pemakaian mesin pengemasan lebih kecil dibandingkan dengan sebelum dilakukan penjadwalan produksi. Selain itu, awal proses pengoperasian mesin dapat disesuaikan dengan jadwal harian sehingga timbulnya waktu menunggu pasokan produk dari unit pengolahan dan sterilisasi yang akan dikemas dapat diminimalisir. Jika dilihat secara keseluruhan, setelah dilakukan proses penjadwalan produksi nilai rasio penggunaan sumber daya lebih kecil dibandingkan dengan nilai rasio penggunaan sumber daya sebelum dilakukan penjadwalan produksi. Hal ini berarti menggunakan proses penjadwalan yang dikembangkan dapat lebih mengoptimalkan dan mengefisienkan penggunaan mesin produksi. Penggunaan sumber daya produksi lebih optimal dan efisien karena waktu menganggur dan antrian untuk penggunaan mesin pengemasan dapat ditekan. Waktu menganggur yang terjadi di lini kerja produksi yang banyak terjadi pada dua stasiun kerja yakni unit kerja pengolahan dan sterilisasi disebabkan oleh faktor-faktor timbulnya antrian penggunaan mesin, proses mengunggu transfer produk dari unit sebelumnya, dan waktu menunggu unit kerja yang akan dituju. Waktu menganggur di unit kerja pengolahan biasa terjadi pada saat proses pengolahan, transfer produk ke sterilisasi, dan antrian transfer sirup gula. Sementara di unit kerja sterilisasi waktu menganggur biasa terjadi pada saat proses menunggu pasokan produk dari unit kerja pengolahan dan menunggu mesin pengemasan siap untuk melakukan proses produksi. Rincian waktu menganggur yang terjadi di lantai produksi utamanya pada unit kerja pengolahan dan sterilisasi sebelum dan sesudah dilakukan penjadwalan dapat dilihat pada tabel 5.21. Tabel 5.25 Rincian waktu menganggur di lantai produksi Faktor-faktor yang tercantum pada tabel 5.21 adalah waktu menganggur di unit pengolahan dan unit sterilisasi. Pada unit pengolahan faktor utama yang menyebabkan waktu menganggur adalah penggunaan PHE yang harus secara bergantian. Melalui model penjadwalan harian yang dikembangkan, penggunaan PHE akan diatur sedemikian rupa dan ditentukan jadwal penggunaannya sehingga waktu menganggur tangki pencampuran karena faktor antrian penggunaan PHE dapat 85 diminimalisir. Penurunan antrian penggunaan PHE di unit pengolahan dapat dilihat dari perbedaan waktu menganggur yang terjadi sebelum dan setelah dilakukan pengembangan jadwal produksi harian. Jika dirinci, maka nilai waktu menganggur di unit kerja pengolahan karena proses pengolahan awalnya bernilai 32,99 dapat ditekan menjadi 2,57. Waktu menganggur karena proses transfer produk yang awalnya 21,80 dapat ditekan menjadi 1,35. Waktu menganggur karena menunggu transfer sirup gula, sterilisasi menunggu pasokan dari unit pengolahan dan menunggu mesin pengemasan siap beroperasi secara berturut-turut yang awalnya 6,42, 5,51, dan 2,97 dapat ditekan hingga tidak terjadi waktu menganggur lagi untuk faktor-faktor tersebut. Data perhitungan di tabel 5.21 diperoleh dari data pengamatan di lapangan dan proses simulasi penerapan pengembangan jadwal produksi yang dibuat. Kelima faktor yang menyebabkan terjadinya waktu menganggur berasal dari faktor-faktor yang sering menjadi penyebab terjadinya waktu menganggur di lantai produksi. Data waktu menganggur sebelum dilakukan simulasi diperoleh dari data yang terjadi di lapangan. Sedangkan target penurunan merupakan target penurunan waktu menganggur yang ingin dicapai untuk mengurangi waktu menganggur. Data setelah simulasi diperoleh dari perhitungan jadwal produksi yang dibuat. Waktu menganggur untuk faktor proses pengolahan dapat ditekan, karena sebelum dilakukan pengembangan jadwal produksi banyak terjadi antrian penggunaan PHE dan fasilitas produksi lainnya. Setelah dilakukan pengembangan jadwal produksi waktu menganggur dapat ditekan karena penggunaan PHE telah terjadwal sehingga antrian penggunaan PHE juga dapat diminimalisir dan mengurangi waktu keterlambatan proses produksi. Faktor lain adalah sebelum dilakukan pengembangan jadwal, poses pengolahan tidak memiliki waktu baku dan tergantung terhadap keahlian para operator pengolahan. Setelah dilakukan pengamatan, sebenarnya waktu baku proses produksi dapat ditentukan sesuai dengan keadaan di lapangan dan dapat diterapkan oleh operator. Sedangkan untuk faktor proses transfer produk dapat ditekan karena sebelum dilakukan pengembangan jadwal proses pengolahan dilakukan tanpa adanya kejelasan jadwal, sehingga besar kemungkinan menunggu lama di tangki pengolahan. Setelah dilakukan pengembangan jadwal produksi maka proses pengolahan dilakukan pada jadwal yang telah ditentukan sehingga produk mengalami waktu menganggur di tangki pengolahan lebih singkat. Faktor waktu menganggur transfer sirup gula dapat dihilangkan karena setelah dilakukan pengembangan jadwal produksi, proses transfer gula dilakukan bersamaan dengan proses air melalui PHE yang pertama sehingga antrian transfer sirup gula dapat dihilangkan. Sebelum dilakukan pengembangan jadwal produksi, proses transfer sirup gula dilakukan secara bertahap tidak bersamaan dengan proses penggunaan PHE. Perubahan cara transfer gula yang awalnya bertahap dirubah menjadi bersamaan dengan penggunaan PHE tidak akan merubah mutu dan kualitas produk karena pipa saluran transfer yang digunakan berbeda dan pada posisi yang berbeda, sehingga tidak akan tercampur antara keduanya. Sedangkan untuk waktu menganggur karena faktor menunggu unit pengolahan dan pengemasan dapat dihilangkan juga karena setelah dilakukan pengembangan jadwal, pengoperasian mesin dilakukan sesuai dengan jadwal kegiatan harian. Sedangkan sebelum dilakukan pengembangan jadwal proses pengoperasian sumber daya dilakukan dengan kemungkinan waktu menunggu lebih besar karena tidak adanya jadwal kegiatan yang rinci. Pengoperasian fasilitas sebelum pengembangan jadwal produksi dilakukan tanpa adanya jadwal sehingga waktu menunggu unit kerja lainnya lebih besar kemungkinannya. Program jadwal harian akan membantu perusahaan untuk membuat rincian jadwal kegiatan. Rincian jadwal kegiatan akan menyesuaikan waktu penggunaan PHE sehingga kemungkinan terjadinya antrian tangki pengolahan menunggu pasokan dari PHE dapat diminimalisir. Jadwal harian akan menentukan waktu penggunaan PHE sehingga tangki pengolahan tidak banyak mengantri untuk 86 mendapatkan pasokan air baku produksi dari PHE. Jika permasalahan antrian tangki pengolahan menunggu pasokan air baku dari PHE tidak diatasi, masalah yang dapat timbul adalah unit pengolahan sewaktu-waktu dapat mengalami keterlambatan untuk memasok produk ke unit sterilisasi dan pengemasan. Keterlambatan yang timbul terjadi karena tangki pengolahan masih mengalami antrian pasokan dari PHE yang masih memasok air baku ke tangki pengolahan yang lainnya, sedangkan unit sterilisasi sudah siap untuk melakukan proses sterilisasi produk yang belum selesai diolah. Solusi yang dapat dilakukan adalah mengurangi antrian tangki pengolahan dalam menunggu pasokan air dari PHE yang masih digunakan untuk tangki pengolahan yang lainnya. Jadwal harian akan mengatur penggunaan PHE sehingga pada saat proses pengolahan, antrian tangki pengolahan dalam menggunakan PHE dapat dihindari karena waktu pemakaian sudah ditentukan dan diatur sedemikian rupa agar penggunaan PHE tidak bentrok antara tangki pengolahan yang satu dengan yang lainnya. Jika penggunaan PHE diatur dengan waktu yang terperinci, maka antrian tangki pengolahan dalam penggunaan PHE dapat diminimalisir sehingga waktu menganggur di unit pengolahan juga dapat ditekan. Penurunan waktu menganggur di lantai produksi ini berimplikasi pada penghematan energi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Penghematan energi yang dimaksud dapat berupa penghematan penggunaan sumber daya produksi perusahaan. Penghematan dapat dilakukan karena pada saat waktu menganggur terjadi, sumber daya produksi tersebut masih dalam status aktif beroperasi yang artinya masih menggunakan energi, namun tidak ada produk yang dihasilkan. Waktu menganggur yang dapat diminimalisir ini akan menghemat penggunaan energi perusahaan. 87 VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan