Penyusunan Jadwal Harian Pengembangan Jadwal Produksi

66 Hasil produksi akan menunjukan perubahan jadwal produksi mingguan, khususnya pada lini produksi yang mempunyai tambahan jumlah produksi. Pada kasus ini dapat dilihat pada lini pertama, memiliki tambahan produksi FTG Blackcurrant dan ditempatkan segera setelah produksi hari ketiga yang selesai terlebih dahulu. Selanjutnya karena produk tersebut juga memiliki jadwal produksi yang belum dieksekusi, maka jadwal untuk produk tersebut dimajukan menjadi setelah produk tambahannya selesai diproduksi sehingga tidak perlu ada CIP terlebih dahulu. Contoh penambahan jadwal produksi dapat dilihat pada data jadwal produksi mingguan yang diberi tanda kuning, dan jadwal yang dimajukan diberi tanda hijau, serta yang diberi tanda merah adalah urutan awal produk yang jadwalnya dimajukan sebelum dilakukan perubahan jadwal produksi mingguan. Pada hasil perubahan jadwal produksi mingguan maka dapat diketahui pada lini pertama hanya dapat memproduksi sampai produk TBK 1000 ml yang jumlah produksinya pun harus disesuaikan dengan batas jam kerja perusahaan. Solusi yang dapat dilakukan adalah memindahkan jadwal produksi HJG Appleberry dan Cherry-B ke dalam kelompok lini produksi kedua yang selesai sebelum batas jam kerja perusahaan. Pemindahan jadwal dapat dilakukan dengan cara mengaktifkan empat mesin TWA yang dimiliki secara bersama.

5.2.3 Penyusunan Jadwal Harian

Setelah dilakukan penjadwalan produksi, dapat juga disertai dengan pembuatan jadwal pengolahan untuk merinci jenis kegiatan yang dilakukan masing-masing lantai produksi setiap hari. Jika pada proses penjadwalan mingguan memperhatikan faktor kapasitas pengemasan yang kapasitas produksinya paling kecil diantara fasilitas yang lainnya. Model penjadwalan harian dibuat untuk menerjemahkan jadwal produksi mingguan ke jadwal pekerjaan harian yang harus dilakukan perusahaan. Jadwal produksi harian digunakan untuk mengetahui jadwal penggunaan PHE dan mengatur jadwal penggunaan PHE agar antrian penggunaan PHE di unit pengolahan dapat diminimalisir. Jika pada jadwal produksi mingguan memperhatikan faktor kritis pada kapasitas mesin pengemasan, pada jadwal harian penyusunan jadwal dilakukan untuk mengatur penggunaan PHE sehingga tidak banyak tangki pengolahan yang antri untuk menggunakan PHE. Jadwal harian digunakan untuk mengetahui jadwal kegiatan penggunaan PHE pada masing-masing batch produksi. Adanya jadwal akan membantu unit pengolahan dalam menggunakan PHE sehingga antrian tangki pengolahan dalam menggunakan PHE dapat diminimalisir. Jika antrian tangki pemasakan dalam menunggu pasokan air baku dari PHE tidak diminimalisir, maka akan terjadi kemungkinan keterlambatan pengolahan bahan baku, sehingga pasokan unit pengolahan ke unit sterilisasi dan pengemasan dapat terhambat. Tujuan pembuatan jadwal pengolahan di unit pengolahan adalah merinci jadwal kegiatan produksi di seluruh unit kerja yang ada agar waktu menganggur dan antrian penggunaan PHE dapat diminimalisir. Proses pembuatan jadwal pengolahan harian dilakukan dengan memasukkan data tentang nama produk yang akan diproduksi beserta jumlah produksinya serta lini produksi yang akan digunakan untuk memproduksi produk tersebut. Contoh masukan data untuk pembuatan jadwal pengolahan dapat dilihat pada gambar 5.19. 67 Gambar 5.19 Contoh menu masukan data untuk pembuatan jadwal pengolahan harian Setelah memasukkan data tentang produk yang akan diproduksi maka program akan memproses data yang dimasukkan untuk menghasilkan jadwal pengolahan harian yang merupakan rincian jadwal proses produksi untuk masing-masing unit kerja. Jadwal harian juga menampilkan jadwal kegiatan untuk masing-masing lini produksi. Contoh jadwal pengolahan harian pada lini pertama sesuai dengan data yang dimasukkan di atas dapat dilihat pada gambar 5.20. Gambar 5.20 Contoh jadwal pengolahan harian 68 Pada contoh diatas di dapatkan jadwal pengolahan harian untuk masing-masing unit kerja yang terdapat pada lini produksi pertama. Unit kerja pengolahan mulai melakukan kegiatan produksi pada jam 10.00 sesuai dengan data awal produksi yang dimasukkan seperti pada gambar 5.19. Dari awal pengolahan maka diketahui juga waktu penyelesaian proses pengolahan untuk masing-masing batch produksi. Selain itu, proses penggunaan PHE untuk pengolahan produk di lini kerja pertama dapat diketahui secara detail pada tabel jadwal transfer PHE, sehingga antrian penggunaan PHE dapat diminimalisir dan tidak menimbulkan waktu menganggur pada lantai produksi. Selain itu, dengan diketahuinya penyelesaian proses pengolahan pada batch pertama maka unit kerja sterilisasi dan mesin pengemasan dapat menyesuaikan untuk mulai mengoperasikan mesin sesuai dengan kebutuhan. Pengoperasian sesuai dengan kebutuhan akan mengurangi pemborosan energi karena meminimalisir kondisi mesin sterilisasi dan pengemasan sudah siap melakukan produksi namun pasokan bahan baku dari unit kerja pengolahan belum siap. Selain itu dengan adanya jadwal pengolahan maka tidak akan terjadi keterlambatan pengoperasian unit kerja sterilisasi dan pengemasan. Pada jadwal harian akan ditampikan juga alat-alat atau sumber daya yang digunakan untuk melakukan proses produksi tersebut. Misalnya pada produksi di lini pertama ini, batch pertama menggunakan tangki pengolahan 1 dan batch kedua menggunakan tangki pengolahan 2, mesin sterilisasi yang digunakan adalah stork A, serta mesin pengisian yang digunakan adalah mesin C dan N. Proses penjadwalannya dilakukan sesuai dengan waktu baku masing-masing produk yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga dapat diketahui waktu proses produksi masing-masing produk. Waktu baku produksi untuk masing-masing produk dapat dilihat pada lampiran 9 dan 10. Proses penentuan jadwal pengemasan produk pada batch pertama selalu dimulai langsung setelah produk selesai dimasak di unit kerja pengolahan dan siap untuk ditransfer ke unit sterilisasi kemudian dilakukan proses pengisian ke dalam kemasan. Sedangkan proses pengolahan pada batch kedua dan seterusnya menyesuaikan dengan waktu penyelesaian proses pengemasan produk pada batch sebelumnya. Penentuan proses jadwal pengolahan pada batch kedua dan seterusnya adalah dengan melihat jadwal penyelesaian pengemasan produk dikurangi dengan waktu proses pengolahan yang ditambah dengan 5 waktu baku pengolahan sebagai antisipasi jika terjadi keterlambatan dalam proses pengolahan. Toleransi 5 waktu baku ini yang menyebabkan adanya jeda dari selesai waktu pengolahan dengan proses pengemasan pada batch kedua dan seterusnya. Toleransi keterlambatan 5 waktu baku pada proses pengolahan berasal dari kebijakan yang telah disepakati oleh perusahaan. Sementara penentuan jadwal pengolahan pada batch kedua dan seterusnya yang menyesuaikan waktu penyelesaian proses pengemasan pada batch sebelumnya berhubungan dengan waktu tunggu bahan baku di tangki pengolahan. Jika bahan baku diolah terlebih dahulu dan proses pengolahannya selesai jauh sebelum waktu transfernya ke unit pengemasan, maka bahan baku yang telah diolah tersebut akan menunggu di tangki pengolahan dalam waktu lama yang dapat menurunkan suhu produk. Hal ini akan berkaitan dengan proses sterilisasi produk yang akan menaikan suhu produk lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang waktu menunggu di tangki pengolahannya lebih singkat. Jika terjadi pergantian produk yang diproduksi pada suatu lini kerja, maka proses perhitungan jadwal produksinya dilakukan dengan menyesuaikan waktu penyelesaian produksi produk yang sebelumnya dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses CIP. Proses pengolahan pada produk kedua akan dimulai pada saat proses CIP selesai dilaksanakan. Namun apabila fasilitas sumber daya yang digunakan untuk produk pertama dan kedua tidak ada yang sama, maka proses pengolahan dapat segera dilakukan pada saat proses pengemasan produk pertama selesai dilakukan atau dengan menyesuaikan waktu baku produksinya. Tujuannya adalah jika fasilitas produksi yang digunakan tidak sama, maka setelah produk sebelumnya telah selesai proses produksinya, maka akan langsung diganti dengan proses pengemasan pada produk selanjutnya. 69

5.3 Konfigurasi Model