45
5.2.1  Penjadwalan Mingguan
Proses  penjadwalan  produksi  yang  dilakukan  pada  program  SI  JPS  1.0  mempunyai  beberapa asumsi  agar  jadwal  produksi  dapat  tersusun  dengan  baik  dan  sesuai  dengan  kondisi  perusahaan.
Adapun asumsi-asumsi yang dilakukan diantarannya : 1.
Membandingkan rencana waktu produksi dengan batas waktu produksi yang tersedia. Jika rencana waktu  produksi  melebihi  batas  waktu  produksi  yang  tersedia,  maka  produk  yang  rencana  waktu
produksinya  melebihi  batas  waktu  produksi  yang  tersedia  tidak  akan  diproduksi  pada  periode tersebut.
2. Proses produksi untuk produk-produk yang menggunakan lini TBA atau TWA pada satu lini kerja
produksi  dilakukan  dengan  menggunakan  dua  mesin  produksi  secara  bersamaan  dengan  jenis mesin yang sama.
3. Jika waktu produksi yang tersedia masih tersisa karena rencana waktu produksi lebih kecil, maka
akan  dilakukan  proses  produksi  untuk  produk  lain  dan  pemilihannya  disesuaikan  dengan  urutan CR dengan produk yang sama dengan lini produksi sebelumnya pada kelompok lini kerja tersebut.
Alternatif  kegiatan  yang  dapat  dilakukan  jika  waktu  produksi  masih  tersisa  adalah  melakukan kegiatan CIP atau perawatan sumber daya produksi.
4. Jika  suatu  lini  kerja  produksi  batas  waktu  produksinya  tidak  mencukupi  dan  lini  kerja  satunya
masih  menyisakan  waktu  yang  dapat  dimanfaatkan  untuk  produksi,  serta  produk  yang  rencana waktu  produksinya  tidak  mencukupi  merupakan  produk  dari  lini  kerja  TWA,  maka  dapat
dilakukan proses produksi produk TWA dengan menjalankan empat mesin TWA sekaligus. Pemilihan  metode  penjadwalan  dengan  menggunakan  teknik  CR  karena  metode  CR  yang
paling  sesuai  untuk diterapkan di PT Sinar Sosro KPB Tambun daripada  metode lainnya  yakni  LPT dan  SPT.  Metode  CR  akan  membantu  perusahaan  memenuhi  tingkat  permintaan  harian  yang
jumlahnya  bergerak  fluktuatif.  Jika  menggunakan  metode  urutan  SPT  atau  LPT  maka  terbuka kemungkinan produk yang sebenarnya mempunyai tingkat kebutuhan produksi yang mendesak berada
di  urutan  akhir,  sehingga  permintaan  harian  tidak  terpenuhi.  Penggunaan  metode  CR  didasari  oleh pengiriman  produk  yang  dilakukan  perusahaan  setiap  hari  dan  jumlah  permintaan  harian  yang
bergerak  dinamis  membuat  perusahaan  harus  selalu  menyediakan  stok    produk  untuk  memenuhi permintaan  setiap  saat.  Jika  menggunakan  metode  SPT  atau  LPT  maka  akan  terbuka  kemungkinan
permintaan harian yang masuk ke perusahaan tidak terpenuhi karena jumlah stok produk yang tersedia di  gudang  tidak  mencukupi  untuk  memenuhi  permintaan.  Kekurangan  stok  produk  ini  disebabkan
proses  produksi  untuk  produk  yang  persediaannya  sudah  menipis  mempunyai  kemungkinan diproduksi  di  akhir  waktu  karena  penjadwalannya  berdasarkan  waktu  proses  produksi  produk  yang
berkaitan.  Solusinya  adalah  menggunakan  metode  CR  dengan  cara  memproduksi  produk  yang  lebih membutuhkan penambahan stok produk terlebih dahulu untuk memenuhi permintaan.
Model penjadwalan produksi diawali dengan merekap permintaan dari seluruh KPW sehingga diketahui total permintaan masing-masing produk untuk minggu yang bersangkutan. Setelah itu akan
dilihat jumlah stok produk yang tersedia di gudang. Jika  jumlah stok produk dan jumlah permintaan per  minggunya  diketahui,  maka  akan  dapat  diketahui  nilai  CR  dari  masing-masing  produk  yang
diperoleh  dari  hasil  perbandingan  stok  produk  yang  tersedia  dengan  jumlah  permintaannya.  Contoh perhitungan  di  bawah  ini  akan  menjelaskan  tentang  proses    penjadwalan  produksi  oleh  program  SI
JPS  1.0  dengan  mengambil  data  pada  minggu  ke-9  tahun  2011  dan  mengasumsikan  jumlah  hari kerjanya  hanya  tiga  hari  kerja.  Contoh  rekap  data  stok  produk  di  gudang  dan  permintaan  mingguan
dapat dilihat di tabel 5.8.
46
Tabel 5.8 Contoh rekap stok produk dan permintaan serta menghitung nilai CR
Kode Jenis
Produk Varian
Lini Produksi
Stok Produk Permintaan
Critical Ratio karton
karton
1  FTG Apple
TWA 12937
7037 183,84
2  FTG Strawberry
TWA 9416
2500 376,64
3  FTG Guava
TWA 7896
6960 113,45
4  FTG Blackcurrant
TWA 14733
7777 189,44
5  FTG Fusion
TWA 7494
1633 458,91
Setelah  diketahui  nilai  CR  dari  masing-masing  produk,  selanjutnya  seluruh  produk  akan diurutkan berdasarkan nilai CR yang terkecil ke yang terbesar. Pada langkah ini juga akan ditentukan
jumlah  produksi  yang  akan  dilakukan  untuk  masing-masing  produk.  Jumlah  produksi  yang  akan dilakukan  sesuai  dengan  jumlah  permintaan  atas  produk  tersebut  ditambah  dengan  buffer  sebesar
25.  Setelah  diketahui  jumlah  produksinya  dalam  satuan  karton,  maka  akan  disesuaikan  dengan jumlah batch pengolahan setiap produk. Apabila jumlah produksi menghasilkan batch produksi yang
tidak  penuh,  maka  jumlah  produksi  akan  dibulatkan  ke  atas  sehingga  diperoleh  jumlah  produksi dengan  satuan  karton  dan  dalam  satuan  batch  produksi  yang  sesuai  dengan  satuan  formulasi  batch
produksi  masing-masing  produk.  Contoh  pengurutan  nilai  CR  dan  penentuan  jumlah  produksi  dapat dilihat pada tabel 5.9.
Tabel 5.9 Pengurutan CR dan penentuan jumlah rencana produksi
Kode Jenis
Produk Varian
Lini Produksi
Stok Produk
Permintaan  Critical Ratio
Rencana Produksi
Rencana Produksi
karton karton
Karton Batch
32  CCE Guava
PET 2774
2745 101,06
4167 5
3  FTG Guava
TWA 7896
6960 113,45
8750 7
9  HJG Grape
TWA 5337
4071 131,10
6250 5
26  FTC Apple
CAN 3005
2185 137,53
3145 4
33  CCE Mango
PET 4514
2995 150,72
4167 5
Setelah  diurutkan  berdasarkan  CR  dan  telah  ditetapkan  jumlah  produksi  masing-masing produk,  maka  akan  diketahui  pula  kebutuhan  waktu  produksi  untuk  masing-masing  produk  sesuai
dengan  jumlah  produksi  yang  direncanakan.  Waktu  produksi  yang  dimaksudkan  adalah  waktu pengemasan yang dibutuhkan masing-masing produk yang diperoleh dari perhitungan pada persamaan
5.2.  Adanya  jumlah  rencana  waktu  produksi  ini  akan  digunakan  sebagai  acuan  untuk  menetapkan produk-produk yang akan di produksi dan produk yang tidak dapat diproduksi pada minggu tersebut
karena  keterbatasan  kapasitas  waktu  produksi  perusahaan.  Waktu  produksi  yang  dihitung  adalah waktu  produksi  yang  diakumulasikan  antara  semua  waktu  produksi  mulai  dari  pertama  sampai
terakhir. Selain jumlah rencana waktu produksi keseluruhan, pemilihan produk yang akan diproduksi
47
juga berdasarkan rencana waktu produksi yang dibutuhkan di setiap lini produksinya. Contoh  urutan produk  sebelum  dilakukan  pemilihan  produk  yang  akan  diproduksi  dapat  dilihat  pada  tabel  5.10,
sedangkan  proses  pemilihan  produk  yang  akan  diproduksi  dan  yang  tidak  diproduksi  dapat  dilihat pada tabel 5.11.
Tabel 5.10 Contoh urutan produk sebelum pemilihan produk yang diproduksi
48
Tabel 5.11 Contoh pemilihan produk-produk yang akan diproduksi
Pada tabel 5.10 yakni sebelum dilakukan pemilihan, terlihat semua jenis produk yang memiliki suatu  permintaan  pada  minggu  tersebut  dan  telah  diurutkan  berdasarkan  nilai  CR  masing-masing
produk. Selanjutnya dilakukan pemilihan dengan membandingkan antara total rencana waktu produksi dan  total  rencana  waktu  produksi  per  lini  produksi  dengan  waktu  kerja  yang  tersedia.  Pertama  yang
dilakukan adalah membandingkan antara total rencana waktu produksi per lini dengan jam kerja yang tersedia per lini produksinya. Selanjutnya adalah membandingkan total rencana waktu produksi semua
produk dengan total jam kerja yang tersedia per minggu yang dapat digunakan. Jumlah jam produksi diperoleh  dari  jumlah  hari  kerja  yang  ditentukan  pada  saat  awal  menjalankan  program.  Jumlah  jam
kerja tersebut akan dihitung dengan persamaan 5.4. Jumlah jam produksi = jumlah hari kerja
– 1 hari x 24 jamhari + 15 jam – 4 jam x 2  5.4 Waktu  yang  tersedia  per  minggu  disini  adalah  waktu  produksi  yang  tersedia  yang  dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan produksi. Waktu yang tersedia berasal dari jumlah jam kerja per minggu dikurangi  4  jam  dengan  asumsi  pada  saat  awal  produksi  di  hari  pertama  kerja  dilakukan  persiapan
mesin terlebih dahulu sehingga proses produksi benar-benar baru bisa berjalan pada jam 10:00:00 di hari  pertama  kerja.  Waktu  persiapan  ini  digunakan  untuk  melakukan  persiapan  pada  mesin-mesin
pendukung  kegiatan  produksi  dan  melakukan  CIP  pada  sumber  daya  yang  akan  digunakan  untuk kegiatan produksi. Setelah itu dikalikan dengan dua karena jumlah lini produksi yang akan dilakukan
penjadwalan  adalah  dua  lini  produksi  yang  dapat  dioperasikan  secara  bersamaan.  Waktu  produksi yang  tersedia  tidak  memperhitungkan  lini  produksi  yang  ketiga  yakni  lini  kerja  PET  karena
penjadwalan untuk produk-produk PET diatur sendiri tidak melalui mekanisme yang sama dengan lini produksi  lainnya.  Lini  produksi  selain  lini  PET  akan  dibagi  menjadi  dua  kelompok  lini  produksi
sehingga jumlah jam produksi masing-masing lini produksi diakumulasikan.
49
Pada contoh kasus diatas, di awal program diasumsikan bahwa total hari kerja adalah tiga hari, maka melalui persamaan 5.4 dapat diketahui bahwa waktu yang tersedia pada minggu tersebut adalah
118  jam.  Langkah  berikutnya  adalah  mencari  batas  waktu  yang  dapat  digunakan  sebagai  jam  kerja produktif  dalam  artian  menghasilkan  suatu  produk,  tidak  dalam  keadaan  CIP  pada  saat  pergantian
produk.  Cara  perhitungannya  adalah  mengurangi  waktu  yang  tersedia  dengan  waktu  yang  akan digunakan untuk proses pengolahan pada awal minggu dan waktu yang akan digunakan untuk proses
CIP. Pada proses pemilihan produk yang dihitung adalah waktu proses pengemasan saja, dengan cara proses  pengolahan  dilakukan  sebelum  jadwal  pengemasan  yang  telah  dibuat.  Pengolahan  sebelum
jadwal  pengemasan  produk  dilakukan  agar  pada  saat  proses  pergantian  produk,  proses  pengemasan tidak menunggu proses pengolahan bahan baku terlebih dahulu. Oleh sebab itu, batas waktu maksimal
yang  diperhitungkan  untuk  pemilihan  produk  harus  dikurangi  waktu  proses  pengolahan  pada  batch pertama untuk produk pertama di masing-masing lini produksi. Proses pengolahan pada batch pertama
produk  pertama  masing-masing  lini  tetap  dihitung  karena  pada  saat  hari  pertama  kerja,  harus dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu dan diperhitungkan dalam proses penjadwalan produksi.
Waktu  pengolahan  yang  digunakan  untuk  menghitung  batas  waktu  maksimal  adalah  dengan  asumsi proses pengolahan terlama. Sedangkan waktu proses CIP di dapat dari waktu rata-rata proses CIP dan
diasumsikan setiap hari maksimal terjadi pergantian produk sebanyak satu kali, sehingga waktu proses CIP  diasumsikan  rata-rata  waktu  proses  CIP  dikali  dengan  dua  kali  proses  pergantian  per  hari
kemudian dikalikan dengan jumlah hari kerja. Pada contoh kasus ini diketahui bahwa waktu yang tersedia adalah 118 jam. Proses pengolahan
terlama  adalah  proses  pengolahan  produk  Fruit  Tea  yakni  mencapai  3:15:00  yang  berarti  untuk  dua lini yang beroperasi waktu proses pengolahannya mencapai 6:30:00. Sedangkan rata-rata waktu proses
CIP adalah 1:24:00, sehingga untuk dua  lini produksi  waktu proses CIP-nya sebanyak 2:48:00. Dari data tersebut dapat diketahui batas waktu maksimal proses pengemasan untuk penentuan produk yang
akan  diproduksi  dalam  dua  lini  pada  contoh  diatas  adalah  103:06:00  seperti  yang  terlihat  pada persamaan 5.5.
Batas waktu maksimal = waktu yang tersedia – pengolahan awal – proses CIP x hari kerja  5.5
103:06:00 = 118:00:00 – 6:30:00 – 2:48:00hari x 3 hari
Jumlah  jam  kerja  per  minggu  ini  akan  menentukan  batas  waktu  maksimum  per  minggu  pada masing-masing  lini  produksi.  Jumlah  lini  produksi  yang  dapat  diaktifkan  di  PT  Sinar  Sosro  KPB
Tambun secara bersamaan adalah sebanyak tiga jenis lini produksi dengan syarat satu lini produksinya adalah lini PET. Jika lini produksi PET tidak beroperasi maka perusahaan hanya dapat mengaktifkan
dua jenis lini produksi secara bersamaan,  hal ini  terkait dengan  sumber daya  manusia  yang  tersedia. Pada proses  pemilihan  produk  yang  akan  diproduksi,  untuk  produk  yang  diproduksi  di  lini  produksi
PET  tidak  diperhitungkan  dalam  rencana  penjadwalan  waktu  produksi  karena  produk-produk  PET dikerjakan  dengan  alokasi  khusus  dan  tersendiri.  Hal  ini  disebabkan  produk-produk  dari  lini  PET
proses  produksinya  tidak  bergantian  dengan  produk  dari  lini  produksi  lainnya  serta  hanya  memiliki kapasitas  satu  shift  kerja.  Proses  penjadwalan  untuk  produk-produk  yang  diproses  dalam  lini  PET
dilakukan  berdasarkan  urutan  nilai  CR  dan  satu  hari  hanya  memproduksi  satu  jenis  produk  PET karena  keterbatasan  sumber  daya  yang  dimiliki.  Selain  itu,  jika  dilakukan  pergantian  jenis  produk
pada  lini  PET  dianggap  tidak  efisien  karena  keterbatasan  jumlah  jam  kerja  lini  PET  yang  hanya mempunyai kapasitas produksi satu shift kerja per harinya.
Langkah  pertama  pemilihan  produk  didasarkan  pada  rencana  waktu  produksi  per  lini dibandingkan  dengan  batas  waktu  jam  kerja  yang  tersedia  per  lini.  Apabila  rencana  waktu  produksi
50
per  lini  produksi  masih  lebih  kecil  dari  batas jam  kerja  yang  tersedia  per  lini,  maka  produk  tersebut akan diproduksi. Sedangkan apabila total rencana waktu produksi per lini sudah melebihi batas waktu
produksi yang tersedia per lini, maka produk tersebut tidak akan diproduksi dan dilanjutkan ke produk lainnya  yang  rencana  waktu  produksinya  lebih  mencukupi  dan  tetap  berdasarkan  urutan  nilai  CR
produk  tersebut.  Contohnya  pada  tabel  5.11  di  atas  rencana  waktu  produksi  untuk  produk  FTG Blackcurrant
dan  HJG  Orange  sudah  melebihi  batas  waktu  produksi  yang  tersedia  per  lini,  maka produk tersebut tidak diproduksi karena alokasi rencana waktu produksi per lini untuk produk tersebut
tidak  mencukupi.  Akhirnya pada tabel 5.11 dapat dilihat bahwa produk FTG  Blackcurrant dan HJG Orange
dihapus  dari  daftar  produk  yang  akan  diproduksi  atau  pada  tabel  5.11  tulisan  diberi  tanda merah sebagai tanda untuk produk-produk yang tidak diproduksi.
Setelah  dipilih  produk-produk  yang  berdasarkan  lini  produksinya,  jika  waktu  produksi  yang tersedia  per  minggu  masih  memungkinkan  untuk  memproduksi  jenis  produk  dibawahnya,  maka
produk  tersebut  akan  dipilih  untuk  diproduksi  seperti  pada  contoh  tabel  5.11,  untuk  produk  di  lini produksi  TWA  yang  rencana  waktu  produksinya  sudah  tidak  mencukupi,  namun  masih
memungkinkan  untuk  memproduksi  produk  TBK  200  ml,  maka  produk  tersebut  akan  diproduksi. Batas  produk  yang  tidak  dapat  diproduksi  adalah  produk  yang  rencana  waktu  produksinya  melebihi
batas  waktu  yang  tersedia  dalam  minggu  tersebut.  Contoh  pembatasan  produk  yang  rencana  waktu produksinya  sudah  tidak  mencukupi  adalah  produk  HJG  Cherry-B  yang  jika  diproduksi  maka  akan
selesai  pada  jam  ke  112:13:00  sementara  batas  waktu  yang  tersedia  dalam  minggu  tersebut  hanya sampai  jam  ke  103:06:00. Pemilihan  produk  ini  masih  dapat  ditambahkan  secara  manual  jika  masih
menginginkan  produksi  dan  memanfaatkan  sisa  waktu  kapasitas  jam  kerja  perusahaan.  Contohnya memproduksi  produk  yang  selanjutnya  dalam  urutan  CR  namun  diproduksi  dengan  jumlah  kurang
dari  jumlah  rencana  produksi  yang  telah  ditetapkan  karena  harus  menyesuaikan  dengan  kapasitas waktu produksi yang masih dapat dimanfaatkan.
Proses berikutnya  setelah diketahui produk  yang akan diproduksi beserta jumlah produksinya adalah produk-produk tersebut akan dikelompokkan dan dihitung waktu produksinya berdasarkan lini
produksinya  yang  diletakkan  secara  berurutan  sesuai  dengan  nilai  CR  yang  terkecil  produk  pertama untuk  lini  produksi  yang  bersangkutan.  Setelah  dikelompokkan  dalam  lini  produksi  masing-masing,
maka  akan  dihitung  jumlah  rencana  waktu  produksi  untuk  masing-masing  lini.  Oleh  karena keterbatasan  operator,  setiap  hari  jumlah  lini  produksi  yang  dapat  dioperasikan  maksimal  tiga  lini
produksi  dengan  syarat  satu  lini  produksi  adalah  lini  produksi  PET.  Keterbatasan  operator  ini mengakibatkan seluruh jenis lini produksi harus dikelompokkan ke dalam dua lini produksi diluar lini
produksi PET. Cara  pengelompokkannya  menggunakan  jumlah  waktu  rencana  produksi  masing-masing  lini
produksi. Langkah pertama adalah  menempatkan lini produksi pada kelompok lini produksi pertama dan  kedua  sesuai  dengan  nilai  CR  produk  pertamanya  pada  lini  produksi  pertama  dan  kedua.
Selanjutnya  lini  produksi  dalam  urutan  ketiga  dan  seterusnya  akan  ditempatkan  berdasarkan  total rencana  waktu  produksi  yang  lebih  kecil  pada  lini  pertama  dan  kedua.  Jika  lini  pertama  total  waktu
rencana produksinya lebih kecil daripada lini kedua, maka kelompok produk lini produksi ketiga akan ditempatkan  pada  lini  produksi  yang  pertama  demikian  juga  sebaliknya.  Setelah  dikelompokkan
menjadi  dua  lini  kerja  produksi,  selanjutnya  adalah  mengurutkan  kembali  produk-produk  yang  akan diproduksi  berdasarkan  nilai  CR  masing-masing  produk  sesuai  dengan  pengelompokkan  jenis  lini
produksi yang telah dilakukan. Contoh pengelompokkan lini produksi dapat dilihat di tabel 5.12.
51
Tabel 5.12 Contoh pengelompokan jenis lini produksi dan susunan urutan produksi
Pada  tabel  5.12  dapat    dilihat  bahwa  berdasarkan  produk-produk  yang  akan  diproduksi,  jika dikelompokkan pada lini produksi masing-masing sesuai dengan produk pertama dengan CR terkecil
pada  lini  tersebut  urutannya  adalah  lini  TWA,  CAN,  kemudian  TBA.  Setelah  dikelompokkan  maka akan dijumlahkan waktu rencana produksi masing-masing lini seperti yang diketahui pada tabel 5.12,
bahwa waktu produksi untuk masing-masing lini sebagai berikut TWA 48:00:00, CAN 20:46:00, dan TBA  30:24:00.  Sementara  untuk  pengelompokkan  kedalam  dua  lini  produksi  langkah  yang  pertama
adalah  menempatkan  lini  TWA  pada  lini  kerja  pertama,  dan  CAN  pada  lini  kerja  kedua.  Sementara untuk  lini  ketiga  yakni  TWA  akan  ditempatkan  pada  kelompok  lini  produksi  yang  waktu  rencana
produksinya  lebih  kecil.  Pada  contoh  kasus  tersebut  kelompok  lini  kerja  kedua  yakni  CAN mempunyai  waktu  rencana  produksi  lebih  kecil  daripada  kelompok  lini  pertama  yaitu  TWA.  Oleh
sebab  itu,  produk-produk  lini  TBA  dimasukkan  kedalam  kelompok  lini  kerja  produksi  yang  kedua bersama  dengan  produk-produk  lini  CAN.  Jika  ada  kelompok  produk  lini  keempat,  maka  kelompok
tersebut  akan  ditempatkan  bersama  kelompok  lini  kerja  pertama  karena  total  waktu  rencana produksinya  sekarang  lebih  kecil  daripada  lini  kerja  produksi  kedua  yang  diisi  produk-produk  CAN
dan TWA dengan total waktu rencana produksi 51:22:00. Setelah terbagi kedalam dua kelompok lini produksi, maka produk akan diurutkan kembali berdasarkan nilai CR pada masing-masing kelompok
lini kerja yang telah ditentukan. Langkah  terakhir  adalah  penyusunan  jadwal  produksi  mingguan  sesuai  dengan  proses
pengurutan  dan  penyusunan  dalam  langkah-langkah  sebelumnya.  Pada  tahap  akhir  ini,  proses  yang dilakukan adalah memberikan informasi jadwal produk yang harus diproduksi disertai dengan waktu
produksi  masing-masing  produk  dan  jumlah  yang  harus  diproduksi.  Selain  itu,  pada  bagian  bawah tabel  keluaran  ditampilkan  informasi  tentang  batas  jam  kerja perusahaan  pada  minggu  tersebut  serta
durasi waktu proses produksi perusahaan. Batas jam kerja perusahaan merupakan waktu pada saat jam kerja  perusahaan  berakhir.  Batas  jam  kerja  ini  berasal  dari  jam  kerja  yang  tersedia  pada  minggu
tersebut. Pada contoh kasus ini, jumlah jam kerja menurut persamaan 4.1 batas jam kerjanya adalah 63 jam.  Batas  jam  kerja  akan  diketahui  dari  jam  mulai  kerja  pada  hari  pertama  kerja  ditambah  dengan
jumlah jam  kerja. Pada kasus ini  awal jam kerja hari pertama adalah jam enam pagi, sehingga batas jam kerjanya adalah jam ke 69:00:00 atau sama artinya dengan selesai pada hari ketiga jam 21:00:00
52
seperti yang ditampilkan pada data waktu max pada tabel 5.13. Sedangkan informasi durasi produksi ditampilkan  untuk  mengetahui  waktu produksi perusahaan  diluar  waktu CIP. Penentuan  awal proses
produksi masing-masing lini dilakukan secara bergantian karena faktor penggunaan PHE yang harus bergantian  juga  pada  saat  proses  pengolahan.  Contoh  hasil  penjadwalan  produksi  dapat  dilihat  pada
tabel 5.13. Tabel 5.13
Keluaran hasil penjadwalan produksi
Pada tabel 5.13 dapat dilihat bahwa seluruh rencana produksi selesai sebelum batas jam kerja perusahaan  yakni  pada  hari  ketiga  jam  21:00:00.  Jika  terjadi  hal  demikian,  yakni  jadwal  rencana
produksi selesai jauh sebelum batas jam kerja, maka perusahaan dapat  menambah kegiatan produksi dengan  memproduksi  produk  yang  lainnya  tapi  masih  sesuai  dengan  kelompok  lini  produksi  yang
telah dibuat beserta tetap memperhatikan urutan CR produk. Alternatif lainnya jika rencana produksi selesai sebelum batas jam kerja maka dapat dilakukan kegiatan CIP atau perawatan sumber daya yang
dimiliki.  Namun,  jika  pada  jadwal  produksi  suatu  produk  proses  produksinya  melebihi  batas  jam kerja,  maka  perusahaan  dapat  mengurangi  jumlah  produksi  untuk  produk  tersebut  untuk
menyesuaikan  batas  jam  kerja  yang  dimiliki.  Waktu  proses  produksi  yang  ditampilkan  adalah menunjukkan waktu produksi pada hari yang bersangkutan. Seperti pada contoh, produk FTG  Guava
akan diproduksi mulai jam 10:20:00 pada hari pertama kerja. Pada  penjadwalan  lini  produksi  PET  data  waktu  max  atau  batas  jam  kerja  merupakan  durasi
jam kerja yang tersedia untuk proses produksi produk-produk PET dalam minggu tersebut dikurangi dengan  waktu pengolahan produk pada awal  hari pertama  kerja. Lini PET hanya  memiliki  satu  shift
53
tenaga kerja untuk kegiatan produksi. Dalam kasus ini berarti jika terdapat tiga hari kerja dan masing- masing jumlah jam kerja per harinya delapan jam, maka batas waktu produksinya adalah jumlah jam
kerja  pada  minggu  tersebut  yakni  24  jam  dikurangi  dengan  waktu  proses  pengolahan  terlama  yakni pengolahan produk TSE selama tiga jam. Berdasarkan data tersebut, maka batas jam kerja untuk lini
PET  pada  contoh  kasus  ini  adalah  21  jam.  Jika  jumlah  waktu  proses  produksi  PET  tidak  melebihi batas waktu maksimal, maka tidak perlu dilakukan pengurangan jumlah produksi pada suatu produk.
Namun,  jika  jumlah  waktu  proses  produksi  PET  melebihi  batas  waktu  yang  tersedia  maka  suatu produk  harus  dikurangi  jumlah  produksinya  menyesuaikan  dengan  kapasitas  produksi  yang  dapat
dilakukan  perusahaan.  Selain  itu,  untuk  produksi  untuk  produk-produk  PET  harus  memperhatikan durasi waktu proses produksi setiap harinya, jika durasi proses produksi melebihi delapan jam, maka
dapat  dilakukan  pengurangan  jumlah  produksi  agar  proses  produksinya  tidak  melebihi  jumlah  jam kerja  yang  tersedia  atau  dapat  memindahkan  proses  produksi  tersebut  pada  hari  berikutnya  atau
sebelumnya.  Selain  itu,  jika  waktu  proses  produksi  setiap  harinya  dirasa  hanya  sedikit  dan  dapat digabung  dengan  proses  produksi  produk  PET  pada  hari  lainnya,  maka  dapat  dilakukan  pergantian
hari produksi atau digabung dengan produk yang lainnya. Apabila  ada  penambahan  permintaan  terhadap  suatu  produk  pada  saat  jadwal  produksi  yang
telah  dibuat  sudah  berjalan,  maka  langkah  pertama  untuk  memenuhi  permintaan  tambahan  tersebut adalah  dengan  mengambil  stok  produk  yang  tersedia.    Namun,  jika  penambahan  permintaan
jumlahnya  lebih  tinggi  dan  tidak  dapat  dipenuhi  oleh  produk  yang  tersedia,  maka  akan  dilakukan penyesuaian jadwal produksi mingguan yang telah dibuat. Caranya adalah memasukkan data tentang
tanggal  pembuatan  jadwal  produksi  mingguan  sebelum  dilakukan  penyesuaian  jadwal  produksi. Setelah itu, pihak PPIC harus memasukkan jumlah permintaan tambahan pada produk yang dimaksud.
Setelah  itu  proses  penjadwalan  dilakukan  seperti  biasanya.  Selanjutnya  jadwal  produksi  mingguan yang baru akan dibandingkan dengan jadwal produksi mingguan yang sebelumnya. Jika tidak terjadi
perubahan urutan produksi, maka produksi dilakukan secara normal sesuai dengan jadwal yang dibuat. Namun jika terjadi perubahan urutan jadwal produksi, maka jadwal produksi yang terbaru yang akan
digunakan  dengan  menyesuaikan  dengan  hari  kerja  yang  telah  berjalan.  Jika  jadwal  penambahan produksi  telah  melewati  tanggal  produksi  yang  baru,  maka  kegiatan  produksi  untuk  produk  tersebut
akan dilakukan pada hari pembuatan perbaikan jadwal produksi dilakukan. Perubahan jadwal produksi akan  membuat  jadwal  produksi  yang  lainnya  akan  mundur  dari  jadwal  produksi  yang  sebelumnya
namun masih tetap sesuai dengan urutan nilai CR yang baru. Program  penjadwalan  produksi  SI  JPS  1.0  akan  dicoba  untuk  melakukan  proses  penjadwalan
dengan menggunakan data permintaan dan stok produk sebenarnya dari minggu ke-9 sampai minggu ke-12.  Program  SI  JPS  akan  diuji    kemampuannya  untuk  melakukan  simulasi  sesuai  dengan  yang
diinginkan  dan  dapat  menyelesaikan  masalah  yang  dihadapi  oleh  PT  Sinar  Sosro  KPB  Tambun. Penjelasan  akan  dilakukan  mulai  dari  tahap  pemilihan  produk  yang  akan  diproduksi.  Langkah
penentuan nilai CR dan pengurutan berdasarkan nilai CR tidak dijelaskan karena langkah-langkahnya sama tahapannya sesuai dengan yang di jelaskan sebelumnya.
Data permintaan produk dan  data stok produk pada  minggu ke-9 sampai  minggu  ke-12  dapat dilihat di lampiran 3. Tahapan pertama adalah merekap data permintaan dan stok produk yang ada di
gudang.  Proses  perekapan  data  dilakukan  dengan  memasukan  data  tanggal  dan  minggu  pembuatan jadwal produksi. Masukan data tanggal pembuatan untuk memanggil database tentang informasi stok
produk  yang  tersedia  pada  saat  itu,  sedangkan  masukan  data  minggu  pembuatan  digunakan  untuk menampilkan  rekap  data  permintaan  pada  minggu  tersebut.  Selain  memasukan  data  tentang  tanggal
dan  minggu  pembuatan  jadwal  produksi,  pengguna  harus  memasukan  data  tentang  hari  kerja  yang
54
tersedia  pada  minggu  tersebut.  Penentuan  jumlah  hari  kerja  akan  menentukan  waktu  kerja  yang tersedia pada minggu tersebut.
Langkah  kedua  setelah  melakukan  perekapan  data  dari  masukan  data  yang  dilakukan  maka akan  ditentukan  nilai  CR  setiap  produk.  Penentuan  nilai  CR  secara  otomatis  akan  diikuti  dengan
pengurutan  produk  menurut  CR  yang  terkecil  hingga  terbesar.  Pada  proses  pengurutan  berdasarkan CR akan diikuti dengan penentuan jumlah produksi yang akan dilakukan pada masing-masing produk.
Penentuan  jumlah  produksi  dilakukan  berdasarkan  jumlah  permintaan  ditambah  buffer  25  dari permintaan. Jumlah produksi yang didapat juga akan disesuaikan dengan jumlah batch produksi untuk
masing-masing produk. Contohnya jika permintaan untuk produk FTG Guava sebanyak 6500 karton, sesuai dengan persamaan 4.2, maka perhitungan jumlah produksi seperti berikut :
Rencana Jumlah Produksi
= Jumlah
Permintaan +
25 Jumlah Permintaan
= 6500
+ 25 x 6500
= 6500
+ 1625
= 8125 karton
Setelah  diketahui  rencana  jumlah  produksinya  dalam  satuan  karton,  maka  akan  diketahui rencana jumlah produksinya dalam satuan batch produksi. Cara konversi dari jumlah rencana produksi
dalam satuan karton menjadi jumlah rencana produksi satuan batch  produksi sebagai berikut : Rencana
Batch Produksi
= 8125
karton x
24 pieces
karton x
200 mlpieces
: 1000
mlliter :
6000 literbatch
= 6,5 batch
Perhitungan  di  atas  menyatakan  bahwa  dengan  tingkat  permintaan  produk  FTG  Guava sebanyak  6500  karton,  maka  rencana  jumlah  produksinya  sebanyak  8125  karton  atau  sebanyak  6,5
batch produksi. Perusahaan melakukan proses pengolahan bahan baku dengan sistem batch produksi,
sehingga  tidak  memungkinkan  untuk  melakukan  produksi  dengan  satuan  yang  tidak  bulat  seperti kasus ini, yakni memproduksi 6,5 batch FTG Guava. Faktor proses produksi tersebut yang membuat
jumlah  produksi  harus  disesuaikan  dengan  jumlah  batch  produksi  masing-masing  produk,  sehingga produksi  akan  dibulatkan  keatas  menjadi  7  batch  produksi  atau  setara  dengan  8750  karton.
Pembulatan  ke  atas  bertujuan  untuk  memenuhi  jumlah  produksi  minimal  yang  didapat  dari  jumlah permintaan  ditambah  dengan  buffer  25.  Buffer  dan  hasil  pembulatan  dari  penyesuaian  batch
produksi  akan  digunakan  sebagai  stok  produk  yang  dapat  digunakan  untuk  memenuhi  permintaan. Perhitungan    konversi  jumlah  produksi  dari  satuan  batch    produksi  ke  dalam  satuan  karton  dapat
dilihat sebagai berikut : Jumlah
Produksi =
7 batch x
6000 literbatch
x 1000
mlliter :
200 mlpieces
: 24
pieces karton
=  8750 karton Tahapan  berikutnya  adalah  menentukan  produk  yang  akan  diproduksi  dalam  pembuatan
rencana  produksi  dan  penyusunan  jadwal  produksi  berdasarkan  nilai  CR  dan  lini  produksinya. Pembahasan  selanjutnya  akan  menyajikan  proses  pembuatan  jadwal  produksi  sesuai  dengan  data
perusahaan  pada  minggu  ke-9  sampai  minggu  ke-12  tahun  2011  secara  berturut-turut.  Pada  minggu ke-9  proses  pemilihan  produk  yang  akan  di  produksi  dapat  dilihat  pada  lampiran  4.  Pada  tabel  di
5.6
5.7
5.8
55
lampiran  4  diketahui  bahwa  batas  produk  yang  akan  diproduksi  adalah  sampai  produk  HJG Appleberry
sebanyak  3  batch  produksi.  Pembatasan  dilakukan  karena  produk  dengan  urutan dibawahnya  yakni  TSC  jika  diproduksi  alokasi  waktu  yang  dibutuhkan  melebihi  kapasitas  produksi
maksimum yang tersedia. Oleh karena itu, produk yang diproduksi dibatasi sampai pada produk HJG Appleberry
karena  waktu  produksi  yang  tersedia  hanya  mencukupi  sampai  rencana  waktu  produksi untuk produk tersebut.
Selanjutnya  adalah  proses  pengelompokkan  dan  pengurutan  produk  berdasarkan  lini produksinya  serta  akan  dihitung  total  rencana  waktu  produksi  yang  dibutuhkan  masing-masing
produk.  Proses  pengurutan  produk  sesuai  dengan  lini  produksi  dan  nilai  CR  untuk  penjadwalan minggu ke-9 dapat dilihat pada tabel 5.14.
Tabel 5.14 Pengurutan produk sesuai lini produksi pada minggu ke-9
Pada  tabel  5.14  terlihat  bahwa  produk  diurutkan  sesuai  dengan  lini  produksinya.  Pengurutan lini  produksi  akan  disesuaikan  dengan  nilai  CR  masing-masing  produk.  Proses  pengurutan  produk
sesuai dengan lini produksinya ini tidak memperhatikan produk-produk lini PET karena lini produksi PET dapat diproses sendiri yakni khusus ditempatkan pada lini produksi ketiga. Pada kolom pertama
data  yang  ditampilkan  adalah  produk-produk  untuk  lini  produksi  TWA,  hal  ini  dikarenakan  produk TWA muncul pertama kali pada saat proses pengurutan nilai CR. Kemudian pada lini kedua muncul
lini produksi CAN, karena lini produksi CAN adalah lini produksi kedua yang muncul sesuai dengan proses pengurutan nilai CR produk. Proses pengurutan selanjutnya sama sampai seluruh lini produksi
dari  produk  yang  akan  diproduksi  ditempatkan  sesuai  dengan  urutan  nilai  CR  produk  pertama  yang muncul untuk masing-masing lini produksi. Setelah lini produksi urut, maka proses berikutnya adalah
mengurutkan  produk  yang  akan  diproduksi  di  kolom  lini  produksi  masing-masing  sesuai  dengan urutan  nilai  CR.  Proses  pengurutan  produk  di  dalam  kolom  lini  produksinya  akan  diikuti  dengan
jumlah  produksi  yang  direncanakan  dan  alokasi  waktu  pengemasan  produk  yang  dibutuhkan  untuk masing-masing produk.
Setelah  diketahui  rencana  waktu  pengemasan  yang  dibutuhkan  untuk  masing-masing  produk, selanjutnya akan dikelompokkan menjadi dua kelompok lini produksi yang  tersedia. Pengelompokan
ini  berdasarkan  rencana  waktu  pengemasan  yang  dibutuhkan  oleh  masing-masing  lini  produksi. Proses pengelompokkan lini produksi pada minggu ke-9 dapat dilihat pada tabel 5.15.
56
Tabel 5.15 Pengelompokkan lini produksi minggu ke-9
Proses  pengelompokkan  dilakukan  berdasarkan  rencana  waktu  pengemasan  yang  dibutuhkan untuk masing-masing lini produksi. Prosesnya adalah membandingkan antara lini pertama dan kedua,
yakni  lini  TWA  dan  CAN.  Pada  data  di  tabel  5.15  diketahui  bahwa  alokasi  waktu  lini  CAN  yakni 20:48:00, lebih kecil daripada lini produksi TWA yang membutuhkan alokasi waktu 82  jam, sehingga
kelompok  lini  produksi  ketiga  yakni  lini  produksi  TBA  akan  dimasukkan  ke  dalam  kelompok  lini produksi  CAN.  Proses  seperti  itu  akan  dilakukan  sampai  semua  lini  produksi  terbagi  menjadi  dua
kelompok  lini  produksi.  Algoritma  pengelompokkan  lini  produksi  dapat  dilihat  di  lampiran  5. Selanjutnya  di  dalam  kelompok  kerja  lini  produksi  tersebut,  akan  disusun  urutan  produk  yang  akan
diproduksi sesuai dengan  nilai  CR dan  sesuai dengan pembagian kelompok  lini  kerja produksi  yang telah ditentukan.
Jadwal  produksi  telah  selesai  dibuat  sesuai  dengan  pengurutan  produk  berdasarkan  nilai  CR dan  pembagian  lini  kerja  produksi  yang  telah  dilakukan.  Langkah  terakhirnya  adalah  menentukan
waktu  produksi  untuk  masing-masing  produk  sesuai  dengan  urutan  yang  telah  dibuat.  Proses penentuan rencana waktu produksi pada minggu ke-9 dapat dilihat pada tabel 5.16.
57
Tabel 5.16 Tampilan jadwal produksi minggu ke-9
Pada gambar tersebut dijelaskan susunan jadwal rencana produksi yang akan dilaksanakan oleh perusahaan  dan  disertai  dengan  lini  produksi,  waktu  produksi,  waktu  proses  produksi,  serta  jumlah
produksi yang akan dilakukan untuk masing-masing produk. Penetapan waktu mulai proses produksi pada masing-masing lini ditentukan secara bergantian. Contohnya pada jadwal produksi  yang dibuat
untuk  minggu  ke-9  proses  produksi  yang  akan  dimulai  terlebih  dahulu  adalah  lini  produksi  PET karena  untuk  lini  kerja  PET  tenaga  kerja  yang  tersedia  hanya  satu  shift  kerja,  sehingga  harus
didahulukan. Kemudian diikuti dengan proses produksi pada lini kerja pertama pada jam 10:20:00 dan lini kerja kedua pada jam 10:40:00. Perbedaan waktu mulai produksi ini disebabkan penggunaan PHE
58
secara bergantian. Serta proses produksi baru bisa dimulai jam 10:00:00 karena dari jam 6 sampai jam 10  sedang  dilakukan  persiapan  alat  pendukung  produksi  seperti  ketel  uap  dan  kompresor  serta  akan
dilakukan proses CIP terlebih dahulu untuk peralatan produksinya. Jadwal  produksi  akan  menyesuaikan  dengan  urutan  produk  yang  telah  disusun  pada  masing-
masing lini kerja produksi. Misalnya pada lini kerja produksi yang pertama yakni mengerjakan produk FTG Guava, setelah selesai maka akan dilanjutkan memproduksi produk di urutan selanjutnya, yakni
HJG Grape. Perbedaan waktu selesai proses produksi FTG Guava yang selesai pada jam 27:33:00 dan akan  memulai  proses  pengemasan  produk  HJG  Grape  pada  jam  28:18:00  disebabkan  adanya  proses
CIP pada saat pergantian produk. Jadwal produksi yang dilakukan untuk produk pada urutan pertama dihitung  sejak proses  pengolahan di  unit pengolahan dilakukan. Sedangkan untuk produk kedua dan
seterusnya  jadwal  yang  ditetapkan  merupakan  jadwal  produk  mulai  dilakukan  pengemasan,  dengan asumsi pengolahan bahan baku produk di unit  pengolahan dilakukan sebelum proses transfer produk
dilakukan.  Proses  pengolahan  untuk  produk  kedua  dan  seterusnya  dapat  dilakukan  sejak  proses produksi  produk  yang  ada  diurutan  sebelumnya  sedang  dilakukan  pengemasan  untuk  batch  terakhir
dengan  asumsi  produk  selanjutnya  sudah  siap  saat  proses  pengemasan  produk  tersebut  akan dilakukan.
Pada  tahapan  akhir  adalah  penyesuaian  jadwal  pada  lini  kerja  produksi  pertama  dan  kedua dengan batas waktu produksi yang tersedia untuk setiap minggunya. Jadwal pada minggu ke-9 diatas
dapat  dilihat  bahwa  hasil  penjadwalan  yang  dilakukan  pada  lini  kerja  produksi  pertama  dan  kedua direncanakan  selesai  sebelum  batas  waktu  jam  kerja  perusahaan.  Proses  produksi  pada  lini  kerja
pertama pada jadwal yang disusun akan diselesaikan pada hari kelima jam 17:06:00 dengan batas jam kerja  yang  tersedia  sampai  hari  kelima  jam  21:00:00.  Pada  jadwal  produksi  di  lini  kerja  produksi
kedua direncanakan selesai pada hari kelima jam 18:04:00 dari waktu yang tersedia selesai pada hari kelima  jam  ke  21:00:00.  Keputusan  yang  dapat  diambil  berdasarkan  asumsi  yang  telah  ditentukan
adalah  kegiatan  produksi  dapat  menambah  kegiatan  produksi  untuk  produksi  lainnya  berdasarkan urutan CR dan lini produksi yang sesuai dengan jumlah produksi disesuaikan dengan waktu jam kerja
yang  tersisa.    Alternatif  lain  yang  dapat  diambil  adalah  melakukan  kegiatan  CIP  dan  perawatan sumber daya produksi mengingat waktu yang tersisa tidak banyak untuk dimanfaatkan  jika dilakukan
penambahan  kegiatan  produksi.  Lini  kerja  produksi  ketiga  yang  merupakan  lini  produksi  PET kapasitas  waktu  produksi  masih  mencukupi  untuk  melakukan  proses  produksi  sesuai  dengan  jadwal
yang  dibuat.  Alokasi  waktu  yang  dibutuhkan  di  lini  PET  berdurasi  28:45:00  dari  kapasitas  waktu produksi yang tersedia sebanyak 37 jam. Sisa  waktu produksi yang dimiliki lini produksi PET dapat
dimanfaatkan  untuk  proses  CIP  dan  perawatan  sumber  daya  produksi  atau  digunakan  untuk penanganan  produk  pasca  produksi  untuk  produk  PET  karena  produk-produk  PET  masih  harus
mendapatkan  penanganan  pasca  produksi  seperti  pengemasan  ulang,  pelabelan  ulang  dan  lain sebagainya.
Tahapan-tahapan  penjadwalan  pada  minggu  selanjutnya  sama  seperti  yang  diterangkan sebelumnya.  Pembahasan  selanjutnya  akan  lebih  ditekankan  pada  pengambilan  keputusan  setelah
jadwal produksi selesai di susun. Sedangkan untuk  mekanisme penjadwalan sebelum diperoleh hasil penjadwalan produksi untuk  minggu ke 10, 11, dan 12 secara berturut-turut disajikan dalam lampiran
6, 7, dan 8. Hasil penyusunan jadwal produksi untuk minggu ke-10 dapat dilihat pada tabel 5.17.
59
Tabel 5.17 Hasil penjadwalan produksi minggu ke-10 tahun 2011
Hasil  penjadwalan  pada  minggu  ke-10  untuk  lini  kerja  produksi  pertama  bisa  berjalan  sesuai dengan  yang dibuat, karena  waktu proses produksi direncanakan akan selesai pada  hari keenam jam
8:04:00  dengan  batas  waktu  jam  kerja  adalah  hari  keenam  jam  21:00:00.  Sedangkan  pada  lini  kerja produksi  kedua  waktu  proses  produksi  direncanakan  selesai  pada  hari  ketujuh  jam  ke  2:53:00,
sedangkan batas waktu produksi adalah hari keenam jam 21:00:00. Tindakan yang akan diambil untuk
60
lini  produksi  pertama  adalah  menambah  kegiatan  produksi  untuk  produk  dari  lini  TGA  atau  TWA sesuai dengan urutan nilai CR dan jumlah batch produksinya harus disesuaikan dengan jam kerja yang
tersisa sehingga tidak melebihi batas waktu kerja yang tersedia. Sedangkan untuk lini produksi kedua yang  rencana  waktu  produksinya  melebihi  batas  waktu  produksi  yang  dimiliki,  tindakan  yang  dapat
diambil  adalah  membatasi  produksi  sampai  dengan  produk  FTC  Apple  saja.  Keputusan  ini  diambil karena  untuk  produk  berikutnya  yakni  FTC  Blackcurrant  tidak  mungkin  dapat  dilakukan  proses
produksi  karena  jadwal  yang  direncanakan  sudah  melebihi  batas  jam  kerja  perusahaan.  Lini  kerja produksi ketiga yakni lini PET rencana waktu produksi masih memungkinkan untuk dilakukan sesuai
dengan  jadwal  karena  jumlah  waktu  produksinya  tidak  melebihi  jam  kerja  yang  tersedia.  Jumlah rencana waktu produksi yang dibutuhkan untuk lini kerja PET sebanyak 36:29:00 dari jam kerja yang
tersedia sebanyak 45 jam. Namun pada hari ketiga yakni untuk produksi CCE Mango durasi produksi pada  hari  tersebut  melebihi  jam  kerja  yang  tersedia  pada  hari  tersebut.  Pada  jadwal  produk  CCE
Mango waktu  yang  dibutuhkan  untuk  proses  produksi  adalah  9:04:00  sedangkan  jam  kerja  yang
tersedia  tiap  harinya  hanya  8  jam.  Keputusan  yang  dapat  diambil  adalah  memindahkan  satu  batch produksi  CCE  Mango  pada  hari  berikutnya,  mengingat  jumlah  produksi  pada  hari  berikutnya  tidak
begitu  banyak  dan  durasi  proses  produksinya  masih  memungkinkan  untuk  dilakukan  pergantian produk pada lini produksi PET.
Hasil penjadwalan produksi untuk minggu ke-11 dapat dilihat pada tabel 5.18. Tabel 5.18
Hasil penjadwalan produksi minggu ke-11
Pada  hasil  penjadwalan  minggu  ke-11  tahun  2011,  lini  kerja  produksi  yang  pertama  rencana waktu produksi melebihi batas waktu produksi perusahaan. Waktu produksi direncanakan selesai pada
hari ketujuh jam 4:33:00, sementara batas waktu  produksi perusahaan hanya sampai hari keenam jam
61
21:00:00.  Sedangkan  untuk  lini  kerja  produksi  kedua  rencana  waktu  produksi  hanya  sampai  hari kelima jam 15:05:00 dari batas waktu produksi yang bisa sampai hari keenam jam 21:00:00. Pada lini
kerja  produksi  ketiga  masih  memungkinkan  untuk  melakukan  proses  produksi  sesuai  dngan  jadwal yang  dibuat.  Pada  lini  kerja  produksi  ketiga  yakni  lini  kerja  PET  jumlah  waktu  produksi  yang
dibutuhkan  sebanyak  31:11:00  dari  waktu  kerja  yang  tersedia  sebanyak  45  jam.  Selain  itu,  durasi proses produksi setiap harinya tidak melebihi waktu produksi yang tersedia untuk setiap harinya yakni
8 jam kerja. Penyesuaian  jadwal  produksi  minggu  ke-11  yang  dapat  dilakukan  pada  hasil  penjadwalan  di
lini kerja produksi pertama berupa pengurangan jumlah produksi untuk produk FTC Apple dan tidak memproduksi  produk  CCK  Guava  250  ml.  Jumlah  produksi  FTC  Apple  harus  menyesuaikan  batas
waktu  produksi  sehingga  proses  produksinya  tidak  melebihi  batas  jam  kerja  perusahaan.  Sedangkan pada  lini  kerja  produksi  yang  kedua,  alokasi  waktu  yang  tersisa  dapat  dimanfaatkan  untuk
memproduksi  produk  lain  yang  menggunakan  lini  produksi  TGA  atau  TWA  sesuai  dengan  urutan nilai CR produk dan jumlahnya disesuaikan dengan batas waktu produksi yang tersedia.
Hasil penjadwalan produksi ada minggu ke-12 tahun 2011 dapat dilihat di tabel 5.19. Tabel 5.19
Hasil penjadwalan produksi minggu ke-12 tahun 2011
62
Hasil penjadwalan produksi pada minggu ke-12 tahun 2011 menunjukan bahwa rencana waktu produksi pada lini kerja produksi pertama melebihi batas waktu produksi yang tersedia. Waktu proses
produksi  lini  pertama  direncanakan  selesai  pada  hari  ketujuh  jam  23:23:00,  sedangkan  batas  waktu produksi  yang  tersedia  hanya  sampai  hari  keenam  jam  21:00:00.  Pada  lini  kerja  produksi  kedua
waktu proses produksi direncanakan hanya sampai hari kelima jam 13:51:00, sedangkan batas waktu produksi  yang  tersedia  sampai  hari  keenam  jam  21:00:00.  Pada  lini  PET  rencana  waktu  produksi
masih mencukupi untuk melakukan proses produksi sesuai dengan jadwal produksi yang telah dibuat. Penyesuaian  jadwal  yang  dilakukan  untuk  jadwal  minggu  ke-12  harus  mengurangi  jumlah
produksi  pada  lini  kerja  produksi  pertama,  dan  dapat  menambah  proses  produksi  pada  lini  kerja produksi kedua sesuai dengan asumsi  yang ditentukan sebelumnya. Pada lini produksi  yang pertama
proses  produksi  FTG  Apple  dan  HJG  Orange  tidak  dapat  diproduksi  karena  rencana  proses produksinya  melebihi  batas  waktu  produksi  perusahaan.  Penyesuaian  lainnya  untuk  produk  HJG
Chery-B jumlah batch produksinya dikurangi menyesuaikan kapasitas waktu produksi yang tersedia.
Sementara  untuk  lini  kerja  produksi  kedua  dapat  dilakukan  dua  opsi  penyesuaian  jadwal. Pertama adalah memindahkan jadwal produksi produk HJG Chery-B, FTG Apple, dan HJG Orange ke
lini  kerja  produksi  kedua  dengan  cara  mengaktifkan  empat  mesin  TWA  yang  tersedia  sekaligus  dan jumlah  produksinya  juga  menyesuaikan  dengan  batas  waktu  produksi  perusahaan.  Opsi  yang  kedua
adalah  memproduksi  produk  lain  yang  menggunakan  lini  produksi  TBA  atau  TGA  sesuai  dengan urutan nilai CR produk dan jumlahnya menyesuaikan batas waktu produksi perusahaan. Penyesuaian
yang  dilakukan  pada  lini  kerja  produksi  yang  kedua  ini  lebih  diutamakan  opsi  yang  pertama  karena menyesuaikan dengan nilai CR dari produk-produk tersebut.
5.2.2  Perubahan Jadwal Mingguan