Dampak Pengeluaran Pemerintah terhadap Pendapatan dan Output Kebijakan Anggaran dan Peranan Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi

16 Pengeluaran, E Pendapatan, output, Y A B E 1 = Y 1 E 2 = Y 2 ∆Y ∆G Pengeluaran aktual Pengeluaran yang direncanakan E 1 = Y 1 E 2 = Y 2 ∆Y

2.1.3. Dampak Pengeluaran Pemerintah terhadap Pendapatan dan Output

Kenaikan dalam belanja pemerintah menggeser pengeluaran yang direncanakan ke atas, kenaikan belanja pemerintah sebesar ∆G meningkatkan pengeluaran yang direncanakan sebesar jumlah itu untuk semua tingkat pendapatan. Ekuilibrium bergerak dari titik A ke titik B, dan pendapatan meningkat dari Y 1 ke Y 2. Kenaikan dalam pendapatan ∆Y melebihi kenaikan belanja pemerintah ∆G, jadi kebijakan fiskal dapat memiliki dampak pengganda terhadap pendapatan Mankiw, 2006. Sumber : Gregory, N. Mankiw 2006 Gambar 3. Dampak Kenaikan Belanja Pemerintah dalam Perpotongan Keynesian

2.1.4. Kebijakan Anggaran dan Peranan Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi

Menurut Hidayat 2012 APBD adalah suatu anggaran daerah. Definisi ini menunjukkan bahwa suatu anggaran daerah, termasuk APBD, memiliki unsur- unsur sebagai berikut : 1. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci; 17 2. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya terkait aktivitas tersebut, dan adanya biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran yang akan dilaksanakan; 3. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka; 4. Periode anggaran, biasanya satu tahun. Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran organisasi sektor publik dimulai ketika perumusan strategi dan perencanaan strategik telah selesai dilakukan. Anggaran merupakan artikulasi dari hasil perumusan strategi dan perencanaan strategik yang telah dibuat. Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun. Anggaran merupakan managerial plan for action untuk memfasilitasi tercapainya tujuan organisasi. Pembuatan anggaran dalam organisasi sektor publik, terutama pemerintahan, merupakan sebuah proses yang rumit dan mengandung muatan politis yang cukup signifikan. Berbeda dengan penyusunan anggaran di perusahaan swasta yang muatan politisnya relatif lebih kecil. Bagi organisasi sektor publik seperti pemerintah, anggaran tidak hanya sebuah rencana tahunan tetapi juga merupakan bentuk akuntabilitas atas pengelolaan dana publik yang dibebankan kepadanya. Suatu organisasi sektor publik dikatakan mempunyai kinerja atau performa yang baik jika segala aktivitasnya berada dalam kerangka anggaran dan tujuan yang ditetapkan. Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya 18 kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik. Melalui proses anggaran kinerja, pemerintah kotakabupaten menetapkan keluaran dan hasil dari masing-masing program dan pelayanan. Kemudian pemerintah daerah membuat target pencapaiannya. Secara umum prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja didasarkan pada konsep Value for Money Ekonomis, Efisiensi, dan Efektifitas dan prinsip tata pemerintahan yang baik termasuk adanya pertanggungjawaban para pengambil keputusan atas penggunaan uang yang dianggarkan untuk mencapai tujuan, sasaran, dan indikator yang telah ditetapkan. Pemerintah daerah diharuskan menetapkan anggaran kinerja karena memudahkan pengambilan keputusan dalam menentukan prioritas tujuan, sasaran, program, kegiatan dan belanja, memudahkan dalam mengkomunikasikan prioritas Pemerintah Daerah kepada masyarakat, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam proses pengambilan keputusan anggaran, dan mematuhi peraturan perundangan yang disyaratkan pemerintah pusat. Menurut Rimaru 2012 Berbagai fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 3 ayat 4 Undang- Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yaitu : 1. Fungsi Otorisasi Anggaran daerah merupakan dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. 2. Fungsi Perencanaan 19 Anggaran daerah merupakan pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. 3. Fungsi Pengawasan Anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 4. Fungsi Alokasi Anggaran daerah diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian. 5. Fungsi Distribusi Anggaran daerah harus mengandung artimemperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. 6. Fungsi Stabilisasi Anggaran daerah harus mengandung arti harus menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian. Kebijakan anggaran tentunya akan berdampak besar pada sektor pertanian. Pertanian merupakan suatu kegiatan unit usaha uang meliputi budidaya tanaman bahan makanan, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan peternakan BPS,2003. Pertanian dianggap sebagai usaha untuk mengadakan suatu ekosistem buatan yang bertugas menyediakan bahan makanan bagi manusia. Pada mulanya pertanian di tanah air dilakukan sebagai usaha untuk menghasilkan keperluan sehari-hari petani dari tanah tempatnya berpijak, pertanian seperti itu disebut petani gurem dan hidup dalam suatu perekonomian tertutup Nasoetion, 2005. 20 Menurut Mubyarto 1994, pertanian dalam arti luas mencakup : 1. Pertanian rakyat atau disebut pertanian dalam arti sempit 2. Perkebunan termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar 3. Kehutanan 4. Peternakan 5. Perikanan dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut Ditinjau dari segi ekonomi, pertanian rakyat sebagai pertanian keluarga pertanian subsisten atau setengah subsisten, sedangkan perusahaann pertanian adalah perusahaan pertanian yang diusahakan sepenuhnya secara komersial. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja di sektor pertanian atau dari produk yang berasal dari pertanian. Lapangan pekerjaan sangat terbatas di bidang pertanian atau secara relatif berarti jumlah tenaga kerja lebih banyak daripada sumberdaya alam dan faktor produksi lainnya. Kebanyakan tenaga kerja pertanian menjadi setengah menganggur disguised unemployment. Pentingnya sektor pertanian dapat dilihat dari besarnya nilai ekspor yang bersala dari pertanian Mubyarto, 1994. Permasalahan yang dihadapi petani baik yang berhubungan langsung dengan produksi dan pemasaran hasil-hasil pertaniannya maupun yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada aspek ekonomi, aspek sosial budaya dan keagamaan serta aspek-aspek tradisi yang memiliki peranan penting dalan 21 tindakan-tindakan petani. Perbedaan yang jelas antara permasalahan- permasalahan ekonomi pertanian dan persoalan ekonomi diluar bidang pertanian adalah jarak waktu antara pengeluaran yang harus dilakukan para pengusaha pertanian dengan penerimaan hasil penjualan. Jarak waktu dalam bidang pertanian lebih besar jika dibandingkan dengan bidang industri. Ciri khas kehidupan petani adalah perbedaan pola penerimaan pendapatan dan pengeluarannya. Pendapatan petani hanya diterima setiap musim panen, sedangkan pengeluaran harus dilakukan setiap hari, setiap minggu atau kadang- kadang dalam waktu yang sangat mendesak sebelum panen tiba. Hasil pertanian sangat rendah pada saat panen maka sebenarnya petani dua kali terpukul, yaitu pertama karena harga hasil produksinya yang rendah dan kedua karena ia harus menjual lebih banyak untuk mencapai jumlah uang yang diperlukannya. Untuk mengatasi permasalahan demikian maka salah satu tujuan utama kebijakan pertanian adalah mengusahakan stabilisasi harga dan pendapatan petani antara musim yang satu dengan musim yang lain dari tahun ke tahun Mubyarto, 1994.

2.2. Pendekatan Input-Output