Perkembangan Keuangan Daerah Perekonomian Kota Tangerang

Berdasarkan informasi pada Tabel 4.3, pada tahun 2008 laju pertumbuhan ekonomi yang paling besar di Kota Tangerang adalah sektor konstruksi yaiu sebesar 26,60 persen dan diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 22,38 persen dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 21,75 persen. Sedangkan di tahun 2009, laju pertumbuhan ekonomi yang paling besar adalah sektor jasa-jasa yaitu sebesar 24,07 persen. Pada tahun 2008 PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp 13,52 triliun dan pada tahun 2009 nilalinya mencapai Rp 14,73 triliun. Sektor-sektor dengan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB tahun 2009 adalah sektor indstri pengolahan 47,54 persen, sektor perdagangan, hotel, dan restoran 31,06 persen, serta sektor pengangkutan dan komunikasi 12,17 persen. Walaupun presentase distribusi PDRB sektor perdagangan hotel dan restoran bukan yang terbesar dibanding industri pengolahan, namun dapat dilihat pada Tabel 4.3. laju pertumbuhan sektor perdagangan hotel dan restoran pada masa otonomi daerah lebih besar dan lebih stabil dibanding laju pertumbuhan sektor industri pengolahan.

4.2.2. Perkembangan Keuangan Daerah

Penerimaan daerah merupakan salah satu faktor utama untuk membiayai pembangunan. Dalam masa otonomi daerah, pemerintah daerah pemda diharapkan mampu menggali sumber-sumber keuangan lokal, khususnya melalui Pendapatan Asli Daerah karena dana transfer dari pemerintah pusat dari tahun ke tahun harus semakin dibatasi. Berdasarkan pada tabel 4.4, penerimaan daerah Kota Tangerang pada tahun anggaran 2009 sebesar Rp 654,276,802 ribu. Jumlah penerimaan daerah riil Kota Tangerang pada periode tahun 1995-2009 terus meningkat tiap tahunnya, kecuali pada tahun 2000 mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh masa peralihan dari kebijakan pemerintah sebelum diberlakukannya otonomi daerah. Setelah itu pada tahun 2001 pertumbuhan penerimaan daerah meningkat drastis menjadi 112,52 persen. Tabel 4.4. Jumlah Penerimaan daerah riil Kota Tangerang Tahun 1995-2009 Tahun Penerimaan daerah ribu rupiah Pertumbuhan persen 1995 157.167.062 49,12 1996 184.514.754 17,40 1997 186.249.983 0,94 1998 124.049.706 -33,40 1999 176.028.404 41,90 2000 150.212.646 -14,67 2001 319.238.603 112,52 2002 365.462.589 14,48 2003 409.821.978 12,14 2004 475.305.012 15,98 2005 505.093.861 6,27 2006 587.733.227 16,36 2007 614.490.666 4,55 2008 622.377.302 1,28 2009 654.276.802 5,13 Sumber: BPS Kota Tangerang diolah Selama periode tahun 1995-2009, jumlah penerimaan daerah Kota Tangerang yang terbesar berasal dari DAU pada masa otonomi daerah dan dana sumbangan pada masa sebelum otonomi daerah yang berasal dari pemerintah pusat, kemudian diikuti oleh dana bagi hasil pajak, dan Pendapatan Asli Daerah PAD.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Estimasi Variabel Dependen PDRB

Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan metode pendugaan Ordinary Least Square OLS. Data pada penelitian ini dimasukkan dalam Microsoft Excel 2007 kemudian diolah dengan Eviews 06. Hasil estimasi koefisien penduga model pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh PDRB dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Hasil Estimasi Penduga PDRB Variabel Koefisien Std. Error t-Statistik Prob. Investasi 0,171969 0,085778 2,004819 0,0728 Jumlah tenaga kerja 2,867433 0,324867 8,826482 0,0000 Upah tenaga kerja 0,161828 0,212568 0,761298 0,4641 Dummy otonomi daerah 0,569369 0,126973 4,484166 0,0012 C -26,85196 5,113779 -5,250905 0,0004 R-squared 0,972223 F-statistic 87,50403 Adjusted R-squared 0,961113 ProbF-statistic 0,000000 Durbin-Watson stat 1,614815

5.2. Uji Statistik dan Uji Ekonometrika

Berdasarkan Tabel 5.1, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: LnPDRB = -26.85196 + 0.171969 LnINV + 2.867433 LnTK + 0.161828 LnUPAH + 0.569369 DUMMY Estimasi parameter regresi dengan menggunakan Ordinary Least Square OLS harus memenuhi lima asumsi dasar yang disebutkan dalam bab tiga oleh Firdaus 2004. Untuk melihat apakah kelima asumsi dasar tersebut terpenuhi, perlu