Kedua teori di atas nampaknya sangat relevan untuk dipergunakan sebagai landasan didalam melihat proses pembangunan yang terjadi di suatu daerah Tarigan, 2005.
2.2. Otonomi Daerah
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Kesenjangan antara daerah selama ini terjadi karena begitu banyaknya
campur tangan pemerintah pusat dalam menangani daerah sehingga terkadang apa yang menjadi kebutuhan daerah tersebut tidak sesuai dengan apa yang menjadi
program dari pemerintah pusat. Riyanto 1997 mengatakan bahwa otonomi daerah merupakan penjabaran dari pelaksanaan asas desentralisasi yaitu penyerahan sebagian
urusan kepada daerah untuk menjadi urusan rumah tangganya sendiri. Hal ini berarti bahwa daerah mempunyai wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri untuk meningkatkan daya guna hasil dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat.
Menurut UU No. 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah, pemberian otonomi daerah kepada suatu daerah harus dipertimbangkan oleh pemerintah apakah
daerah tersebut memiliki sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dapat digunakan untuk mengembangkan daerah tersebut. Selain itu juga harus
dipertimbangkan kemampuan daerah tersebut untuk mengurus rumah tangganya
sendiri dan mempunyai sistem pemerintahan yang bersih sehingga daerah tersebut mampu berkembang. Otonomi daerah diberikan supaya tidak terjadi kesenjangan
antar daerah. Oleh sebab itu diharapkan daerah yang sudah berkembang dapat membantu daerah yang belum berkembang. Riyanto 1997 berpendapat bahwa
prinsip-prinsip dasar dalam melaksanakan otonomi daerah adalah otonomi yang nyata, dinamis, dan bertanggung jawab. Nyata disini maksudnya adalah bahwa
pemberian otonomi daerah kepada daerah otonom harus didasarkan pada faktor, perhitungan, tindakan, dan kebijaksanaan yang benar-benar menjamin wilayah
bersangkutan secara nyata mampu mengurus rumah tangganya. Dinamis artinya bahwa otonomi daerah tidak bersifat kaku tetapi dapat dikembangkan dan
dimekarkan karena keadaan yang terus berkembang di masyarakat. Bertanggung jawab maksudnya bahwa pemberian otonomi daerah harus sejalan dengan tujuannya,
yaitu melancarkan kegiatan pembangunan dan memperkokoh persatuan dan kesatuan untuk kesejahteraan masyarakat.
Diharapkan dengan adanya pemberian otonomi daerah persatuan dan kesatuan bangsa semakin erat. Diharapkan juga dengan adanya otonomi daerah
pertumbuhan ekonomi daerah semakin kuat untuk menyokong pertumbuhan ekonomi nasional. Seperti halnya pendapat Afrianto 2000 mengatakan bahwa pada tahun-
tahun mendatang program deswentralisasi dan pembangunan otonomi daerah akan mendominasi pembangunan ekonomi daerah. Hal ini jauh lebih luas dari
pembangunan ekonomi daerah, yaitu meningkatkan keadilan, mengembangkan pasrtisipasi masayarakt serta untuk menjaga dan memperkokoh kesatuan bangsa.
Pada hakekatnya pelaksanaan dan penerapan otonomi daerah diharapkan untuk mengurangi ketergantungan daerah terhadap pusat untuk melaksanakan
pembangunan di daerah. Mengingat bahwa penentu kebijakan daerah lebih dekat dengan masyarakat dan lebih tahu tentang apa yang menjadi kebutuhan dari daerah
tersebut dan lebih mengerti apa yang menjadi aspirasi dari masyarakat tersebut. Perubahan yang diharapkan tidaklah akan berjalan secara mulus karena akan
banyak sekali menuntut perubahan pola pikir, pola bertindak dan kemauan dari pihak Pusat maupun Daerah. Penerapan otonomi daerah diharapkan mengurangi
ketergantungan daerah terhadap pusat untuk melaksanakan pembangunan di daerah. Berikut adalah karakteristik dasar dari desentralisasi menurut Haris 2005 :
1. Unit-unit pemerintahan setempat bersifat otonom, mandiri, dan jelas-jelas sebagai unit pemerintahan bertingkat yang terpisah dari pusat. Pusat
melakukan sedikit, atau tidak ada kontrol langsung oleh pusat terhadap unit- unit tersebut.
2. Pemerintah daerah mempunyai batas-batas geografis yang jelas dan diakui secara hukum dimana mereka menggunakan kekuasaan dan menjalankan
fungsi-fungsi publik. 3. Pemerintah daerah mempunyai status dan kekuasaan mengamankan sumber
daya yang dimiliki untuk menjalankan fungsinya. 4. Implikasi desentralisasi adalah kebutuhan mengembangkan pemerintahan
lokal sebagai institusi, yang dilihat warga setempat sebagai organisasi yang memberikan pelayanan, dan sebagai unit pemerintahan yang mempunyai
pengaruh.
5. Dengan desentralisasi berarti ada hubungan timbal balik, saling menguntungkan, dan hubungan yang terkoordinasikan antar pemerintah
pusat dengan pemerintahan daerah. Otonomi daerah belum sepenuhnya efektif dilaksanakan. Daerah masih
sangat tergantung terhadap pusat terutama dalam merencanakan dan melaksanakan program-program daerah dan kegiatan pembangunan. Terkadang suatu daerah ikut-
ikutan melaksanakan otonomi daerah padahal sebenarnya daerah tersebut belum mampu dan siap dalam melaksanakan otonomi daerah, sehingga daerah tersebut
belum tentu dapat melaksanakan otonomi daerah dengan baik. Permasalahan Pokok yang biasa terjadi pada pelaksanaan otonomi daerah menurut Haris 2005 adalah
sebagai berikut: 1. Pemahaman terhadap konsep desentralisasi dan otonomi daerah yang belum
mantap 2. Penyediaan aturan pelaksanaan otonomi daerah yang belum memadai dan
penyesuaian peraturan perundangan-undangan yang ada dengan UU 22 1999 masih sangat terbatas
3. Sosialisasi UU 22 1999 dan pedoman yang tersedia belum mendalam dan meluas;
4. Manajemen penyelenggaraan otonomi daerah masih sangat lemah; Pengaruh perkembangan dinamika politik dan aspirasi masyarakat serta
pengaruh globalisasi yang tidak mudah dikelola; 5. Kondisi SDM aparatur pemerintahan yang belum menunjang sepenuhnya
pelaksanaan otonomi daerah;
6. Belum jelas dalam kebijakan pelaksanaan perwujudan konsep otonomi yang proporsional ke dalam pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya
nasional, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah sesuai prinsip- prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta
potensi dan keanekaragaman daerah dalam kerangka NKRI.
2.3. Pertumbuhan Ekonomi