Geografi dan Tata Guna Lahan Penduduk dan Ketenagakerjaan

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

4.1.1 Geografi dan Tata Guna Lahan

Menurut Badan Pusat Statistik 2009 Kota Tangerang merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ±7 meter di atas permukaan laut, 6º 6 LS - 6º 13 Lintang Selatan dan 106º 36 - 106º - 42º Bujur Timur. Luas wilayah Kota Tangerang adalah 164,55 Km² termasuk Bandara Soekarno Hatta seluas 19,69 Km². Kota Tangerang adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Banten, Indonesia, tepat di sebelah barat kota Jakarta, serta dikelilingi oleh Kabupaten Tangerang di sebelah selatan, barat, dan timur. Tangerang merupakan kota terbesar di Provinsi Banten serta ketiga terbesar di kawasan perkotaan Jabotabek setelah Jakarta. Posisi Kota Tangerang tersebut menjadikan pertumbuhannya pesat. Pada satu sisi wilayah Kota Tangerang menjadi daerah limpahan berbagai kegiatan di Ibukota Negara DKI Jakarta. Di sisi lain Kota Tangerang dapat menjadi daerah kolektor pengembangan wilayah Kabupaten Tangerang sebagai daerah dengan sumber daya alam yang produktif. Pesatnya pertumbuhan Kota Tangerang dipercepat pula dengan keberadaan Bandara nternasional Soekarno-Hatta yang sebagian arealnya termasuk ke dalam wilayah administrasi Kota Tangerang. Gerbang perhubungan udara Indonesia tersebut telah membuka peluang bagi pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa secara luas di Kota Tangerang. Wilayah administrasi Kota Tangerang terbagi menjadi 13 kecamatan yang dibagi lagi atas 104 kelurahan. Dahulu Tangerang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tangerang, kemudian ditingkatkan statusnya menjadi kota administratif, dan akhirnya ditetapkan sebagai kotamadya pada tanggal 27 Februari 1993. Sebutan kotamadya diganti dengan kota pada tahun 2001.

4.1.2 Penduduk dan Ketenagakerjaan

Jumlah penduduk di suatu daerah merupakan asset dan potensi pembangunan yang sangat besar manakala penduduk yang pesat tetapi dengan kualitas yang rendah akan menjadi beban besar bagi proses pembangunan yang akan dilaksanakan. Jumlah penduduk Kota Tangerang tahun 2009, berdasarkan hasil proyeksi penduduk sebanyak 1.652.590 jiwa. Dari jumlah tersebut jumlah perempuan lebih banyak dari jumlah laki-laki dengan rasio jenis kelamin sebesar 98,52 artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98,52 penduduk laki-laki, hal ini dipengaruhi banyaknya tenaga kerja wanita pada industri padat karya di Kota Tangerang yang cukup tinggi. Pertumbuhan penduduk di Kota Tangerang tidak hanya disebabkan oleh pertumbuhan secara alamiah, tetapi tidak lepas karena pengaruh imigran yang masuk yang disebabkan daya tarik Kota Tangerang dengan berkembangnya potensi industri, perdagangan dan jasa sehingga mengakibatkan tersedianya lapangan kerja dan kondusifnya kesempatan berusaha. Disamping itu sebagai daerah yang berbatasan dengan ibukota negara, Kota Tangerang mau tidak mau harus menampung pula penduduk yang aktifitas ekonomi kesehariannya di wilayah DKI Jakarta. Kota Tangerang merupakan daerah yang cukup padat, tiap kilometer persegi rata-rata dihuni 10.043 jiwa. Kecamatan Larangan merupakan Kecamatan dengan kepadatan tertinggi 16.157 jiwakm 2 , sementara kecamatan Neglasari masih banyak terdapat lahan kosong sehingga kepadatan penduduknya merupakan yang terendah 5.137 jiwakm 2 . Berdasarkan kelompok umur ternyata jumlah penduduk terbanyak adalah penduduk umur produktif 15-64 dengan rasio ketergantungan sebesar 42,28 artinya setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung 42,28 penduduk non produktif 0-14 dan 65 tahun keatas. Angka ini ada kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun, hal ini dikarenakan terus meningkatnya jumlah penduduk usia tua 65+ seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup di Kota Tangerang. Tabel 4.1. Laju Pertumbuhan dan Jumlah Penduduk Kota Tangerang Tahun 1995-2009 Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk jiwa persen 1995 1.096.916 12.09 1996 1.138.584 3.66 1997 1.180.930 3.59 1998 1.223.922 3.51 1999 1.267.547 3.44 2000 1.311.746 3.37 2001 1.354.226 3.14 2002 1.416.842 4.42 2003 1.466.577 3.39 2004 1.437.377 -2.03 2005 1.455.185 1.22 2006 1.481.591 1.78 2007 1.508.414 1.78 2008 1.531.666 1.52 2009 1.652.590 7.32 Sumber: BPS Kota Tangerang 1995-2009 diolah Berdasarkan tabel 4.1, pertumbuhan penduduk tertinggi dicapai pada tahun 1995 yaitu sebesar 12,09 persen. Sedangkan pada tahun 2004 pertumbuhan penduduk menurun drastis menjadi -2,03 persen. Hal ini disebabkan karena adanya pemekaran wilayah Kota Tangerang menjadi Kota Tangerang Selatan, sehingga jumlah penduduk di Kota Tangerang menjadi menurun. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan sendirinya akan mencerminkan laju pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi pula. Cepatnya laju pertumbuhan angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan kesempatan kerja akan menimbulkan berbagai persoalan contohnya adalah penganggutan. Disamping masalah kesempatan kerja, hal lain yang juga berhubungan dengan kependudukan adalah persoalan kemiskinan. Pada tahun 2001, otonomi daerah mulai efektif diberlakukan. Sebelum otonomi daerah, Kota Tangerang masih berada dibawah pemerintahan Provinsi Jawa Barat, namun setelah diberlakukannya otonomi daerah, Kota Tangerang berada dibawah pemerintahan Provinsi Banten. Hal itu dikarenakan terjadinya pemekaran Provinsi Banten dari Provinsi Jawa Barat. Dengan adanya kebijakan otonomi daerah, diharapkan kesempatan kerja terbuka secara luas sehingga pertumbuhan ekonomi akan meningkat dan berdampak pada pengurangan kemiskinan di Kota Tangerang. Ketenagakerjaan merupakan salah satu indikator penting pembangunan ekonomi khususnya dalam upaya pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan. Hal ini karena tenaga kerja adalah modal bagi geraknya pembangunan. Masalah penyediaan lapangan kerja terjadi masalah yang cukup serius di Kota Tangerang, kesenjangan antara jumlah pencari kerja dan lowongan yang tersedia semakin jauh dari tahun ke tahun, Menurut data Disnaker Kota Tangerang jumlah lowongan kerja yang terdaftar sampai bulan Desember 2009 tercatat sebanyak 13.731 lowongan sementara pencari kerja yang mendaftar sebanyak 33.949 orang. Seperti tahun sebelumnya pencari kerja ini masih didominasi tamatan SLTA sebanyak 27.573 orang. Indikaor lain untuk menggambarkan ketenagakerjaan adalah TPAK, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja tahun 2009 tercatat sebesar 68,50 meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 58,24, hal ini cukup baik karena semakin banyak penduduk usia kerja yang bekerja atau berusaha mendapatkan pekerjaan. Tingginya persentase penduduk kelompok usia muda di Kota Tangerang akan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap jumlah angkatan kerja di masa mendatang. Salah satu usaha untuk menghambat angkatan kerja muda adalah melalui perluasan sarana pendidikan. Pendidikan memang dapat menunda masuknya penduduk usia muda dalam pasar tenaga kerja. Di samping memperluas sarana pendidikan, peningkatan mutu pendidikan juga perlu dilakukan. Dengan demikian akan tercipta tenaga kerja yang terampil dan tepat guna. Masalah pengangguran merupakan suatu masalah serius di Kota Tangerang karena memiliki laju pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja yang tinggi. Pada umumnya tingkat pengangguran yang tinggi terjadi di daerah perkotaan seperti Kota Tangerang disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya yaitu karena adanya urbanisasi dari desa ke Kota Tangerang. Sementara mereka yang datang ke kota dengan berbekal pendidikan dan keterampilan yang rendah hanya akan menambah angka pengangguran. Urbanisasi yang terlalu cepat dan tidak teratur tidak hanya mengakibatkan masalah pengangguran, tetapi juga masalah lain seperti kondisi perumahan yang tidak sehat, penyebaran penyakit dan bertambahnya kaum tuna wisma. Di samping itu meningkatkan tingkat kriminalitas. Dalam hal ini, pemerintah dituntut untuk melakukan pembangunan secara komprehensif dan integral di kota dan desa. Salah satu cara yang diperlukan selain merencanakan berbagai program dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, politik dan hukum juga mengevaluasi rencana tersebut secara berkala. Disinilah koordinasi dan integrasi yang didukung dengan data yang baik dan benar perlu diwujudkan secara nyata. Tabel 4.2. Data Perkembangan Angkatan Kerja Kota Tangerang Tahun 1995- 2009 Tahun Pekerja jiwa Pengangguran persen 1995 393731 5,66 1996 425320 8,87 1997 455348 5,03 1998 520668 10,05 1999 511628 8,75 2000 552066 11,77 2001 466298 9,22 2002 529045 11,15 2003 532716 16,24 2004 545708 16,47 2005 577034 11,12 2006 543793 17,96 2007 543704 20,43 2008 642049 18,62 2009 645953 18,13 Sumber: BPS Kota Tangerang diolah Jumlah angkatan kerja di Kota Tangerang pada tahun 2009 yaitu sebanyak 788.955 jiwa. Angkatan kerja tersebut terdiri dari 645.954 jiwa yang bekerja atau 18,13 persen sebagai pencari kerja atau pengangguran. Selama periode 1995-2009 jumlah tenaga kerja dan pengangguran berfluktuasi dari tahun ke tahun. Upah yang layak sangat berarti bagi pekerjaburuh bagi kelangsungan hidup dalam pemenuhan kebutuhan dasar serta meningkatkan taraf hidup. Kemampuan dan keahlian yang dimiliki seseorang sangat memengaruhi penerimaan upah. Upah kepada pekerja di Kota Tangerang mengalami kenaikan setiap tahun yang akan menyesuaikan dengan hasil survey kebutuhan layak minimum.

4.2. Perekonomian Kota Tangerang